2

5.8K 721 19
                                    

Langkah tajam seseorang memasuki wilayah mansion yang menjadi saksi ia tumbuh dan berkembang sedari bayi. Pancaran matanya sedingin bongkahan es seolah mampu membekukan seluruh orang yang menatapnya.

"Tuan muda," sapa Taeil. Pria paruh baya yang menjadi orang kepercayaan Jung Jaehyun.

"Dimana Appa?"

"Tuan Jung ada di dalam. Tuan muda sudah ditunggu." Taeil membukakan pintu untuk anak dari tuannya tersebut.

Saat memasuki ruangan itu, terasa sekali aura tenang namun menghanyutkan milik Jung Jaehyun. Jelas berbeda dengan aura permusuhan yang dikeluarkan oleh Mark.

Sudah 8 tahun ini mereka berseteru. Semenjak kepergian Haechan yang seolah tertelan bumi karena tidak ada informasi apapun dari diri Haechan walaupun Mark sudah mencarinya dengan bantuan detektif handal.

Tapi itu hanyalah percuma. Dalang dibalik perginya Haechan ternyata Jaehyun. Sampai sekarang pria paruh baya itu masih menghalangi akses Mark untuk menemui wanitanya.

"Kau datang, Mark." sapa Jaehyun singkat. Tak ada nada tersirat yang berarti dari sapaannya.

"Tentu. Jika tidak menyangkut Haechan tentu aku tidak sudi untuk datang kemari."

Jaehyun berdecih menanggapi perkataan dari Mark. Sudah ia duga pancingannya dengan membawa nama Haechan ternyata bisa membuat Mark datang menemuinya.

"Katakan kesepakatan apa yang akan Daddy berikan." desak Mark.

"Aku akan memberikanmu akses bertemu Haechan."

"Memang sudah seharusnya."

Jaehyun terkekeh, "Tapi kau harus menikah dengan Yeji."

Lihat, eorang Jaehyun tidak akan pernah memberikan bantuan secara sukarela. Kepada anaknya pun ia masih pamrih.

"Tidak akan pernah."

Mark sudah jelas menolaknya. Ia tidak akan pernah menikah dengan orang selain Lee Haechan. Itu janjinya kepada dirinya sendiri. Hanya Haechan yang pantas menjadi pendamping serta ibu dari anak-anaknya kelak.

Namun keinginannya tidak berjalan mulus karena pria tua yang ada di hadapannya kini.

"Kau terlalu naif, Mark. Kalau kau menikah dengan Yeji tentu itu sebuah kesempatan yang berharga. Kau bisa membangun perusahaan di tanah Dubai." ucap Jaehyun yang sebenarnya tidak membuat pengaruh lebih pada Mark.

"Bahkan aku bisa membangun perusahaan di sana dengan uangku sendiri."

Kembali lagi, Jaehyun terkekeh kecil. "Kau terlalu sombong."

"Come on, Mark. Kau akan mendapatkan keuntungan besar. Menjadi bagian keluarga Hwang akan mempermudah bisnis kita ke wilayah tengah."

"Apa peduliku?" Mark menaikkan bahunya tanda seolah ia memang tidak peduli.

Tangan Jaehyun yang berada di atas paha itu mengepal kuat. Ia seolah berhadapan dengan watak asli dirinya sendiri. Akan sangat sulit jika seperti ini.

"Baiklah, apa yang kau mau?" tanya Jaehyun.

"Jangan menghalangi jalanku." ucap Mark.

Kekehan Jaehyun meledak sembari mengusap keningnya. Seorang Mark tidak akan menyetujui tanpa adanya keuntungan yang didapatkan untuknya.

"Sebenarnya aku pun tidak pernah menghalangimu." Jaehyun menyeringai.

"Wanita itu yang memang tidak sudi menemui mu."

Prang!

Kaca yang melapisi meja Jaehyun pun seketika pecah karena pukulan kuat kepalan tangan Mark. Ia mengingkari janjinya kepada Taeyong, mommy-nya. Sebelum ke mansion orang tuanya untuk bertemu dengan Jaehyun, Mark telah berjanji kepada Taeyong supaya dapat menahan emosinya.

Lost [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang