an autre (another in french)

10 2 1
                                    

NOTE: Ini cerita lama yang pernah aku buat tahun 2018 di akun lamaku (siviajo), aku mutusin untuk revisi ulang dan jadiin ceritanya dengan NCT:)

So, the cast:
Huang Renjun as Zero.
Park Jisung as Septian.
Keke and Daud? i'll leave it to your imagination:)

***

Mereka selalu memujanya. Mengaguminya. Baik siswa maupun siswi. Bahkan para guru.


Keke akui kalau dia juga mengagumi cowok itu. Dulu. Sebelum dia merasa ada yang aneh dengan cowok itu, Zero Aldrian. Atau lebih dikenal Zero.

Siswa kelas tiga yang terkenal dengan kesempurnaannya itu. Tinggi, untuk ukuran anak SMA dia terlampau tinggi. Pintar, mungkin bisa dibilang jenius. Selalu peringkat satu seangkatan dan membanggakan sekolah dengan prestasi olimpiadenya. Dia juga jago olahraga dan anggota ekskul Taekwondo. Baik, menurut orang-orang. Suka menolong, sampai-sampai sering dijadikan modus menyebalkan oleh para siswi yang suka minta tolong hal yang tidak penting.

Katanya juga orang kaya, dia selalu naik mobil ke sekolah dan menggunakan jasa supir. Cukup ramah, senyuman selalu terukir di wajahnya.

Sudah cukup dijadikan alasan untuk mengaguminya kan?

Keke tidak tahu apa dia saja yang merasa atau bagaimana. Yang jelas, rasa kagum itu sudah memudar dan digantikan dengan rasa kengerian dan takut setiap kali dia melihat Zero.

Kejadiannya dua minggu lalu.

Jam pulang sekolah sudah usai tiga puluh menit yang lalu. Tetapi masih ada beberapa murid yang belum pulang, untuk ekskul ataupun urusan OSIS. Para guru juga masih ada yang belum pulang. Keke berlari-lari kecil menelusuri koridor sekolah menuju kelasnya. Sedikit merasa lega ketika mendapati koridor sekolah tidak terlalu sepi. Masih ada beberapa murid di kelas untuk kegiatan ekskul mereka.

Padahal rumahnya hanya tinggal satu tikungan lagi tapi mendadak dia ingat kotak bekalnya yang tertinggal di kolong mejanya. Wah, bisa disembur Mama kalau tahu Tupperware-nya hilang. Mau tidak mau dia harus balik lagi ke sekolah.

Sebenarnya dia takut mengambil sendirian, tapi Alin—sohibnya sejak kelas sebelas—harus lanjut pergi les. Keke merasa tidak enak hati kalau memaksa minta ditemani. Dia memutuskan untuk cepat-cepat masuk kelas yang kosong dan sepi itu, mengambil kotak bekalnya, lalu langsung lari keluar. Rencananya kira-kira seperti itu. Ya, dia pasti bisa.

Meskipun berlari-lari kecil, mulutnya komat-kamit dengan segala doa. Entah untuk Tupperware-nya semoga masih duduk manis di kolong meja atau untuk terhindar dari makhluk-makhluk halus di pikirannya itu.

Dan ... ya, dia berhasil masuk kelas. Kotak bekalnya sudah di tangannya. Tugasnya sekarang berlari lagi di koridor sekolah menuju keluar. Tetapi sepertinya untuk yang satu ini tidak bisa dibilang berhasil.

Ketika nyaris mencapai tangga untuk turun, indra pendengarannya terusik dengan suara rintihan. Secara otomatis Keke berhenti berlari. Napasnya memburu dan jantungnya berdegup kencang. Nyaris lupa caranya bernapas saat melihat sesuatu di hadapannya.

Wajahnya menunjukkan raut horor. Tubuhnya membeku. Seolah-olah kedua kakinya dijahit di tanah, tidak bisa bergerak. Dia langsung pucat.

Di sana, tak jauh dari tempatnya berdiri, di sudut koridor paling pojok. Seorang siswa yang Keke kenali bernama Daud, terkapar nahas di lantai. Seragamnya kusut dan kancing-kancing seragamnya entah terlempar ke mana. Yang membuat cewek itu pucat ialah bercak-bercak merah di seragam putih kusam Daud.
Banyak sekali darah di seluruh wajah Daud yang lebam dan memar. Sumber paling utamanya ialah dari kening cowok itu yang membuat darah tersebut mengalir. Astaga, dipukul pakai apa sampai-sampai terluka parah begitu?

AN AUTRE | Renjun NCT AU (ONESHOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang