Prologue - Moving On

7 1 0
                                    

   Dingin, angin berhembus menggelitik leherku, disekitarnya suara kendaraan yang berlalu lalang memberikan pemandangan semu, seraya aku bisa melihat kapal di kejauhan bersandar di dermaga yang sedang bersiap untuk mengangkut penumpang baru, aku lalu memeriksa barang bawaan dan bersiap untuk pergi sembari mengatakan "Assalamualaikum ibu bapak, aku pamit dulu." Terdengar isak tangis yang sendu dari mereka yang mendoakan kesehatan dan senantiasa mengingatkanku untuk menjaga diri dengan baik.

    Di sepanjang perjalanan diriku merasakan ketenangan yang indah, serasa semua beban pikiran hilang sejenak dan disitu aku bisa bersandar dan membiarkan imajinasiku bermain dengan liar. Tak terasa 1 jam telah berlalu dan akhirnya aku sampai di tujuanku, Balikpapan, aku lalu pergi keluar dari dermaga dan mencari angkutan umum terdekat yang bisa membawaku pergi ke Samarinda, karena disanalah aku ingin meneruskan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu berkuliah.

  Sekitar 15 menit berselang, terlihat sebuah angkot di kejauhan atau begitu biasa kami menyebut nama sebuah angkutan umum disini, aku lalu naik angkot tersebut dan meminta supir untuk mengantarkanku ke halte bus terdekat. Setelah aku sampai di halte, tanpa berlama-lama aku langsung saja membeli sebuah tiket untuk pergi. Perjalanan ke Samarinda ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama dan membosankan,  sekitar 2 jam berselang dan akhirnya aku sampai dengan selamat di Samarinda, tempat ini begitu berbeda dengan tempat tinggalku di Penajam, aku bisa melihat banyak tempat baru yang sangat ingin aku kunjungi, namun sebelum aku tenggelam dalam imajinasiku lebih jauh untuk yang kedua kalinya, sesegera mungkin aku mencari angkot lain untuk mengantarkanku ke tempat tinggal sementara atau yang biasa disebut dengan kost.

   Sesampainya di kost aku langsung berbenah dan menata pakaianku di lemari yang sudah disiapkan pemilik kost, tak lama setelah berbenah aku lalu beristirahat, kusandarkan kakiku di kasur, lalu ada teh hangat dan sepiring biskuit untuk menemaniku sembari mengerjakan tugas, setelah itu aku lanjutkan dengan menonton film. Film yang kutonton ialah File of Kowasugi, aku suka dengan konsep bagaimana mereka membuat film yang seakan-akan direkam dengan menggunakan kamera amatir, sehingga penonton seperti melihat rekaman lawas dari masa 90an atau semacamnya, found-footage movie adalah istilah kerennya.

   Kuhabiskan waktuku dengan menonton film hingga malam dan tak terasa aku menonton semua film horror itu sendirian tanpa rasa takut, "Apakah ini perwujudan dari keinginanku untuk tinggal sendiri?" Tanyaku dalam hati, aku merasakan kontradiksi dengan perasaanku, aku ingin sendirian tapi dilain hal aku juga tidak ingin merasa sendiri, emosi tak beraturan, air mata mulai bercucuran, menangis, terlebih menangis tanpa suara adalah salah satu kebolehan yang kubawa dari rumah, aku berharap untuk tidak menangis hari ini namun pada akhirnya aku tidak kuasa menahan rasa pedih ini. Aku berbaring di kasur, memasang earphone sembari mendengarkan beberapa musik dari playlist-ku, berimajinasi seiring lagu, menangis karena hal yang mungkin aku tidak pernah alami, sangatlah aneh, tapi aku suka perasaan yang memberikan ketenangan ini.









Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Uhtceare | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang