Chapter 3

80 12 4
                                    

Jennie berlari menghampiri Seungcheol. Saat sudah di samping Seungcheol, ia menutup mulutnya tidak percaya.

Detik itu...

Saat itu juga...

Jantung Jennie berhenti berdetak beberapa detik.

Pasokan oksigen di sekitarnya seolah-olah habis dan membuat Jennie kesulitan bernafas. Tubuhnya mematung. Seungcheol terkapar

"C-cheol..."

Perlahan Jennie menjatuhkan tubuhnya tepat di depan wajah Seungcheol. Kedua tangannya bergantung di kedua sisi tubuhnya.

Mobil yang menabrak Seungcheol telah pergi meninggalkan mereka. Malam ini, keadaan jalanan sangat sepi. Hanya ada mereka berdua disana. Jennie meletakan kepala Seungcheol di pahanya.

"SEUNGCHEOL!" teriak Jennie.

Air matanya mengalir deras. Ia menangkup pipi Seungcheol yang sangat dingin. Bibir Seungcheol pucat. Nafasnya sangat pelan. Wajah Seungcheol bersimbah banyak darah

"Seungcheol... bangun." lirih Jennie. "Nggak... NGGAK SEUNGCHEOL! KAMU HARUS BANGUN! BUKA MATA KAMU! TOLONG!"

"ARRGHH!" Jennie mengadahkan kepalanya ke atas dan berteriak sekencang mungkin. Air matanya tidak dapat berhenti mengalir.

"Di sana seperti ada orang yang berteriak?"

"Ayo ke sana,"

Tangis Jennie masih belum berhenti menangis disaat orang-orang mulai berdatangan menghampiri dirinya dan Seungcheol.

««Mine»»

Jennie menangis tersedu-sedu. Keadaannya saat ini benar-benar kacau. Rambut yang berantakan dan matanya yang bengkak akibat menangis. Lisa yang sedari tadi berusaha menenangkan Jennie, ikut prihatin. Tentu saja ia terkejut dengan berita yang Jennie ceritakan. Baru sore tadi ia bertemu dengan Seungcheol, dan ternyata anak itu mengalami kecelakaan.

Orang yang pertama Jennie hubungi adalah Lisa dan Suho. Jennie awalnya bingung harus menghubungi siapa. Ibunya? Tidak mungkin. Ibunya sedang sakit. Suho? Laki-laki itu sangat terkejut mendengar hal ini dan akan segera pulang ke Seoul. Tapi Jennie bingung. Ia ingin menumpahkan segala keluh kesahnya. Dan akhirnya ia memutuskan menghubungi Lisa.

"Jennie, sudahlah. Jangan menangis lagi," bujuk Lisa. Jennie menggeleng kuat.

"Aku takut, Lisa. Aku takut..." racau Jennie. Ia menutup mata dengan kedua tangannya. Lisa mengelus punggung sahabatnya itu.

"Apa yang kau takutkan, Jennie?" tanya Lisa lembut.

Jennie masih sesenggukan. Lalu tak lama Jennie mendongakkan kepalanya.

"S-seungcheol... anak itu... aku takut terjadi apa-apa padanya. Ini semua salahku." Jennie kembali menutup wajahnya dan kembali menangis.

Lisa menghela nafas.

"Jangan terus menerus menyalahkan dirimu, Jennie. Ini bukan salahmu. Ini takdir. Dan kita hanya perlu berdoa agar Seungcheol baik-baik saja." ucap Lisa.

Jennie menoleh. Ia menangis keras dan memeluk tubuh Lisa. Jennie menenggelamkan wajahnya di leher Lisa. Lisa mengelus kepala Jennie.

Pintu kamar Seungcheol dirawat terbuka. Seorang dokter ber-jas putih keluar dari sana. Lisa yang melihat itu langsung menyadarkan Jennie.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine [Seungcheol X Jennie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang