Gone

3 2 0
                                    

"Kenapa kita harus pergi ke sana?" protes Jared seraya memasang sabuk pengaman di tubuhnya.

Jamie mengajak Jared untuk pergi mengunjungi Tuan Joel hari ini selagi masih ada waktu sebelum mereka disibukkan kegiatan berkemas. Meski disertai aksi protes, Jared tak menolak ajakan Jamie. Kepindahan mereka masih dalam proses. William sedang berusaha mencari tempat tinggal yang nyaman untuk mereka.

"Setidaknya kita harus pamit padanya sebelum pergi."

"Apa itu penting?"

"Ya," jawab Jamie ragu. Sebenarnya tujuan Jamie membawa Jared berkunjung ke tempat Tuan Joel bukan sekadar ingin mengucapkan pamit sebelum pergi, tapi ia hendak memberitahu pada laki-laki tua itu jika Jared telah membuka matanya.

"Kau tahu, perjalanan ke tempat itu sangat jauh. Kenapa kau tidak meneleponnya daripada datang langsung ke tempatnya?"

Mobil yang mereka tumpangi mulai melaju di atas jalanan yang cenderung sepi. Hari belum terlalu siang ketika mereka keluar dari rumah. Toko buku bekas milik Tuan Joel pasti sudah buka di jam segini, pikir Jamie.

"Aku yakin laki-laki tua itu tidak punya ponsel. Apa kau melihat ada telepon di meja kerjanya?"

Sepertinya tidak, batin Jared mencoba mengingat-ingat kembali suasana di dalam toko buku bekas milik Tuan Joel. Tempat itu dipenuhi dengan buku-buku yang mengeluarkan aroma tidak sedap, pengap, dan tanpa pengunjung. Seolah Tuan Joel tak pernah peduli apakah ada orang yang akan datang membeli buku atau tidak. Laki-laki tua itu biasanya akan sibuk dengan lembaran surat kabar di tangannya.

"Tuan Joel adalah vampir yang hidup mungkin sekitar 200 tahun-an dan tidak pernah mengikuti perkembangan zaman. Aku berani bertaruh jika dia belum pernah memegang ponsel sekali pun," celoteh Jamie penuh percaya diri.

"Terkadang seseorang merasa lebih nyaman hidup tanpa ponsel," sambung Jared menambahi. Pasalnya Jared termasuk seseorang yang jarang menggunakan ponsel.

"Jangan membicarakan tentang dirimu," tukas Jamie seraya melirik penuh cemoohan ke samping. "Apa kau benar-benar siap untuk melepaskan gadis itu? Kau tidak akan pernah punya kesempatan untuk melihatnya lagi seumur hidupmu. Apa kau bisa melakukannya?" Tiba-tiba saja Jamie mengubah topik pembicaraan.

Jared seperti tak terpengaruh. Ia masih diam dan belum bereaksi.

Segala tindakan pasti ada konsekuensinya. Jared sudah menimbang dari awal tentang sisi baik dan buruknya. Dan ia tak bisa berubah pikiran lagi. Jika Jared ingin Luisa tetap hidup, maka ia tak punya pilihan lain.

"Jika kita tetap tinggal di sini, keadaannya akan sama. Takdir akan terulang sekalipun bukan kau yang menghabisi nyawanya. Kau tahu, ayah tidak akan tinggal diam. Dia akan membunuh Luisa," ujar Jared.

Dan saat itu tanpa sengaja Jamie telah membuka jalan takdir Luisa untuk masuk ke dalam hidup Jared. Jika Jared tetap bertahan tinggal di kota ini, tak ayal pertemuan-pertemuan selanjutnya akan terjadi sesuai kehendak semesta. Takdir telah dimulai. Dan kepergian Jared adalah sebuah solusi untuk memutus garis takdir di antara mereka berdua.

"Kau benar. Jalan untuk mengulang takdir yang sama telah terbuka lebar. Kita memang harus segera memutuskan untuk memuluskan jalan itu atau menutupnya rapat-rapat," ujar Jamie.

Jamie juga pernah menyimpan perasaannya terhadap Clara. Dulu. Namun, sekarang ia tak ingin mengusik semua hal yang berhubungan dengan Jared.

Sisa perjalanan mereka dilalui dalam kebisuan. Jamie sibuk berpikir, begitu juga dengan Jared. Tanpa terasa mobil yang mereka tumpangi telah tiba di tempat yang dituju. Toko buku bekas milik Tuan Joel.

Jamie bergegas turun dari mobil usai mematikan mesin kendaraannya diikuti oleh Jared. Namun, begitu keduanya menyapukan pandangan ke arah toko buku bekas milik Tuan Joel, sebuah keanehan terpampang dengan jelas di depan Jared dan Jamie.

Toko buku bekas itu masih berdiri tegak di tempatnya. Namun, tampilan luar tempat itu sangat jauh berbeda dari yang terakhir kali Jamie lihat. Memang, toko itu tampak usang dan terlihat tak dirawat, tapi apa yang mereka lihat sekarang jauh lebih parah dari itu.

Toko itu terlihat jauh lebih tua dan kotor seolah telah berpuluh-puluh tahun tidak terjamah oleh tangan-tangan manusia. Seluruh catnya telah mengelupas. Bagian atap teras toko tampak rapuh dan nyaris roboh. Lantainya pun tertutup debu yang tebal sehingga menyamarkan warna asli ubin. Sebuah gembok berkarat tampak terpasang menyatukan kedua daun pintu masuk toko dan menjadi pemandangan tak biasa bagi Jared dan Jamie.

"Apa kita salah tempat?" Tanpa menoleh Jamie menggumam pada saudaranya.

"Kurasa tidak." Meski Jared tahu Jamie tak butuh jawaban, tapi ia menyahut juga.

"Kenapa aku merasa tempat ini sudah lama ditinggalkan pemiliknya," ujar Jamie seraya mengayun langkah ke depan. Dengan setengah ragu ia mendekat ke pintu toko dan meraih gembok berkarat yang terpasang di sana.

Terkunci.

Jamie menggoyangkan benda itu untuk memeriksa apakah gembok terpasang dengan baik atau tidak. Jika tidak, ia berharap gembok itu akan terbuka saat Jamie menggoyangkannya.

Tak mendapatkan hasil, Jamie berinisiatif mengintip ke dalam toko melalui jendela kaca berselimut debu tebal yang terpasang di sebelah pintu.

Di dalam sana Jamie hanya bisa melihat rak-rak buku yang samar-samar tertangkap oleh kedua matanya. Pencahayaan di dalam toko sangat minim. Sinar matahari tak cukup membantu.

"Apa kau tak merasa ada yang aneh dengan tempat ini?" Jamie menyerah untuk melihat ke dalam toko dan berbalik ke dekat Jared yang tak beranjak dari tempatnya berdiri sejak turun dari mobil.

Jared pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres dengan toko itu dan Tuan Joel. Namun, sebelum ia sempat mengutarakan pendapat, seorang wanita tua tiba-tiba menghampiri keduanya.

"Apa yang sedang kalian lakukan di sini, Anak Muda?" tegur wanita tua berpakaian setelan merah muda. Rambutnya dipangkas pendek dan warnanya abu-abu. Sebuah tongkat tampak dalam genggamannya. Agaknya ia mengalami sedikit masalah untuk berjalan. Punggungnya bungkuk.

"Apa Nyonya tahu ke mana pemilik toko buku ini? Apa dia sudah menutup tokonya?"

Wanita tua itu menatap ke arah ujung telunjuk Jamie.

"Toko itu sudah tutup sejak lama, Anak Muda. Mungkin sudah lebih dari 30 tahun lalu. Tidak ada yang tahu ke mana pemiliknya pergi," ucap wanita tua itu seketika membuat Jared dan Jamie syok.

Jamie dan Jared saling pandang. Wajar jika Tomo dalam kondisi seperti itu setelah ditinggalkan pemiliknya selama kurang lebih 30 tahun. Tapi, bagaimana dengan Tuan Joel yang mereka temui di toko itu beberapa waktu yang lalu? Saat itu mereka masuk ke dalam toko buku dan bertemu dengan Tuan Joel. Semuanya terasa begitu nyata dan mustahil jika itu hanya mimpi.

"Memangnya kalian datang dari mana?"

"Ah, kami datang dari jauh. Apa Nyonya tahu siapa pemilik toko ini?"

Wanita tua itu menggeleng.

"Aku juga tidak tahu, Anak Muda."

"Baiklah. Kalau begitu kami pergi dulu," pamit Jamie buru-buru. Ia memberi isyarat pada Jared agar bergegas masuk ke dalam mobil.

***

23 Oktober 2021

I Love You Mr. Vampire (season 2) #endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang