Mimpi-mimpi

16 1 0
                                    

Di meja makan telah terhidang dua piring nasi goreng. Kedua piring nasi goreng itu di tata berdampingan. Dua cangkir teh manis terletak di samping kiri masing-masing piring. Selain itu juga ada sepiring telur mata sapi, sepiring potongan sayur mentah dan dua piring buahan potong. Pagi ini aku telah selesai menyiapkan sarapan untuk ku dan untuk laki-laki kesayanganku. Ia sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Aku sedang menunggunya di meja makan ketika alarm telepon genggam membangunkanku. Aku bermimpi lagi. Namanya mimpi, ia berakhir ketika pagi menjelang.

Setengah enggan aku bangkit, mandi dan bersiap-siap ke kantor. Selanjutnya adalah rutinitas yang aku lakukan setiap hari seiring matahari yang berjalan pelan menuju siang. Sesekali aku melihat notifikasi di telepon genggamku, barangkali ada pesan dari dia, laki-laki itu, mengajakku makan siang bersama. Aku menghela nafas ketika pesan yang aku tunggu tidak ada. Lalu seperti biasa aku makan siang bersama teman-teman di kantin kantor.

Aku kembali ke kesibukanku. Mengetik surat, mengantarnya ke meja atasanku, membuat laporan dan membuat presentasi untuk rapat besok. Matahari mulai mencondong ke arah sore, pertanda waktu pulang hampir datang. Sesekali aku mengintip telepon genggamku, melihat pesan tawaran mengantarku pulang. Dan aku tahu aku hanya akan menghela nafas sekali lagi. Pesan itu tidak ada.

Aku pulang sendiri mengemudikan mobilku pelan-pelan. Kenapa harus cepat-cepat bila yang menungguku hanyalah kesunyian. Iya, kesunyian adalah teman yang setia. Kesunyianlah yang menemani hari-hariku. Aku bercengkerama dengan kesunyian di ruang tamu, makan bersamanya di meja makan di dapur mungilku, lalu kami tidur bersama di kamar tidurku yang dingin.

Aku selalu menunggu malam datang, karena malam membawakan ku mimpi tentang laki-laki itu. Mimpi yang berganti setiap malam. Kemarin mimpi menyiapkan sarapan untuknya, kemarinnya lagi mimpi berdua bercanda di mobil yang membawa kami ke sebuah taman yang indah, mungkin besok mimpi ia menyanyikan lagu kesukaanku hingga aku tertidur di pangkuannya, atau lusa mimpi ia membawakan bunga dan mengucapkan aku sayang kamu di telingaku. Aku selalu meminta pada malam jangan bawakan aku satu mimpi yang aku tidak suka. Mimpi ia pamit meninggalkanku, aku akan kembali begitu janjinya. Dan aku menunggunya, walaupun ia hanya berkabar melalui mimpi-mimpi.

Laki-laki itu laki-laki yang pergi membawa sebagian diriku, menggantinya dengan mimpi-mimpi tentangnya yang berbeda setiap malam. Mimpi-mimpi yang membuat aku merasa dia masih ada sekitarku. Di dekatku.

Sekumpulan CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang