Prolog

72 20 67
                                    

Dapat kah seseorang mendengar teriakan ku? sungguh aku lelah, tidak adakah yang mengerti tentangku? Aku butuh seseorang untuk menjadi tempat ku bersandar, aku butuh seseorang mendengarkan keluh kesahku....

Dan disini lah aku, berdiri di loteng rumah sakit tempat ku di rawat. Ku tatap ke arah bawah, banyak kendaraan berlalu lalang, aku hanya dapat tersenyum sinis. Benar, sudah tidak ada yang menyayangi ku bahkan Allah sendiri sudah melupakan ku. Engaku sungguh jahat ya Allah, Engkau telah merebut semua milik ku, aku membenci mu.

Sejak SMP hijabku telah ku lepas, karena aku sudah tidak percaya akan ada Allah, kalau pun aku percaya, aku juga tidak ingin menyembah nya, karena ia bahkan tidak memperdulikan aku lagi.

Perlahan tapi pasti, kulangkah kan kaki kedepan, yah... hanya ini satu satu nya yang dapat ku lakukan saat ini.

"Hei... berhenti, apa yang kamu lakukan." Ucap seseorang tepat di belakang ku.

Aku terkejut mendengar suara itu, karena aku sengaja memilih sekarang untuk melakukan nya karena ini waktu tidur, sudah jam 12 malam. Namun, aku tidak peduli, tetap kulanjut kan langkah ku.

"Hei.. apa kamu tuli?" nada suara orang itu terdengar kesal. Orang itu langsung menarikku.

Tentu saja aku memberontak tidak mau. Al hasil orang itu menarik ku dengan sekuat tenaga. Hingga aku terduduk, "kenapa? kenapa? kenapa kamu menghentikan ku? Aku sudah tidak punya siapa siapa lagi, aku.. aku... aku sendiri." ucap ku dengan nada sinis bercampur rapuh.

"Kamu punya Allah."

"Allah? hah.. aku sudah lama melupakan nya, dia merenggut semua milik ku, dia merenggut ayah, ibu, bahkan saudara ku. jadi jangan menggahalangi ku." ucap ku lalu kembali melanjut kan aktifitas yang sempat tertunda tadi.

Orang itu mengacak-acak rambut nya. "Jauh sebelum kita di lahir kan. Ada seorang anak ketika ia masih di dalam kandungan ayah nya meninggal, ketika masa kanak-kanak ibu nya pergi menyusul ayah nya. Kakek, paham, istri bahkan anak anak nya juga meninggal kan nya. Ia di siksa oleh paman nya sendiri." suara orang itu terdengar serak karena menahan air mata mengingat perjuangan orang yang sedang ia ceritakan. Perlahan ia menarik napas nya, "Namun, ia tidak henti henti nya mendakwa kan agama islam, ia tidak pernah menyalahkan Allah... ia tidak peduli dengan cercaan yang orang berikan padanya. ia adalah nabi akhir zaman, nabi Muhammad SAW." dengan bangga ia melanjut kan ucapan nya.

"tapi aku bukan dia, aku tidak sekuat dia."

"ingat.. Allah tidak akan membeban kan kepada hamba nya melebihi batas kemampuan nya. Allah yang berikan mu cobaan itu karena ia tau kamu mampu."

Aku langsung terduduk, benar apa yang dia ucap kan... mengapa bisa aku melupakan hal itu? mengapa aku menyalahkan nya? "Apa allah akan mengampuni ku?" tanya ku pelan, namun orang itu masih dapat mendengar nya.

Orang itu tersenyum. "Pengampunan Allah seluas lautan. ketika kamu datang kepada allah dengan berjalan, Allah datang dengan berlari. ketika dosa mu setinggi gunung, pengampunan Allah seluas lautan." jawab nya cepat.

Aku tersenyum mendengar hal itu, mengapa selama ini hati ku tertutup? "Terima kasih.. oh iya Nama mu siapa?"

"Husain"

"nama ayah mu pasti Ali" ucap ku asal.

" Yah benar itu nama ayah ku."

Mata ku terbelalak kaget. "ibu mu Fatimah?" tanya ku lagi

"iyap."

Aku langsung menelan ludah. "jangan bilang nama kakek mu Muhammad bin abdullah."

"Haha.. tidak, kami muallaf, jadi kami mengubah nama kami."

Sekatika aku menghembus kan napas lega. "oh Iya jam segini ngapain disini?" Tanya ku

Husain tersenyum, "Aku bangun dari tidur ku tadi. lalu ber doa, siapa pun wanita yang pertama kali ku temui nanti maka dia lah yang akan menjadi istri ku." ucap nya dengan penuh percaya diri

Aku menatap nya dengan tatapan terkejut, sekilas ku lihat perawakannya, ia agak lebih pendek dari ku. "ah.. apa yang kamu katakan... kamu mungkin ngantuk.. jadi pergi lah tidur. Aku juga mau lanjut tidur lagi." Buru-buru aku memakai sendal ku, lalu melarikan diri.

"Doa ku sudah terjawab." gumam nya pelan.

#salamwritingmarathon #Challangemenulisbersama_tim3 redaksisalam ped

Fi AmanillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang