19XXBunyi peluru bersahutan. Menumbangkan prajurit-prajurit yang tanpa takut maju ke arah musuh, balas meledakkan peluru, membabat tiap lawan yang bisa mereka jangkau.
"Tetap di garis aman, Jurnalis!" bentak prajurit berpangkat tinggi tersebut kepada jurnalis laki-laki yang berusaha mengambil gambar peperangan di depan sana.
Lengan jurnalis beranum tebal itu ditarik kasar ke belakang batang pohon besar dengan bekas tali yang melilit salah satu dahan. Pohon tua yang entah sejak kapan ditanam, mungkin puluhan tahun silam? Terlihat dari ruas-ruas potongan dahan.
"Lepas! Apa maksudmu menarikku ke sini? Bapak Jenderal yang terhormat?! tidak kah kau lihat bahwa aku sedang bekerja?" cekalannya dilepas paksa si jurnalis, memandang sinis lelaki berhelai pirang di hadapannya.
Wajah tegas sang jenderal yang sarat akan kelelahan diusap kasar. Netra tajam bertitik hitam di bawah mata kanannya nampak samar tertutup debu kotoran.
"Terlalu berbahaya. Kau terlalu dekat garis depan, tak seharusnya kau di sana. Tolong.. mengerti.. aku tidak mau kau terluka barang seujung pun," lirih lemah prajurit berperawakan tegap, memandang sendu lelaki di hadapannya.
Lelaki yang ranum tebalnya menjadi candu akhir-akhir ini bagi dirinya, titik sehitam jelaga di bawah mata yang selalu ia kecup tiap kesempatan. Balas menatap dengan tatapan yang sama sendunya, netra sekerlap kumpulan bintang itu berembun, menahan likuid bening agar tidak turun membasahi pipi.
"Aku tahu bahwa itu berbahaya, tapi pekerjaanku mengharuskan diriku melakukannya. Juga pekerjaanmu yang bahkan lebih berbahaya dari milikku. Percaya padaku, aku akan baik-baik saja, seperti kau percaya padaku kalau aku mencintaimu sepenuhnya. Walau orang-orang tidak merestui cinta sesama, walau kau masih ragu untuk berjuang. Aku mencintaimu, Jenderal. Bahkan jika aku mati hari ini dan hidup lagi, hanya kau yang akan selalu aku cintai."
Senapan laras panjang dilepas begitu saja oleh lelaki satunya, beralih menangkup pipi tirus tersebut. Meminta seratus persen atensi, menyelam netra seindah langit malam itu untuk ikut mengarungi netra miliknya. Agar terlihat kesungguhan, agar rasa sayang dan cintanya tersampaikan.
"Aku mencintaimu, sungguh. Namun, kisah kita berliku. Sembunyikan sekali pun akan memberatkan dirimu, kau akan kesakitan, aku tak mau, aku ingin kau bahagia. Aku juga tahu, tugasmu kemarin telah selesai. Pulang lah. Jalan hidupmu masih panjang, menikah dengan wanita baik dan miliki anak yang lucu. Aku tidak bisa berjanji untuk bisa hidup bersama denganmu, membangun keluarga denganmu. Pergilah, lupakan aku."
Tamparan keras menjengit si jenderal, tak sesakit melihat kekasih hati yang berlinang air mata setelah mendengar perkataannya.
Isak dari bibir tebal tersebut dibungkam ciuman dalam dari lelaki bertubuh tegap tersebut. Basah terasa akibat aliran mata keduanya, mengucapkan perpisahan tak bisa bersama.
"Aku mencintaimu selamanya. Bahkan di kehidupan kita selanjutnya, aku selalu mencintaimu, Duniaku," lirih sang Jenderal mengecup titik hitam di bawah mata kiri kekasihnya sebagai penutup, usapan di tulang pipi kanannya yang terdapat titik hitam ia rasakan dari jemari lentik lelaki di hadapannya.
"Aku juga, mencintaimu. Dan aku berharap takdir menyatukan kita di kehidupan kita selanjutnya."
Tatapan terakhir keduanya sebelum lebur terkena bahan peledak dari musuh. Mengantar keduanya pada kilas balik pertama kali bertemu, dengan si jurnalis yang tak sengaja menabrakkan diri pada dada bidang sang Jenderal yang sedang lari sore. Tatapan netra pertama mereka yang menggetarkan jantung masing-masing.
Bagaimana hari-hari selanjutnya si Jenderal yang kaku dan tegas terus-terusan diganggu si jurnalis cerewet berotak cerdas kritis yang ternyata merupakan anak dari atasannya. Diberi mandat untuk menjaga putra semata wayang atasan si Jenderal, membuat mereka terus bersama, menghabiskan hari, sampai napas terakhir.
Menyisakan sedih di hadapan sebatang pohon tua yang masih berdiri kokoh seakan ikut berjanji untuk menjadi tempat bertemu keduanya, nanti.
Di lain waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale of The Tree - Jeno x Hyunjin
Fiksi PenggemarJeno x Hyunjin Bahkan di kehidupan selanjutnya, aku dan kamu akan bertemu di bawah pohon ini, kembali saling jatuh cinta. Sebab kita ditakdirkan selalu bersama. a soulmate alternative universe from DARK.