Mark merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya. Menyalurkan semua rasa lelah dan penatnya akan kesibukan kampus yang menghantamnya hari ini.
Dia benar benar bersyukur karena memiliki Kira sebagai tempat mengisi dayanya. Hanya dengan melihat senyum gadis itu rasanya tenaga Mark kembali setengahnya.
Mark berbalik menatap langit langit kamar yang kosong. Sudah lama dia tidak merasa sepi seperti ini. Mark bergeser sedikit menuju laci nakas di dekat tempat tidur dan mencari sesuatu.
Tak lama tangan Mark keluar dengan memegang sebuah ponsel. Ponsel yang sudah lama tak dia gunakan, mungkin setelah dia berpacaran dengan Kira dia berhenti memakai ponsel tersebut.
Mark menyalakan ponsel bergambar apel potek ditangannya. Ponsel jadul yang sudah ketinggalan seri untuk tahun ini.
Ponsel menyala dan langsung menampilkan wajah Kira sebagai lockscreennya. Kira dengan pakaian putih abu abu, sangat menggemaskan dan lucu. Sayang sekali Mark tidak satu sekolah dengan Kira saat SMA.
Mark membuka aplikasi pesan diponselnya, tidak ada kontak selain nama Kira disana dan hanya ada bekas ruang obrolan dengan Kira disana. Ponsel ini benar benar tentang Kira sepertinya.
Tangan Mark mulai berselancar membaca kembali obrolan obrolan lama antara dirinya dan Kira yang dimulai 3 tahun lalu. Mungkin lebih tepatnya, hanya Kira. Yah, hampir setiap malam Kira akan mengirim pesan abstruk hanya untuk mendapat balasan dari pemilik ponsel ini. Sayangnya tidak ada balasan.
Mark tertawa saat membaca pesan Kira yang mengatakan bahwa ada seorang pria mendekatinya dan saat Kira bertanya bagaimana pria itu mengenalnya. Pria itu hanya mengatakan bahwa dia diberi petunjuk oleh matahari untuk menemukan Kira.
Tawa Mark menggema diruang kamarnya, betapa lucunya jika Kira mengetahui kebenaran semua ini dan bagaimana reaksi gadis itu jika tahu semua ini. Mungkin Mark harus bersiap pada kemungkinan terburuknya.
Mark menutup aplikasi pesan dan berganti membuka galeri ponsel. Kembali, semua berisi foto Kira dan Kira. Tidak ada foto Mark disana. Semua selalu tentang Kira.
Senyum Mark hilang, pandangannya terfokus pada satu foto yang nampak begitu indah. Foto Kira yang membelakangi kamera dengan latar belakang senja yang begitu indah.
Hati Mark berdenyut sedikit. Segera Mark mematikan layar ponsel tersebut sebelum dia benar benar khilaf menghancurkan ponsel tersebut. Dia masih memiliki tugas penting terakhir yang dia tidak tahu kapan akan terlaksana.
"Gue beneran gila dan semua ini karena lo," gumam Mark tidak jelas kepada siapa.
🦁🦁🦁
Kira mengejukan Mark yang berjalan lesu di koridor kampus. Mereka berdua memiliki mata kuliah berbeda hari ini hingga harus berpisah kelas.
Mark sama sekali tidak terkejut dengan kehadiran Kira yang super heboh. Kira menatap Mark dari segala sisi, berputar putar mengelilingi tubuh Mark agar Mark menotis dirinya.
"Mark."
"Mail"
"Marly."
"Mael."
"Markyut."
"Marhaban."
Kira terus memanggil Mark dengan segala nama aneh yang terlintas diotaknya namun tetap saja tidak ada sautan dari Mark yang nampak melamun dengan pandangan kosong.
Kira mencium kilat bibir Mark dan barulah Mark tersadar dengan kehadiran Kira dihadapannya.
"Hey...bad girl," goda Mark yang tersenyum receh karena Kira yang memulai terlebih dahulu.
Kira tidak peduli dan menatap Mark dengan serius kali ini. "What's your name?" Tanya Kira yang membuat Mark bertanya tanya.
"Hah? What do you mean?"
"Who are you?" Tanya kita kembali dengan penekanan disetiap kata yang dia ucapkan.
"I'm Mark," jawab Mark yang tidak bisa menahan tawa recehnya.
"So, can i Mark you in my heart ❤?" Goda Kira dengan sengaja sambil memberikan finger heart kepada Mark dan mengedipkan sebelah matanya.
Tawa Mark terdengar menggema keras di koridor kampus, "Hahaha... I'm sorry babe." Mark langsung memegang tangan Kira dan mencium punggung tangan perempuan itu.
"Aku selalu bersedia membuatmu tertawa, Mark," ucap Kira senang karena Mark yang receh telah kembali.
Hampir saja Kira membucin jika tidak menahan diri karena mereka masih di area kampus, harus jaga privasi.
Mark menggandeng tangan Kira menuju mobilnya. Tanpa banyak bicara Kira menurut saya, mengikuti langkah Mark yang berada disampingnya.
Setelah berada didalam mobil barulah Kira bertanya pada Mark, kemana mereka akan pergi kali ini.
"Kita mau kemana?"
"Rahasia," ucap Mark mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum jahil.
Kira sudah menebak Mark tidak akan memberitahunya. Jadi Kira hanya bisa pasrah kemana Mark Mark membawanya. Yang ada dipiKiran Kira hanyalah jejeran tempat makan yang akan mereka kunjungi.
Mark melajukan mobilnya, mengikuti aliran kendaraan dijalan yang mulai ramai dan padat. Alunan musik tidak pernah absen saat bersama Mark.
Mark bersenandung mengikuti Playlist lagu yang diputar. Kira ikut menikmati suara merdu Mark yang selalu menemani hari harinya dan lagu lagu kesukaan Mark yang menjadi lagu kesukaannya juga.
Kira terus menatap Mark yang bernyanyi hingga membuat Mark tertawa karena Kira yang terus memandangnya.
"Ada apa?"
"Kamu pernah kepikiran selingkuh nggak?" Tanya Kira dengan random.
Mark tidak bisa menahan tawa. Pertanyaan random Kira selalu berhasil membuatnya tertawa, "Hahaha...kenapa? Kamu mau ikutan selingkuh?"
"Mana ada yang mau sama aku, dapat kamu aja aku udah bersyukur banget."
Mark menggenggam tangan Kira, menyampaikan semua hal yang tidak bisa disampaikan lewat kata kata manis apapun.
"Hahaha...aku juga bersyukur punya kamu." Hanya itu kata yang bisa Mark ucapkan setelah bertemu dengan Kira.
Mark teringat bagaimana susahnya dia mencari Kira hanya dengan bermodal nama dan foto yang diberikan. Bahkan alasan terbesar Mark untuk kuliah dan memilih jurusan manajemen hanya demi mencari seorang Kirana. Dia benar benar gila sepertinya.
"Terus kita ini mau kemana?" Tanya Kira karena merasa familiar dengan jalanan yang mereka lalui.
"Kerumahku. Bunda nyariin kamu," ucap Mark dengan santai.
Jantung Kira melompat begitu saja, bahkan Kira berhenti bernafas sekejap karena ucapan Mark barusan. Kira menatap jalanan dan benar saja, ini jalan menuju rumah Mark.
"Kenapa kamu nggak bilang!! Aku belum siap siap ketemu bunda," seru Kira kesal dan memukul lengan Mark.
Mark malah tertawa karena Kira yang nampak menggemaskan. Kira mengambil kaca didalam tasnya dan mengecek penampilannya yang sangat buruk. Karena hanya ada satu mata kuliah, Kira tidak terlalu peduli dengan penampilannya dan sekarang dia menyesal.
"Kalau aku bilang, kamu pasti nolak."
"Tapikan aku belum siap siap? Nih liat baju kumal begini, rambut acak acakan, udah mah bau matahari, belum mandi," ujar Kira pasrah dengan keadaannya.
"Nggak papa, bunda nggak bakal marah," ucap Mark menenangkan Kira. Padahal ini bukan pertama kalinya Kira bermain kerumah Mark dan bertemu bunda Mark.
Kira menatap Mark dengan sendu dan khawatir. Tidak ada yang mau terlihat jelek dihadapan orang tua pacar, "Aku malu ketemu bunda."
"Bunda kangen kamu katanya." Mark selalu menggunakan kata kata andalan yang tidak bisa Kira tolak jika sudah seperti itu
"Yaudah, demi bunda." Kira pasrah dengan keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Kita Sejauh Matahari
Romance[COMPLETED] He was 17, and I was 17. Now, I'm 21 and he is still 17. Hi, I miss you....🥀 The sunset is beautiful, isn't it? 🌻 Haechan NCT☀️ Mark NCT 🦁