Bagian 3-Go Yutak

75 14 0
                                    

"GO YUTAK!!"

Teriakan Go Ara terdengar kencang sekali. Gadis itu sudah seperti orang kesurupan. Hari sudah gelap, tetapi Go Ara masih sibuk berteriak memanggili nama adiknya.

"Kau ini seorang gadis. Tidak bisakah kau bersikap lebih sopan sedikit??" Nenek Kim tau-tau sudah berdiri di pintu rumahnya sambil menatap Go Ara dengan tatapan aneh. Mungkin dia merasa kasihan kepada Go Ara, masih muda tetapi sudah stress.

"Ini tidak ada hubungannya denganmu, dasar nenek tua! Sudah, lebih baik kau masuk ke kamarmu, berbaring, dan berdoa semoga kau masih bisa bernapas besok".

"DASAR ANAK MUDA KURANG AJAR!!"

Go Ara hanya bisa menghela napasnya. Nenek Kim tidak ada bedanya dengan dua orang sinting yang ada di kantornya. Sama-sama membuat darahnya mendidih.

"Lihat saja, kalau kau tidak berubah, tidak akan ada pria yang mau kepadamu!" Nenek Kim belum selesai mengomel.

"Ya, ya.....Dasar orang tua!" Go Ara malas memperpanjang perdebatannya dengan Nenenk Kim. Dia memilih diam setelah tetangganya yang lain menegur mereka. Memang sudah malam, salah mereka berteriak-teriak di jam istirahat.

Setelah masuk ke dalam rumahnya, Go Ara hanya meletakkan tasnya di atas meja. Kakinya langsung melangkah ke kamar sang adik. Karena sang adik bisa dengan kurang ajarnya tidur nyenyak, padahal kakanya sudah kedinginan di luar.

"Dasar kurang ajar!" Mendadak kekesalan Go Ara meluap ketika melihat sang adik asyik berbaring diatas ranjangnya sambil bermain ponsel bututnya, padahal sang kakak sudah seperti orang gila meladeni gerutuan nenek tua yang kesepian.

"Tidak bisakah mulutmu menyahut sebentar? Mengatakan kau ada di dalam?" Go Ara menghampiri adiknya dan langsung menarik telinga sang adik.

"ADUH!!!" Go Yutak langsung mengaduh kesakitan. Walaupun begitu, Go Ara tetap tidak melepaskan jewerannya.

"Aku adu mulut dengan Nenek Kim seperti orang tidak punya kerjaan, kau bahkan tidak mau membukakan pintu untuk kakakmu yang sudah capek pulang kerja??" Go Ara menarik lebih kencang telinga sang adik. Lalu setelah beberapa saat, barulah dia lepaskan.

"Aku bukannya tidak mau membukakan pintunya".

"Tidak mau apanya?"

"iya, kak. Aku serius".

"Memangnya kenapa kau tidak membukakan pintunya??"

"Suara kakak sih, kurang besar."

Mata Go Ara membulat tidak percaya mendengar penuturan sang adik. Tidak tahukah Go Yutak bahwa suara Go Ara paling besar diantara suara orang-orang yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka?

"Banyak alasan kau. Dasar berandalan!!" Go Ara menggetok kepala sang adik. Sang adik hanya bisa cengengesan mendapat jitakan tersebut.

"Sudah, ayo ikut kakak. Ada yang ingin kakak berikan kepadamu."

Go Ara menghela napasnya untuk meredakan kekesalannya.

Go Yutak terlihat mengerutkan dahinya. Memangnya apa yang ingin diberikan sang kakak kepadanya? Biasanya sang kakak hanya memberikan jitakan, kalau tidak tendangan. Kakak nya memang melebihi preman pasar tukang palak.

"Aku ragu ini sesuatu yang menarik." Go Yutak bergumam.

"Aku mendengarnya, dasar kurang ajar!"

Go Yutak hanya terkekeh. Entah mengapa dia kalau bergumam, suaranya sangat keras. Apalagi kalau sedang merenung atau mengkhayal. Pasti ada saja kejadian dimana dia tidak sengaja mengutarakan apa yang sedang dia bayangkan. Hal ini yang membuat Go Yutak tidak mau diam jika di lingkungan yang ramai.

Thief of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang