Seperti yang sudah tertera dalam perjanjian sebelumnya, kamar utama yang menjadi satu-satunya ruangan tidur di apartemen itu dibagi berdasarkan jadwal dan hari itu, lagi-lagi Winwin harus menghabiskan malamnya di sofa.
Terbangun di pagi hari setelah membau aroma sup yang memanjakan penciuman. Dari tempatnya tidur, Winwin memutuskan untuk bangun dan berjalan menuju dapur; di sana terlihat sang istri sedang menaruh beberapa piring berisi lauk di meja dan...
Sepertinya lagi-lagi hanya untuk satu orang.
"Aku sudah sering menyiapkan sarapan untuk porsi yang lebih banyak. Jadi ini sama sekali tak merepotkan, makanya berhentilah menatapku seperti itu dan makanlah"
Jawaban Yoobin sebenarnya sedikit meleset dari apa yang dipikirkan Winwin; Ia memang merasa tak enak karena telah merepotkan istrinya hanya untuk satu porsi sarapan yang bisa dibeli di restoran pagi, tapi itu adalah pikirannya yang kesekian, yang utama justru lagi-lagi dibuat kecewa karena harus menghabiskan paginya sendirian lagi.
"Kau ada sidang?"
Pertanyaan Winwin, menghentikan dia yang sedang melepas celemek. "Begitulah."
"Tak bisa sarapan di rumah lagi?"
"Hm."
Detik berikutnya, yang terjadi adalah hening; jawaban Bae Yoobin benar-benar sudah bisa menjelaskan semuanya sampai Winwin tak berani bertanya lebih.
"Kalau begitu, hati-hati di jalan..." lelaki yang sudah duduk di meja itu memandangi makanannya. "Terimakasih sarapannya," ia kemudian mencicipi sup di meja. "Nasi goreng kemarin juga enak...."
Perempuan yang hendak meninggalkan dapur itu menghentikan langkah saat pujian Winwin berhasil masuk ke telinga, ia merasakan satu bagian dadanya menghangat; walau sudah sering memasak untuk keluarganya, itu adalah pujian pertama yang Yoobin dengar mengenai masakannya. Semua lelaki di keluarga Bae benar-benar tidak sepeka itu ubtuk bisa mengatakan hal manis, hanya demi sebuah masakan yang dimakan sehari-hari.
Kata terimakasih harusnya bisa dilontarkan oleh Yoobin sebagai bentuk penghargaan pada Winwin yang memujinya. Namun berada dalam situasi dimana Dong Sicheng mungkin saja berusaha mengambil hati agar ia tetap merahasiakan kedok suci lelaki itu dari sang Ayah, sayangnya membuat hati gadis itu jadi tak cukup bersimpati untuknya.
Langsung melanjutkan langkah, perempuan itu kembali meninggalkan Winwin sendiri di apartemen. Tanpa peduli bagaimana lelaki itu menghabiskan hari, keluarnya Bae Yoobin dengan gelagat buru-buru tepat saat lelaki itu selesai dengan sarapannya, menunda dia yang bersiap hendak mencuci piring; rasa penasaran lelaki itu sepertinya tak bisa lagi dibendung sampai kaki tanpa sadar menuntunnya menuju ruang tamu dengan niat ingin bertanya, tapi terlambat.
Tangan yang basah karena sempat menyentuh air kran itu bahkan belum sepenuhnya kering saat Dong Sicheng sampai di ruang tengah. Mendapati satu bagian apartemen itu kosong tanpa sosok Yoobin yang padahal beberapa saat lalu sempat ia lihat tak memakai jaketnya dengan benar, yang ditemukannya hanyalah sebuah dokumen beramplop coklat besar di sofa; Winwin yakin itu bukan miliknya, semua dokumen yang diperlukan untuk bekerja di tempat baru sudah ia susun sebagaimana mestinya.
Lantas, ia yang sudah mengeringkan tangan dengan cara mengusapnya pada kaos rumahan yang dikenakan itu dengan hati-hati meraih benda di meja. Dibacanya dalam hati, nafasnya tertahan sesaat ketika membaca apa yang tertulis di sana; nama istrinya jelas jadi yang mendominasi ukurannya dibanding keterangan waktu sidang dokumen di sore hari ini...
Yang berarti Winwin harus segera mengantarkannya pada Yoobin sebelum perempuan itu benar-benar meninggalkan apartemen.
Maka tanpa memikirkan apapun lagi, lelaki itu langsung saja berlari menuju pintu. Memakai sandal yang dilihat darimanapun tidak sepasang, langkah lebar yang bersiap diambil menuju lift seketika berhenti saat akhirnya Winwin sampai di balkon apartemen, menjegukkan kepala ke bawah dengan niat ingin memastikan jika Yoobin belum pergi jauh, yang didapatinya justru sebuah mobil asing yang terparkir di halaman gedung apartemen dan sesosok pria yang sedang mengrobol bersama satu perempuan dengan blouse coklat familiar; itu adalah si istri, yang dari caranya tertawa lepas begitu saat lelaki tersebut berbicara....

KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Marriage✔
FanfictionIa bahkan tidak mengenal siapa lelaki yang diperkenalkan ayahnya sebagai Dong Sicheng ini, tapi kenapa tiba-tiba saja Beliau bilang jika dia adalah suaminya? Dan lagi-- Bagaimana Yoobin bisa tidak mengingat apapun soal pesta pernikahan yang seharusn...