Laki-laki yang Bercahaya

9 1 0
                                    

Pertama kali aku melihat laki-laki itu ketika sama sama antri di kasir sebuah minimarket. Ia mengenakan pakaian berlabel sebuah kantor pemerintah. Aku mengantri di belakangnya. Waktu itu aku tidak melihat wajahnya, aku hanya mendengar suaranya ketika kasir bertanya tentang bagaimana ia membayar belanjaannya. Walaupun aku tidak melihat wajahnya, aku tidak akan lupa sosoknya, karena sekujur tubuhnya memancarkan cahaya. Anehnya cahaya yang memancar dari tubuhnya itu membuat sekitarnya menjadi gelap, sehingga aku tidak melihat apa-apa selain laki-laki itu. Aku yang keheranan bertanya pada kasir minimarket, apa ia juga melihat cahaya yang dipancarkan laki-laki itu, kasir itu menggelengkan kepala sambil memandangku dengan pandangan ganjil.

Kemudian aku berpapasan dengannya di pintu sebuah gedung. Cahaya di tubuhnya makin memancar ketika ia tersenyum padaku. Aku mematung membiarkannya lewat menunggu efek cahaya yang membuat sekitarnya menjadi gelap, berkurang. Setelah itu aku berharap bertemu lagi dengannya, aku ingin bertanya kenapa tubuhnya bercahaya, apakah ia malaikat yang singgah, atau makhluk planet lain yang tersesat di bumi.

Entah takdir entah memang kekuatan cahaya tubuhnya yang menarikku hingga beberapa kali bertemu dengannya tanpa disengaja dan kemudian dia memperkenalkan diri. Rasa penasaran membuatku memberanikan diri mengajaknya makan siang di jam istirahat kantor. Aku manusia biasa jawabnya ketika aku berkesempatan bertanya padanya pada pertemuan kami di sebuah rumah makan. Cahaya itu berasal dari hablur pesona yang tertanam di setiap pori-poriku katanya, dia akan berpendar bila ketemu cahaya lain yang sepadan. Cahaya itu adalah cahaya hatimu. Dia berusaha menjelaskan. Aku kebingungan, tak mengerti apa maksudnya.

Di setiap pertemuan, lama kelamaan cahaya tubuhnya itu berobah menjadi pusaran cahaya yang menarikku dengan kekuatan yang sulit kulawan, sampai aku menyerah. Pusaran cahaya tak berbentuk itu menyedot pikiran, rasa dan dayaku hingga aku merasa tubuhku terasa ringan setiap bertemu dengannya. Tubuhku yang ringan akan melayang terbang ke tempat-tempat indah yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Sekali waktu tubuhku mendarat di tepi sungai yang dialiri air yang warna berubah-ubah. Awalnya biru, jingga, hijau dan merah muda. Di pinggirnya tumbuh bermacam-macam bunga yang semuanya berwarna putih. Dia memetikkan untukku setangkai bunga. Di tanganku kelopak-kelopak bunga itu terlepas dari kuntumnya, kelopak kelopak bunga itu beterbangan di sekitarku kemudian berubah menjadi karpet terbang yang menari-nari mengajak kami terbang bersamanya. Aku dan dia berpegangan tangan tertawa bersama di atas karpet yang terbang makin lama makin kencang hingga tubuh kami terguncang-guncang sampai kemudian mendarat di puncak sebuah gunung yang juga tak kalah indahnya. Begitulah di setiap pertemuan aku dan dia tiba-tiba berada di tempat-tempat indah yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Cahaya di tubuhlaki-laki itu tak kunjung hilang walaupun aku telah berkali-kali bertemudengannya. Cahaya itu akan berobah menjadi pusaran cahaya yang menyedotingatanku hingga aku lupa pada cincin yang dipasangkan seorang laki-laki laindi jari manisku. Orang-orang menyebut laki-laki itu tunanganku. Pernah di suatumalam di saat pusaran cahaya mengembalikan ingatanku, ketika laki-laki yangdisebut sebagai tunanganku itu datang berkunjung, aku mematikan semua cahayaberharap aku dapat melihat cahaya yang berpendar di tubuhnya. Namun aku hanyamelihat kegelapan. Aku tak menemukan cahaya di tubuhnya, walaupun aku telahmematikan semua cahaya di sekitarnya.


*****


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekumpulan CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang