4

14 5 0
                                    

12 November 1982, 6:27

Elsie menatap pada pesan di dalam kotak tersebut. Dia tidak tahu di mana Gang Bedarah berada, tetapi jika dia harus menebak, itu adalah gang dari malam sebelumnya. Elsie segera bersiap, tidak mau menghabiskan satu detik lagi dirumahnya, dimana ibunya berada. Elsie sampai digang itu, dengan pisau di suatu tempat tersembunyi di pakaiannya, tapi tidak ada yang perlu tahu itu. Seperti yang telah disangka sang pembunuh dan anak buahnya terletak disitu. Elsie berdiri agak jauh dari para pembunuh, mencoba melihat dirinya secara berbeda, tetapi dia tahu bahwa dia persis seperti mereka.

"Leo Ferox." sang pembunuh berkata tiba-tiba. Elsie mengerutkan alisnya mendengar nama ayah temannya yang disebutkan.

"Leo Ferox, target baru kita," sang pembunuh berkata, menyelesaikan kalimatnya sebelum. TIDAK, pikir Elsie. Tidak ada di dunia ini yang akan membuatnya membunuh ayah sahabatnya, kecuali tentu saja keegoisannya, dan dia memilih ibunya. Dia kaget dan dia tidak bisa bergerak, tetapi si pembunuh tampaknya tidak peduli dan hanya melanjutkan.

"dan saya lihat anda dekat dengan anaknya, tidak pernah berpikir bahwa Anda akan berguna, tetapi inilah Anda, membuktikan bahwa kami salah." Sang pembunuh berkata dengan senyum kejam. Sarafnya sepertinya tidak berhenti bekerja, bahkan dia tidak cukup egois untuk menggunakan Rebekah dalam masalah hidup atau mati selamanya. Itu akan seperti melewati garis, garis jika dia melewatinya akan merusak semua hal baik yang dia miliki dalam hidupnya sekarang.

"Tugas anda mudah, hanya membukakan pintu untuk kita, dan menuangkan bensin di seluruh rumahnya." si pembunuh berkata seolah-olah dia tidak merencanakan kematian seseorang. Elsie tidak tahu harus berbuat apa jadi dia hanya mengangguk.

"Balik lagi ke sini jam tiga pas untuk memulai." dia lanjut.

Sang pembunuh mengalihkan pandangannya ke matanya dan berkata "Anda tahu apa yang akan terjadi jika Anda tidak." Oh dan Elsie tahu, dia mengerti konsekuensi dari permainan ini. Dia berkata "Mengerti." dengan cepat lalu berjalan ke-sekolah. Benar-benar mengabaikan fakta bahwa dia sama seperti si pembunuh, berjalan seolah-olah dia tidak baru saja merencanakan kematian seseorang.

12 November 1982, 6:53

Rebekah sedang berjalan ke lokernya ketika Elsie melihatnya, dia mengambil lengan Rebekah dan menyeretnya ke kamar mandi mengabaikan keluhan yang keluar dari mulut Rebekah. "Els, kamu ngapa-," Rebekah berkata sebelum Elsie memberhentikkannya dengan meletakkan tangannya di mulutnya. Tindakan tiba-tiba ini mengejutkan rebekah, dia tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia hanya berdiri diam dengan tangan elsie masih di mulutnya.

"Jangan ke rumahmu sepulang sekolah, actually jangan pergi ke rumahmu sama sekali hari ini." kata Elsie sambil melepaskan tangannya.

"Hah, kenapa?" Rebekah menjawab dengan kerut dialisnya, menandakan kebingungan.

"Itu untuk kebaikanmu sendiri, percayalah padaku." Elsie mencoba meyakinkannya

"Els, I swear kalo ini tentang pembunuhan lag-," kata Rebekah masih ragu dan keras kepala.

"Sesuatu akan terjadi di sana hari ini, aku ga bisa kasih tau. aku juga ga bisa kelihatan sama kamu, aku sedang dilacak," Elsie menjelaskan dengan buruk.

"Just promise me to not go to your house today." Elsie menatap matanya dengan serius sebelum berjalan dengan cepat keluar dari kamar mandi, meninggalkan Rebekah sendirian dan bingung.

12 November 1982, 15:00

Sekarang adalah jam 3, hal itu cukup menakutkan untuk dipikirkan, tetapi dia tahu dia harus melakukan ini. Apa yang akan dunia pikirkan untuk mendengar kata-kata "Elsie Rietveld sedang merencanakan pembunuhan seseorang dan akan melakukan pembakaran." Tidak ada yang akan percaya itu tetapi mengapa dia berpikir bahwa itu semua pas. Seluruh alasannya adalah untuk menyelamatkan ibunya, tetapi apakah ini benar-benar tentang itu lagi atau hanya keegoisannya yang tidak ingin melepaskan semua hal yang telah dia kerjakan. Dia pikir 'Saya tidak boleh mati hanya ketika saya berada di ambang kesuksesan.' Bagaimana dia tahu dia di ambang kesuksesan yang Anda tanya? Dia tidak tahu, dia hanya menginginkan itu.

Dia berjalan ke gang itu kembali, bertemu dengan kumpulan orang yang pastinya adalah anak buah sang pembunuh. Pisau yang terletak di dalam bajunya menyengat kulitnya. Sang pembunuh datang dengan jalannya yang pincang, dan dengan cepat membahas apa yang harus dilakukan masing-masing orang. Dia tidak mendengarkan sebagian besar tetapi dia mendengar apa yang seharusnya dia lakukan.

"Kamu, kamu akan membuka pintu depan menggunakan kunci yang kamu curi. Ya, saya berasumsi bahwa Anda mendapatkannya." Sang pembunuh menyuruh. Elsie mengangguk, dia merasa tidak enak tentang hal itu, tetapi dia memang mencuri kunci rumah sahabatnya. Seluruh 'peringatan di kamar mandi' hanyalah fasad. Dia memang ingin Rebekah aman, tetapi intinya adalah untuk mendapatkan kuncinya.

"Lalu, buka pintu belakang biar kita bisa masuk dan lihat situasi di dalam. Bensin akan sudah berada di dalam, jam 11 kita akan kembali ke sini untuk melaksanakannya." Sang pembunuh melanjut perintahnya. Semua anak buahnya langsung melaksanakan tugas mereka masing masing. Elsie membuka pintu rumah Keluarga Ferox dan memulai tugasnya.

12 November 1982, 15:12

Rebekah tahu bahwa dia tidak seharusnya masuk. Dia berjanji dia tidak pernah mengatakannya dengan keras tetapi dia masih berjanji. Namun dia berpikir jika sesuatu yang buruk akan terjadi di rumah dia perlu mengambil sesuatu dari sana, sesuatu yang berharga, sesuatu untuk mengingat ibunya. Sebuah pikiran muncul di kepalanya, kalung itu. Kalung murah tak ternilai yang diberikan Elsie saat mereka berusia delapan tahun. Dia mengingatnya dengan sangat jelas, Elsie yang berusia 8 tahun berkata, "Ibuku memberiku kalung ini, tapi dia telah memberiku begitu banyak barang lain. Jadi aku akan kasih yang ini buatmu untuk mengingat ibumu."

Dia masuk ke dalam rumah yang tidak terkunci. Cukup aneh bahwa rumahnya tidak terkunci tetapi dia tidak terlalu memikirkannya. Dia naik ke kamarnya untuk mengambil kalung hijau tersebut. Di dalam tidak ada yang aneh jadi dia mengambilnya dan dia akan keluar ketika dia merasakan sebuah lengan menariknya dan menyeretnya dengan paksa. Dia ingin memberontak, ingin berteriak minta tolong tetapi ada sesuatu yang menutupi mulutnya, sebuah kain, dia mencoba menarik nafas dan tiba-tiba dunia menjadi kabur.

Malam Kemarin di Gang BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang