Detektif, Masa Gitu?

72 1 0
                                    

Matahari bertengger di puncaknya. Jalan Sudirman, Jakarta sangat cerah siang itu. Jembatan penyebrangan terlihat kokoh seperti gading gajah sumatera. Dari kejauhan terlihat pria kurus, pendek, dan botak berjalan sambil bersiul. Pria itu bernama, Husen.

Husen bekerja di salah satu perusahaan asuransi. Dia sudah bekerja di perusahaan itu selama lima tahun. Jabatannya keren, account executive. Bila ditanya keluarga atau teman di kampungnya, Husen selalu mengaku bekerja sebagai eksekutif muda. Ya, memang benar, tidak ada yang salah, dia adalah seorang eksekutif muda. Walaupun, dalam bayangan keluarganya, dia bekerja menggunakan jas dan dasi, duduk di kursi bos sambil memerintah, seperti aktor sinetron di televisi.

Sesampainya di kantor, Husen mendapat tugas untuk menyelidiki calon investor yang akan menanamkan modal di perusahaannya. Husen, pada awalnya menolak, dan berkomentar:

"Waduh, Pak. Saya ini kan tugasnya jualan produk asuransi, kok dapat tugas menguntit orang, memangnya saya detektif?"

Atasannya menjawab, "Hey, Husen, dengarkan saya, anda sudah bekerja di perusahaan ini lima tahun. Tapi tidak pernah memenuhi target. Sekalipun mendapatkan pelanggan. Kualitasnya jelek. Sering menunggak membayar premi!"

Husen membenarkan kancing kemejanya dan berkata "t-t-tapi.."

"Tapi apa, saya ingin anda tetap bekerja disini. Seharusnya, sejak dulu anda ini diberhentikan. Tapi karena almarhum Paman anda berjasa bagi perusahaan ini, anda kami pertahankan. Dengan syarat, anda kerjakan tugas ini dengan baik", tutup Sang Atasan.

Mau tidak mau, Husen menerima tugas itu. Husen diberi sebuah amplop berisi profil calon investor dan petunjuk kerja. Husen kaget ketika melihat foto calon investor tersebut. Sosok wanita cantik berusia sekitar 30 tahun. Kulitnya putih, rambutnya panjang, hidungnya mungil, dan matanya agak sipit. Nama calon investor itu adalah Siti Isabella. Nama yang tidak wajar, tapi Husen tidak peduli. Yang penting tugas segera diselesaikan. Plus, matanya tercuci bersih selama bertugas.

Husen menemukan rumah Isabella yang terletak di daerah Senopati, Jakarta Selatan. Rumahnya tidak begitu besar, tapi elegan. Husen menunggu di kejauhan dalam mobil yang diberikan perusahaan untuk menjalani tugas barunya.

Dalam laporan, Isabella pemilik perusahaan investasi yang berkantor di daerah Pondok Indah. Husen harus memastikan kebenaran akan hal itu. Setelah diikuti, Isabella memarkir mobilnya di sebuah kantor. Benar, kantor berlokasi di Pondok Indah. Tapi, tidak ada plang perusahaan.

Husen memastikan bahwa perusahaan itu adalah perusahaan investasi. Dia bertanya kepada pedagang ketoprak yang berjualan di depan kantor itu.

"Pak, ketoprak satu, tidak perlu pakai bihun, tidak perlu pakai tahu, juga tanpa lontong"

Pedagang ketoprak kaget, dan berkata, "Yang bener Pak? Kalau gitu, sisa bumbu kacangnya aja, dong!"

Sambil mengambil bungkusan dari tasnya, Husen menjawab "Ya, bener Pak, saya sudah bawah sebungkus nasi dari rumah, cuma perlu bumbu kacangnya aja"

Sambil menyantap nasi putih dicampur bumbu kacang, Husen menunjuk sebuah bangunan dan bertanya "Pak, ini perusahan apa si?"

"Saya tidak tahu secara pasti, kalau pernah dengar dari security situ sih, katanya agen bedah plastik"

"Hah, maksudnya gimana Pak?", Husen bertanya heran.

"Jadi, perusahaan ini menjadi penghubung orang yang ingin operasi plastik di Thailand"

"Kenapa tidak datang langsung aja ke rumah sakit di Thailand ya, repot banget pake agen segala", Husen berkomentar.

"Ya, meneketehe, alibaba, hua hua", jawab pedagang ketoprak jengkel.

"hahahahaha, aduh", Husen terhibur dan tertawa sampai nasi dimulutnya jatuh bercampur air liur.

Setelah mendapat informasi dari pedagang ketoprak. Husen pulang ke kantornya untuk melaporkan informasi yang dia dapat tentang calon investor tersebut kepada atasannya.

Mendengar laporan Husen, atasannya tidak langsung percaya atas informasi dari pedagang ketoprak tersebut. Mereka berdua berdebat sengit.

Atasannya berkata, "Percaya kok sama pedagang ketoprak, anda tanya kepada sumber kredibel, tanya karyawan disitu, minimal satpam, lah!"

Husen kesal karena selalu dibantah atasannya, lalu berkata,
"Pak, pedagang ketoprak itu bukan sembarang pedagang ketoprak, dia adalah polisi intel yang sedang menyamar menjadi pedagang ketoprak, saya yakin informasi ini valid!"

Mendengar penjelasan itu, akhirnya Sang Atasan percaya pada Husen.

Dan memang benar, ternyata perusahaan Isabella adalah perusahaan ilegal berkedok agen perusahaan kecantikan, bisnis utama yang sebenarnya adalah perdagangan manusia ke Thailand untuk dijadikan pelacur.

Sejak saat itu, Husen ditempatkan sebagai manajer di departemen baru bernama Department of Investor Intelligence.

Apakah pada tugas selanjutnya Husen akan beruntung? Kita doakan saja.

ESKEPIS: Koleksi Cerita PendekWhere stories live. Discover now