–Happy Reading–
setelah kejadian tadi siang, Dhika masih belum sadar diri. ia terpaksa dibawa ke Rumah Sakit untuk diperiksa lebih detail lagi.
sang Bunda hanya diam, ia tidak bisa berbuat apa apa jika anak nya sudah lemah seperti ini. hanya berdoa dan memohon kepada yang kuasa agar anak nya dapat membuka mata.
bagaimana dengan Ayah? sungguh sangat emosi, kenapa Ayah nya jadi makin egois seperti ini??? padahal dulu Raihan sangat ingin perhatian dari Ayahnya, tapi hanya 20% yang ia dapat.
"Bunda." ucap Raihan kepada sang Bunda yang sedang melamun di kursi depan ruangan Dhika dirawat.
"Hm? apa sayang?" jawab Bunda sambil merangkul Raihan.
"Bunda gaakan marah sama Abang kan?"
"Nggak dong, Adek kan emang lagi sakit. jadi wajar aja bang kalau memang sering kambuh, tapi lain kali Abang harus hati hati ya? jangan diajak capek terus Adek nya."
"Abang juga capek, Bun."
"Iya Bunda kuuuu sayaannngggg" jawab Raihan sambil memeluk Bunda.
Bunda dan Raihan memang romantis, tapi dibalik itu ada rasa cemburu yang memang tidak wajar dari Ayah.
"Kamu ngapain sih masih peduliin anak ini?!" ucap Ayah sambil melepas pelukan Raihan dan Bunda dengan tangan nya.
"Ayah! Bunda kan sayang sama Abang, kenapa sih Ayah kayak gitu??!!!" Raihan emosi, ia sudah bukan anak kecil lagi jika sudah berhadapan dengan Ayah nya.
Plak...
"Berani jawab ya kamu??? yang sudah membuat anak saya masuk rumah sakit siapa?! sampai sekarang ia bahkan belum sadar sadar Raden Muhammad Raihan."
"Ay-yaahhh? Ayah nampar Abang?"
"Kenapa??!!! mau dikasihani terus kamu? iya?"
"MAS CUKUP!"
Ayah dan Raihan berhenti sejenak, apa ini benar Bunda nya yang membentak?
"Udah mas, kedua anak kita memang sakit wajar aja kalau memang mereka sering keluar masuk Rumah Sakit mas..."
"Hanya Dhika yang sakit, bukan kedua nya. kamu tau itu!"
Ayah lantas langsung meninggalkan Raihan dan Bunda.
Hati Raihan sangat sakit, memang nya tuli itu bukan penyakit ya? hanya itu yang ia fikirkan.
Raihan terduduk lemas di tempat duduk asal nya, layaknya orang yang tidak punya tenaga untuk berbicara apalagi bergerak.
"Bunda...Abang capek."
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH.||jaemark[REVISI]
Подростковая литература[MASIH DIPERBAIKI DARI BAB LIMA] dipaksa dewasa oleh keadaan emang gak enak kan? apalagi tuli dari lahir, kalau gak kedenger sekali taruhan nyawa jaminan nya.