Sudah dari 3 hari yang lalu sikap Chenle berubah. Gadis kecil itu tetap seperti biasanya hanya saja lebih banyak diam dan berbicara seperlunya. Hal itu membuat Haechan sedih. Baru kali ini Haechan diabaikan oleh Chenle. Tapi ia bisa mengerti perubahan sikap Chenle ini. Dan itu memang kesalahannya.
Kesalahan Haechan yang tidak berterus terang perihal ayah kandung purti cantiknya. Selama ini jika Chenle bertanya mengenai appa-nya, Haechan selalu menjawab kalau appa-nya telah tiada. Namun Haechan memiliki alasan dengan menjawab seperti itu. Ia tidak ingin Chenle berharap kepada yang tidak pasti. Sebab Haechan yakin kalau mereka tidak akan kembali bertemu apalagi bersama.
Haechan membuka pintu kamarnya. Setelah makan malam, Chenle langsung pergi ke kamar untuk belajar. Mata Haechan menangkap Chenle yang tengah membereskan peralatan sekolahnya. Padahal belum ada 30 menit gadis kecil itu berpamitan. Dan juga, Chenle adalah anak yang gemar belajar. Tidak mungkin Chenle akan menyelesaikan kegiatan belajarnya dengan cepat.
"Sayang, sudah selesai?" tanya Haechan sembari melangkahkan kakinya mendekati Chenle.
"Chenle sudah mengantuk. Good night, eomma."
Haechan menghembuskan nafasnya lelah. Anaknya masih menghindarinya. Ia mencoba untuk menahan tangisnya. Tidak ingin menangis di hadapan Chenle.
Chenle membaringkan tubuhnya di ranjang yang selalu di tempati olehnya dan Haechan. Ia menarik selimut sampai batas lehernya dan langsung memejamkan matanya untuk tidur. Ah tidak, lebih tepatnya berpura-pura tidur sampai ia terlelap sungguhan.
Karena tidak mampu menahannya lagi, dengan cepat Haechan pergi menuju kamar mandi. Ia akan menangis sepuasnya. Tak lupa Haechan menyalakan keran air supaya suara tangisnya teredam.
Mendengar suara pintu tertutup dan keran air, Chenle membuka matanya. Air matanya berjatuhan ke kedua sisi wajahnya. Dari lubuk hatinya, Chenle merasa sangat bersalah. Tapi bagaimanapun juga Chenle masih merasa kecewa.
"Eomma, maafkan Chenle. Eomma mengajarkan Chenle untuk tidak berbohong, tapi kenapa eomma berbohong? Chenle merindukan appa."
•••
Pagi ini Mark sudah rapi dengan pakaian formalnya. Sudah 2 hari ia berada di Incheon untuk melakukan pembicaraan tenang projek pembangunan pusat perbelanjaan besar. Karena ini adalah projek yang besar, Mark tidak ingin projek ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jadi ia yang akan terus memantau perkembangan projek ini.Tidak tanggung-tanggung Mark juga menggaet arsitektur terkenal yang berasal dari Incheon juga. Dan hari ini mereka akan bertemu.
Bersama satu sekretaris dan asisten pribadinya, Mark mendatangi salah satu meeting room di hotel yang sebelumnya telah direservasi untuk pertemuan mereka. Selama di perjalanan Mark terfokus dengan desain bangunan yang telah diberikan oleh arsitektur tersebut. Melihat betapa megahnya desain itu, membuat Mark menyunggingkan senyum. Kali ini ia akan berhasil membangun pusat perbelanjaan termegah di Korea Selatan tanpa harta dari keluarga Jung sepeser pun.
Sesampainya di hotel, Mark disambut oleh koleganya. Dengan senyuman khas arsitektur tersebut menyapa Mark yang baru saja datang.
"Pagi, Jeno-ssi." sapa Mark yang juga dengan senyuman. Entahlah Mark yang jarang sekali memperlihatkan wajah berserinya, saat ini hatinya merasa berbunga-bunga. Dan itu sudah ia rasakan saat hari pertama dirinya datang.
"Pagi, Mark-ssi."
Lee Jeno. Tidak ada yang tidak mengenal arsitektur handal yang berasal dari Incheon. Sudah banyak bangunan-bangunan megah terutama di Incheon sendiri yang berdiri atas hasil karyanya. Mark tahu tentang Jeno sendiri karena banyak kolega bisnis yang merekomendasikan Jeno. Di sisi lain Mark juga telah melakukan riset dari beberapa arsitektur lainnya, hanya saja karya Jeno yang sesuai dan menarik hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [END]
FanfictionPerasaan cinta seorang asisten pribadi kepada Tuan nya apakah sebuah kesalahan? ⚠️ Markhyuck GenderSwitch dldr