Mobei-Jun mendongak, menatap Shang Qinghua dengan tatapan biru yang tajam."Apa kau lapar?"
"Tidak, aku sudah makan dalam perjalanan pulang," jawabnya lembut, menurunkan bulu matanya saat dia melirik surat yang sedang dibaca oleh Mobei-Jun. "Apa itu?"
Mobei-Jun mengesampingkannya dengan tatapan tak tertarik lalu berkata, "Ini surat dari Kaisar. Dia meminta kita untuk mengunjungi Istana Kekaisaranpada musim semi ini."
"Benarkah?" Shang Qinghua bertanya, mengangkat alisnya.
Mobei-Jun menatapnya lagi. "Kita berdua."
"Oh," kata Shang Qinghua dengan lembut. "kenapa?"
Mobei-Jun memalingkan muka dan memberi isyarat agar seorang pelayan membawakan mereka teh sebelum dia berbicara."Pertemuan sembilan tuan." Dia sedikit bersandar, menatap tangan Shang Qinghua di tempat mereka beristirahat tergenggam di tepi meja. "Yang Mulia jarang memanggilku ke ibukota sebelumnya."
Shang Qinghua mempertimbangkan beberapa surat yang dia saling kirim dengan Shen Qingqiu sejak kepergiannya dari ibu kota. Temannya, terlepas dari semua kutukannya tentang tulisan buruk Shang Qinghua (pria itu tidak harus membacanya, Shang Qinghua menyatakan dengan geli), telah menunjukkan kepedulian akan kesejahteraan Shang Qinghua.
Setiap kali, Shang Qinghua meyakinkannya bahwa dia baik-baik saja, bahwa dia memiliki semua yang dia butuhkan dan Mobei-Jun tidak sedingin rumor yang dikatakan.
Dalam politik, perang, serta cinta, tidaklah sesederhana hanya memiliki satu alasan. Shang Qinghua curiga bahwa kekhawatiran serta rasa ingin tahu Shen Qingqiu mungkin berperan dalam undangan ini.
"Kau bergumam," komentar Mobei-Jun, mengawasinya dengan tatapan yang mungkin disalahartikan oleh Shang Qinghua sebagai rasa sayang jika dia tidak hati-hati.
"Ah! Maaf, My King." Shang Qinghua menundukkan kepalanya, merasakan kehangatan yang familiar menjalari pipinya.
Mobei-Jun bergeser untuk bersandar miring dengan mendesah berat, jubah luar hitamnya tergelincir sedikit untuk memperlihatkan warna biru tua di baliknya. Dia meletakkan kepala di tangannya dan menopang lututnya ke atas, menyaksikan tetesan pada sisi lilin.
"Teh Anda, Tuanku," pelayan itu kembali dengan nampan, meletakkannya di atas meja atas isyarat Mobei-Jun. Dia mengundurkan dirinya dengan tenang lalu pergi, berhati-hati untuk menutup pintu di belakangnya.
Shang Qinghua menatap Mobei-Jun, yang sedang menutup matanya. Dia menuangkan pada masing-masing cangkir dan meletakkan milik Mobei-Jun di meja di dekatnya, mengangkat miliknya lalu menyeruput.
"Aku bertanya-tanya bagaimana tanah lamaku bertahan," renungnya, menatap ke dalam cangkir saat dia mengaduk-aduk teh di dalamnya.
Mobei-Jun membuka matanya. "Bagaimana kau meninggalkannya?"
"Aku memberikan kepada pelayan dan murid lamaku," aku Shang Qinghua sambil mengangkat bahu. "aku bilang kepada mereka untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang layak, sekalipun mengenal mereka, itu mungkin menjadi rumah bordil sekarang."
Mobei-Jun mendengus dan membuang muka, mengambil cangkirnya."Kita akan mampir," janjinya.
"Terima kasih." Shang Qinghua tersenyum padanya. Setelah beberapa saat, dia mengangkat cangkirnya. "Kau tahu, semua orang sepertinya berpikir kau sangatlah dingin dan menakutkan, tapi aku tidak merasakanya."
Dengan tatapan tajam dari Mobei-Jun, dia buru-buru melanjutkan. "Maksudku, kau benar-benar sangat menakutkan, My King! Hanya saja, aku tidak berpikir bahwa kau orang yang jahat. " Dia melihat ke bawah, bermain dengan cangkir di tangannya saat senyuman lembut menghiasi bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Ink and Sword by xnemone
FanfictionMoshang Fanfiction Author : xnemone Shang Qinghua merasa sangat gugup ketika dia lulus Ujian Kekaisaran hanya untuk ditugaskan bukan di istana Kaisar, namun di tanah tandus yang diperintah oleh seorang bangsawan yang dikenal kejam dan dingin. Meski...