🏡-3

470 100 62
                                    

"dek, mas mau ngomong," ujar rahman menunggu istrinya menyusun makanan yang akan mereka santap disiang ini. hari libur bagi keduanya, ini moment rare bagi andini dan rahman. karena libur mereka yang berbarengan sangat jarang sekali terjadi. tapi hari ini rahman bisa melihat istrinya menyiapkan makanan kesukaannya dengan baju rumahannya, bukan baju rapi ala ala bidan yang sedang bekerja.

"mau ngomong apa?, biasanya langsung," rahman duduk, ia menunggu sang istri juga ikut duduk di sebelahnya. keduanya sudah selesai dengan pekerjaan. kini saatnya berdua, menikmati waktu sebagai suami istri.

"mas mau program bayi," ujar rahman.

"tapi kan mas bilang ke aku kalau sedikasihnya, kok jadi begini?," tanya andini.

"mm, kamu nggak mau cepet punya bayi dek?," andini menggeleng. perempuan itu tentu ingin memiliki buah cintanya dengan rahman, tapi rahman ini ngomongnya mendadak. satu bulan lalu, ia ingat rahman berkata bahwa mereka tidak akan menunda atau mempercepat punya anak, kapanpun di kasih sama Allah juga mereka akan bersyukur.

"m-mas takut nggak lama lagi,"

"heh!, mas ngomong apa sih kok begitu??," tanya andini, ia jadi takut suaminya itu menyembunyikan sesuatu.

"gak lama lagi dinas dek!, nanti adek nggak ada yang nemenin, makanya mas pengen cepet punya bayi." jawab rahman. andini pengen tanya lagi, tapi dia takut rahman ngerasa andini nggak mau punya anak. makanya perempuan itu mengangguk.

"yaudah, kita program ya mas,"

"beneran mau dek?,"

"ya kenapa enggak, wong mas kan suaminya aku," rahman tersenyum kemudian memeluk sang istri. semoga mereka cepat dapat momongan.

******

kesiangan.

baru kali ini malam panas antara andini dengan rahman membuat rahman jadi kesiangan. mana ada apel juga hari ini. terlihat laki laki itu baru saja selesai keramas. sedangkan andini menyiapkan seragam dan juga sepatu milik suaminya. "dek, mas telat banget ini, nggak bisa sarapan," ujar rahman cepat cepat mengenakan seragamnya.

rahman malah menemukan sang istri sudah membawa piring berisi nasi serta lauk pauk dan sayur. di tangan kiri istrinya terdapat kotak bekal berwarna merah hati, bentuknya love dua tingkat lagi. "ini nanti buat makan siang, masukin tas dulu, sini aku suapin," andini mendekat pada sang suami menyuapkan nasi dan lauk serta sayurnya. rahman jadi merasa kembali jadi anak sekolah yang telat mau ke sekolah, dan ibunya menyuapi dirinya agar perutnya terisi. rahman jadi kangen ibu.

"kamu gak capek dek?," tanya rahman sembari mengunyah makanannya.

"enggak tuh, capek kenapa?," tanya andini balik.

"semalem kita kan anu,"

"dih apa sih!," rahman terkekeh melihat istrinya merona malu. istrinya itu makin cantik aja kalau misal merona seperti ini.

"cantiknya istrinya mas,"

"apasih mas!, katanya telat!, malah godain aku kaya gini," rahman makin terkekeh kemudian mengecup bibir sang istri.

"ih!, rasa sayur sop!,"

"HAHAHAHAHA," hari ini begitu manis bagi pasangan satu ini. setelah sedikit manja manja, rahman segera berangkat ke kodam. sedangkan andini bersiap untuk pergi ke klinik.

"mbak ndin!," panggil rania saat andini baru saja masuk kedalam klinik.

"iya ran?,"

"mbak, tau nggak sih katanya tiga bulan lagi, golongannya mas rahman yang bakal dinas ke papua, satu tahun," jujur saja, andini tidak tahu menahu soal ini, rahman sama sekali tidak mengatakan apa pun soal dinas. apa jangan jangan itu yang membuat rahman tiba tiba menginginkan program bayi, padahal semula keduanya sepakat untuk sama sama menunggu dikasih oleh Alah SWT.

"hm?,"

"mbak andin nggak tau ya?," tanya rania membuyarkan lamunan andini.

"mm, aku baru dengar dari kamu ran, mas rahman sama sekali nggak cerita soal ini ke aku," rania jadi merasa bersalah mendengar jawaban bidan desa itu. jadinya ia menepuk nepuk pundak andini menguatkan.

"soalnya suamiku pun, bakalan dinas, sama suaminya mbak andin," lirih rania. begitulah, rania dan andin yang nasibnya sama, istri mana yang mau ditinggal suaminya pergi sejauh itu.

kedua perempuan itu termenung hingga beberapa antrian klinik mulai ramai di datangi oleh beberapa lansia. ah hari ini jadwal pemeriksaan untuk para lansia di desa. "mbak dini, kok saya sering sesak disini ya?, tak ombeni bodrek ra mari mari (aku minumin bodrek nggak selesai selesai)," tanya mbah sapari.

"kan sesak mbah, bukan pusing, kok minum bodrek?," tanya andini dengan nada jenaka.

"punya e obat iku i mbak dini," andini terkekeh.

"tapi sekarang masih sakit apa gimana mbah?," tanya andini menaruh stetoskopnya di leher.

"kadang kalau habis ke sawah gitu, badan pegel, terus sesak ini dadanya mbah,"

"kalau gitu saya rekomendasi ke dokter wahyu aja yaa mbah, nanti biar mbah di periksa lagi sama dokter wahyu,"

"duh!, nggak usah mbak dini, saya wes tua gini mau mati, nggak usah diobatin," jawab mbah sapari. mendengar hal itu andini tentu sedikit kaget.

"loh!, jangan gitu mbah!," peringat andini serius.

"kasih saya obat pereda sakitnya aja mbak dini," jawab mbah sapari. andini sangat tau bahwa mbah yang saat ini di periksa olehnya adalah mbah yang tinggal seorang diri dan bekerja di sawah milik pak dudun.

"saya kalau diambil sama gusti Allah itu ikhlas aja, ya memang udah waktunya,"

*****

rahman pulang ke rumah dengan keadaan rumah yang sudah sepi, tumben sekali andini nggak menunggunya untuk pulang, biasanya ia mendapati sang istri sedang menonton acara TV, atau youtube resep resep masakan. tapi hari ini rumah minimalis itu seperti tak berpenghuni. dengan hati hati takut mengganggu andini yang sedang tidur, laki laki itu masuk ke dalam kamar, kemudian mulai mengganti bajunya, mandi dan juga makan tanpa di temani oleh sang istri yang kelihatannya sudah terlelap.

setelah melakukan aktifitas sebelum tidur, laki laki itu langsung naik ke kasurnya. tangan besarnya memeluk tubuh mungil andini. tangannya merayap mengusap perut andini. "semoga cepet ngisi ya kamu dek, aku takut pas aku pergi dinas, kamu nggak ada teman," bisik rahman sudah ingin terlelap karena lelah bekerja seharian. namun tangan halus istrinya membuatnya terbangun.

"jadi bener mas, kamu mau dinas ke papua?, satu tahun?"




huhuhu gategaaa andini di tinggal rahmann🤧

Rumah - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang