Seina Kasyafa Fathlim, seorang gadis yang kagum dan jatuh cinta pada budaya Jepang, memutuskan untuk mengambil risiko besar dengan melarikan diri ke sana sendirian. Ia memiliki harapan besar untuk menemukan tempat yang memberikan kedamaian serta keb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siang hari telah tiba di Akihabara, distrik pop kultur yang tak pernah sepi di pusat kota Tokyo. Lampu neon berkilau dengan warna-warna cerah, menciptakan panorama yang mengundang mata untuk terseret dalam keindahannya. Musik berdenyut enerjik meramaikan udara sepanjang jalan, menciptakan suasana penuh semangat yang menghidupkan jiwa. Terperangkap dalam hiruk-pikuk dan kebisingan, Seina dengan langkah gesit berjalan di antara toko-toko yang ramai, terpesona oleh beragam barang elektronik dan merchandise anime yang terpajang di sana.
Dalam gemerlap keramaian yang riuh, aroma makanan khas dan minuman sedap menyelimuti udara, memperkaya pengalaman berbelanja para pengunjung dengan rasa yang memikat indera. Matahari yang terus meninggi tak menggoyahkan minat Seina dalam berjelajah di distrik ini; semangatnya tetap menggebu seperti biasa. Ia memang sengaja ingin membenamkan diri dalam hiburan dan kesenangan yang ditawarkan oleh Akihabara, dengan harapan dapat mengalihkan pikirannya dari sosok Taka yang sejak kemarin memenuhi ruang di kepalanya. Meskipun kesehatannya sedikit bermasalah, ia memilih untuk tidak peduli. Akihabara juga salah satu alasan dirinya nekat kabur ke sini.
Menyaksikan banyak orang yang berpergian bersama, Seina merasa seperti penonton yang terasing. Untuk pertama kalinya, rasa sepi karena kesendirian menyerangnya tiba-tiba, meruntuhkan kegembiraan yang ia rasakan sebelumnya. Di tengah kerumunan manusia yang berlalu-lalang, hatinya mulai terasa hampa. Ia merindukan kehangatan sosial yang selalu terjadi pada orang lain, sementara dirinya terlunta-lunta dalam kesendirian.
Walaupun perasaannya masih diliputi kesedihan, gadis dengan tinggi 160 sentimeter itu tidak mau terlalu hanyut dalam perasaan rumitnya. Ia memasuki salah satu maid cafe populer, tempat yang terkenal dengan pelayan berpakaian ala kostum anime. Suasana kafe dipenuhi tawa-tawa riang dari para pengunjung, sementara musik yang diputar terus menghidupkan suasana. Saat Seina duduk, seorang pelayan mendatangi mejanya dengan senyum keceriaan, tidak hanya mengucapkan sambutan dengan sopan, tetapi juga penuh kelembutan. Seina terpesona oleh hiburan yang ditawarkan di maidcafe ini, dengan acara panggung yang menghibur, permainan yang seru, dan interaksi ramah serta antusias dengan para staf, semua benar-benar membantu dirinya dalam menikmati momen dan melupakan kesedihannya sejenak.
Gadis itu menyandarkan dirinya di kursi, merasakan kenyamanan dan kedamaian yang didapat dari pengaturan yang dirancang dengan baik. Ia menikmati minuman yang disajikan dengan penuh perhatian. Sentuhan spesial dengan bentuk karakter favoritnya yang dihiasi di atas busa cappuccino, membuat setiap tegukan menciptakan kenikmatan yang terasa di lidahnya.
Setelah menyegarkan diri di maidcafe, gadis yang melabeli dirinya sebagai Wibu Garis Keras itu kembali melanjutkan penjelajahannya di tengah kehidupan Akihabara. Matanya berbinar setiap kali melihat etalase berbagai toko yan g memajang barang-barang elektronik, merchandise anime, atau pernak-pernik yang unik, tanpa peduli dengan isi dompetnya yang mungkin sudah menipis. Semangatnya membara saat mengambil barang-barang yang menarik hatinya dari rak-rak toko.