Bagian 1-Awal Dari Semua Kejadian

206 24 20
                                    

"Kakak pergi dulu! Awas saja kalau kau ketahuan membolos! Akan ku gunting rambutmu sampai habis. Aku tidak peduli kalau kau akan ditertawakan teman-temanmu!" Go Ara berteriak ketika berada di luar rumah.

"Iya, iya. Hati-hati di jalan!" Sang adik balas berteriak.

"AWAS SAJA KALAU AKU MENDAPAT TELPON DARI WALI KELASMU NANTI!"

"IYA. TENANG SAJA!"

Go Ara mendengus sebal.
Mimpi apa dia bisa mempunyai adik tukang bolos.

"HEI KALIAN BERDUA!"
"TIDAK BISAKAH SETIAP PAGI TIDAK BERTERIAK?!" Penghuni rumah sebelah, berteriak marah. Tetangga sebelah rumah Go Ara adalah wanita 50 tahunan yang hidup sendirian. Wanita itu baru saja kehilangan anaknya saat anaknya ingin kembali ke rumah sehabis perjalanan dinas dari kantornya.

"KAU JUGA, MEMANGNYA TIDAK BISA TIDAK MENCAMPURI HIDUP ORANG SEHARI SAJA?!" Bukannya meminta maaf, Go Ara malah nyolot.

"DASAR ANAK MUDA JAMAN SEKARANG!"
"DIMANA SOPAN SANTUNMU?!"
Si wanita tua berteriak semakin emosi.

"INI, DI DENGKULKU! KENAPA? MAU LIHAT?" Go Ara mengangkat satu kakinya menghadap pintu rumah wanita tua itu. Si wanita tua malah membulatkan matanya tidak percaya.

"TUNGGU DI SITU! AKU AKAN MENGAMBIL SAPUKU. AKAN KU BUAT BENGKAK KAKIMU HINGGA TIDAK BISA BERJALAN." Si wanita tua masuk lagi ke dalam rumahnya.

Melihat hal tersebut, Go Ara panik. Gadis itu langsung berlari kabur menuju tempat kerjanya. Walaupun nenek tua itu adalah nenek-nenek; nenek tua itu bukan sembarang nenek-nenek.
Nenek tua itu mungkin bisa berlari menyusulnya menuju tempat kerjanya.

Kejadian seperti itu bukan sekali dua kali saja. Setiap pagi akan seperti itu.
Para tetangganya yang lain bahkan sudah memakluminya. Bahkan mereka beranggapan kalau Go Ara dan Nenek Kim sudah saling berteriak, itu tandanya sudah waktu berangkat bekerja.

"KEMANA ANAK KURANG AJAR ITU?"

"SUDAH PERGI, NEK! PERGI DARI JALAN YANG ITU TADI!" Adik Go Ara menunjuk jalan yang salah. Dia sengaja.
Saat ini dia sedang ingin pergi ke sekolahnya.

"Awas saja sampai ketangkap." Nenek Kim membawa sapu lidinya menyusuri jalan yang ditunjuk adiknya Go Ara.

Go Yu-Tak—adik Go Ara hanya terkekeh.
Dia langsung berlari karena takut Nenek Kim akan kembali, dan malah memukulinya.

Sinting!
Mungkin itu salah satu kata yang cocok untuk menggambarkan hubungan mereka.

Tidak ada yang waras dari ketiganya.
Dua orang emosian.
Dan yang satu, selalu memanas-manasi.

Tetapi walaupun begitu, hubungan ketiganya cukup erat.
Jika Go Ara dan adiknya tidak punya lauk-pauk, mereka akan meminta dari Nenek Kim. Begitu juga sebaliknya.

"GO YUTAK!"
"DASAR ANAK-ANAK TIDAK TAHU SOPAN SANTUN!"

Go Yutak yang samar-samar mendengar namanya di panggil, hanya tertawa saja. Ahh, nikmat sekali mengerjai nenek-nenek.

"Sudahlah. Seharusnya nenek beristirahat di rumah. Ngapain mengejar anak-anak itu?" Salah satu tetangga mereka menegur Nenek Kim.

"Aku ini mau mendidik mereka saja."
Nenek Kim mendengus kesal.

"Anak-anak yang bahkan sejak kecil tidak pernah di didik orang tua mereka, mana tahu sopan santun." Si tetangga langsung masuk ke dalam rumahnya.

Nenek Kim menghela napasnya.
"Karena itulah bodoh. Kalau tidak, untuk apa aku memarahi mereka?" Nenek Kim berjalan masuk ke rumahnya.
Wanita tua itu langsung mendudukkan badannya di kursi tua yang ada di ruang tamunya.

Thief of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang