2

71 10 3
                                    

[Name] melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah. Dengan pandangan kosongnya Ia berjalan ke arah kamar guna beristirahat dan mengobati semua luka yang ada di tubuhnya.

Ah ya, dan lagi seragam sekolah miliknya hanya ada satu. Dan yang di kenakan [Name] adalah seragam yang pertama dan terakhir. Kalau sudah begini, mau tidak mau [Name] harus membeli seragam yang baru, tapi uangnya dari mana? Sedangkan dirinya saja hanya tinggal sendirian.

Sebenarnya [Name] juga bekerja paruh waktu di sebuah Ćafe, tapi ini sudah dua bulan semenjak hari itu. Dan [Name] tidak masuk kerja tanpa keterangan, sudah pasti dirinya di pecat.

“Hah.. Bagaimana ini.. Tabunganku hanya cukup untuk makan sehari-hari. Jika aku belikan seragam sekolah maka aku tidak bisa membeli makanan” keluhnya pada diri sendiri.

Dan sekarang [Name] bingung harus apa setelah ini.

Tok

Tok

Tok

“[Name]-chan, kau di dalam?” suara seorang wanita dari depan rumah membuat kepala [Name] mendongak. Oh ini suara wanita tetangga sebelah rumahnya.

[Name] pun bergegas beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu untuk wanita itu.

“[Name]-chan, kau kem-astaga..!!! Apa yang terjadi pada mu!?” seketika wanita itu terkejut saat melihat wajah [Name] yang penuh luka lebam.

Tanpa basa-basi, wanita itu masuk kedalam rumah [Name] dan langsung berlari ke arah dapur guna mengambil air hangat beserta wadah dan kain bersih untuk mengompres luka lebam yang ada di wajah [Name].

Setelah selesai mengambil semuanya, wanita itu pun kembali ke ruang tamu dimana [Name] tengah duduk menunggunya disana.

“Apa yang terjadi pada mu [Name]-chan? Kenapa wajah mu terluka seperti ini?” tanya wanita itu dengan nada panik, Ia mengobati luka lebam pada wajah [Name] layaknya seorang ibu.

“Aku tidak ingin membahasnya” jawab [Name] dengan nada pelan, sang wanita pun menghela nafas panjang.

“Baiklah kalau begitu. Tapi, ingatlah satu hal. Aku sudah lama tinggal di samping rumahmu ini. Aku tahu semua yang terjadi di rumah mu. Terkadang, aku merasa khawatir padamu saat kedua orangtua mu bertengkar. Aku khawatir kau menjadi korban dari pertengkaran mereka. Aku takut-

“Tolong jangan membahasnya lagi” ucap [Name] memotong ucapan sang wanita.

“B_baiklah maaf kan aku. Sekarang lebih baik kau beristirahat. Aku akan memasakkan sesuatu untuk mu”

“Dirumah ku tidak ada bahan masakan”

“Tidak apa, aku akan memasak dirumah dan akan ku bawakan untuk mu, kau tunggu disini ya” wanita itu pun berdiri seraya melangkahkan kakinya pergi dari rumah [Name] untuk memasakkan sesuatu.

Melihat wanita itu pergi, [Name] pun memandangnya dengan tatapan kosong. Entah mengapa, wanita yang tidak terlalu akrab dengannya itu memperlakukan dirinya layaknya seorang anak. 'Aku belum pernah mendapat perhatian seperti tadi, saat Ia mengobati luka ku, tangannya lembut sekali. Kasih sayangnya sangat terasa hingga menyentuh hatiku. Apakah itu yang dinamakan seorang ibu?' batin [Name] bertanya pada dirinya sendiri.

Disisi lain, Dazai menyuruh dua orang anak buahnya untuk menjadi pengawas untuk mengawasi gerak-gerik [Name].

Setelah gadis itu pergi dari penjara bawah tanah miliknya, Dazai merasa tertarik pada gadis itu. Entah tertarik karena tumbuh perasaan atau tertarik karena obsesi.

“Dazai-sama, gadis itu sekarang sudah tiba dirumahnya. Seorang wanita masuk kerumahnya, sepertinya untuk mengobati luka gadis itu. Dan yang kami dengar, wanita itu akan memasakkan sesuatu untuk gadis itu” lapor seorang anak buah Dazai.

“Siapa wanita itu?” tanya Dazai.

“Menurut pengawasan kami, wanita itu merupakan tetangga dari gadis tersebut”

“Kemana kedua orangtuanya?”

“Menurut informasi yang kami dapatkan, kedua orangtuanya sudah meninggal karena saling baku tembak akibat pertengkaran yang diakibatkan permasalahan ekonomi”

“Hm. Kau boleh pergi”

Ha'i. Saya permisi” anak buah Dazai pun pamit undur diri setelah memberikan informasi kepada tuannya.

Diam-diam, Dazai menarik ujung bibirnya seraya tersenyum miring setelah mendapatkan informasi tentang gadis yang menarik perhatiannya 'Kau harus menjadi milikku. Milik Dazai Osamu' begitulah kira-kira isi pikiran Dazai.

Skiptime

Sang penguasa langit gelap di temani antek-anteknya (bintang-bintang serta bulan) telah datang.

Seharian ini tubuh [Name] terasa lelah. Lukanya sedikit terasa perih karena ada olesan alkohol yang di berikan oleh tetangganya saat mengobatinya tadi.

Meskipun begitu, [Name] tetap menahan rasa perihnya. Ia memaksakan dirinya untuk tidur terlentang di ataa ranjangnya.

[Name] memandang kosong langit-langit kamarnya, Ia mencerna kejadian dua bulan lalu yang menyebabkan dirinya harus disiksa oleh mafia yang bernama Dazai itu.

“Aku membenci mu, Dazai” ucap [Name] lalu perlahan Ia memejamkan matanya seraya tertidur menuju alam mimpi.

Tanpa Ia sadari, orang yang tadi Ia sebutkan namanya kini berada di depan pintu kamar tidurnya. Telinganya begitu tajam hingga Ia bisa mendengar apa yang [Name] ucapkan dari dalam kamarnya.

Dazai terdiam, Ia mencerna ucapan [Name] dalam otaknya. Ia pernah membaca buku yang berjudul 'Cara memahami Gadis/ Wanita' dan jika seorang gadis atau wanita mengatakan 'benci' itu berarti dia cinta, vegitulah menurut pikiran Dazai.

“Aku juga mencintai mu, [Name]-chan..”

.
.
.
.
.
.
.

Tbc.

-Ara-

Please, I want life too. [Dazai x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang