182X - 188X

394 33 0
                                    

Bahkan di kehidupan selanjutnya, kita ditakdirkan selalu bersama. Dengan pohon ini yang menjadi saksi.

Mari temani diriku menceritakan kisah tentang sebatang kayu yang telah hidup selama puluhan atau mungkin, ratusan tahun. Berdiri kokoh menjulang mencakar langit melewati zaman, gugur daun lalu tumbuh hijau kembali.

Berulang kali, menemani kehidupan manusia di sekitarnya. Melihat tiap jalan cerita makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Rasa senang, sedih, takut, pilu, dan lainnya disaksikan batang besar tersebut.

Menjadi saksi atas kehidupan, terkhusus pada sepasang manusia yang walau berkali-kali meninggal lalu dihidupkan, tetap kembali bersama. Ditandai dengan titik di wajah dekat netra indah mereka. Kata manusia, sebutannya ialah soulmate.

182X – 188X

Tumbuh pertama oleh sepasang kasih yang baru menikah, tanam di depan rumah kecil yang mereka beli dari hasil kerja. Pohon muda menjadi tempat bermain anak lelaki tunggal mereka, terpasang ayunan seadanya dari tali dan papan kayu.

"Aku boleh coba ayunannya?" tanya seorang anak laki-laki usia delapan tahun pada yang lainnya, yakni anak laki-laki si pemilik rumah. Helai brunet itu bergerak sesuai anggukan kepala, mempersilakan teman barunya menaiki mainan buatan ayahnya.

Kerling kelopak indah dengan titik hitam di bawah mata kiri ikut si pemilik rumah tersenyum. Mendorong pelan tali agar berayun ke belakang dan ke depan secara konstan.

Darah remaja memang terasa manis, mencari jati diri, menjelajah tiap elemen kehidupan. Hadir di hati dan pikiran dua remaja laki-laki yang merebahkan diri beralas kain, memandang langit malam penuh bintang, saling bertaut jemari.

"Temani aku, tidur di rumahku untuk beberapa hari menunggu ayah dan ibu pulang. Mau 'kan?" tanya remaja bernetra tajam pada remaja satunya yang beranum tebal.

Si ranum tebal sentuh titik hitam di bawah ujung mata kanan temannya itu, "Iya, aku temani."

Nikmati sentuhan lembut dekat tulang pipi, membuat si netra tajam tersenyum hingga matanya menyipit bak bulan sabit. Ikut mengusap titik hitam di bawah mata kiri remaja satunya.

"Lucu, ya, kita sama-sama memiliki tahi lalat dekat mata. Aku di dekat mata kanan agak ke bawah hampir di tulang pipi, sedangkan kau tepat di bawah mata kiri."

"Itu tandanya kita ditakdirkan untuk selalu bersama," jawab satunya, bibir tebalnya melengkung indah. Menarik perhatian netra tajam di sampingnya.

"Selamanya?"

"Heum, selamanya bahkan di kehidupan selanjutnya."

Kelip bintang warnai langit, menemani bulan bersinar. "Mau berjanji?" tanya si senyum bak bulan itu.

Anggukan jadi jawaban. Saling menatap, mengeratkan tautan jari.

"Janji," ucap keduanya yang diamini semesta, tertanda bintang jatuh, ditutup kecup sekilas ranum keduanya.

Hingga dewasa, batang pohon yang ayunannya kini dilepas tersisa tali melilit dahan, menjadi tempat kedua anak adam tersebut bertemu. Berbagi kisah, menghabiskan hari. Kadang berdua, kadang bersama pasangan masing-masing. Walau entah rasanya aneh untuk mereka membagi tempat istimewa keduanya pada orang lain, bahkan untuk wanita yang mereka rasa cintai.

A Tale of The Tree - Jeno x HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang