Suasana dingin seakan tak ada manusia pada dini hari ini. Aktivitas mereka memang belum dimulai dikarenakan sang jantan belum juga berkokok. Aku yang terbangun di jam seperti ini hanya bisa mendengus mengeluh menatap pemandangan sepi dari lantai atas. Baru saja sebuah mimpi aneh memasuki alam bawah sadar yang membuatku terperanjat bangun dalam keadaan seperti orang linglung.
Ku genggam benda kecil yang selalu bergelantung dileher. Jika aku merasa gelisah, aku selalu menggenggam liontin perak peninggalan terakhir ibuku sebelum beliau wafat. Liontin dengan bandul bercorak bintang ini terlihat sangat antik, beberapa temanku menganggap ini sebagai barang turun temurun. Tapi bagiku liontin ini merupakan benda yang menghubungkan ku pada almarhum ibu.
Aku mengadu dalam hati atas keresahan dan ketakutan, harap-harap ibuku mendengar dari atas sana. Pikiranku berkecamuk mengingat kembali sebuah mimpi aneh yang di mana diriku terjebak di antara kerumunan. Kerumunan manusia-manusia asing dengan pakaian prajurit dan masing-masing membawa sebuah pedang ditangan kanannya. Mereka berseru dengan bahasa yang sangat tak kukenal di dalam ingatan. Mereka memanggil nama Sierra Sierra dan Sierra. Aku jadi selalu bertanya, siapa sebenarnya wanita itu.
"Siverra."
Celetuk seseorang secara tiba-tiba yang membuatku terkejut dan reflek berbalik badan.
Tatapan matanya yang hampir kehilangan cahaya menusuk menatapku sayu. Manik mata emerald yang menawan. Dia nenekku satu-satunya orang berharga yang kumiliki di dunia. Wanita cantik yang tak pernah berkurang walau banyak lekukan kulit yang ikut menua bersamanya. Aku bergumam memanggil nenekku dengan nada terkejut.
"Astaga, nenek."
Di balkon lantai dua, dengan pencahayaan yang redup dan hanya dibantu oleh sinarnya bulan, aku melihat kekosongan yang tampak di wajah nenekku. Aku bertanya apa penyebabnya. Namun nenekku tetap terdiam membisu dan hanya menatapku dengan sangat dalam.
"Ada suatu rahasia yang dunia luar tidak pernah tahu soal ini, Siverra."
Nenekku tiba-tiba berkata seperti itu setelah sekian detik hanya kesunyian yang mengisi. Suaranya yang terasa dingin memasuki indra pendengaran, bulu kudukku bahkan sampai merinding dibuatnya. Nenekku tipikal orang yang ceria dan selalu bersikap hangat. Sedari kecil, aku selalu diberi kasih sayang yang lebih sehingga tidak pernah sekalipun merasa haus.
Nenek mempunyai aura hangat yang selalu bertebaran dimanapun beliau pergi. Kali ini aura yang melingkupi nya terasa samar dan kosong. Terlihat seperti ada orang lain yang merasuk ke dalam tubuhnya. Aku segera mengenyahkan pikiran segala pikiran buruk. Mungkin hawa dingin di pagi hari membuat suasana terasa berbeda. Pikirnya.
Aku tersenyum manis mendekati nenek. "Sepertinya nenek mengigau. Lebih baik nenek sekarang kembali kembali ke kamar dan tidur. Hawa dingin tidak baik untuk kesehatan nenek." Ucapku, masih terus berpikir positif karena bukan kali pertamanya nenek mengigau sambil berjalan ke kamarku.
"Tidak."
Nenek mencengkram tanganku saat aku ingin mengajaknya kembali ke kamar. Hawa dingin merembet menyengat kulit saat tangan keriput itu bersentuhan denganku. Lamat aku melihat. Tiba tiba saja sebuah warna kehitaman muncul dari nadi tangan nenek dan menjalar seperti akar. Aku menatap nenekku dengan terkejut. Pasalnya wajah nenek tiba tiba saja sedikit demi sedikit mengelupas seperti ular yang berganti kulit. Seorang wanita cantik tersenyum menyeramkan layaknya psikopat yang pernah ku lihat di televisi.
"Sial, siapa kau?" Tanganku semakin di cengkram kuat ketika aku mencoba melakukan perlawanan.
Tawa mengerikan menggelegar di barengi langit yang tiba tiba melesatkan cahayanya. Bulu kudukku berdiri dan badan ku melemas. Aku duduk tertunduk di hadapan seorang wanita. Wanita aneh yang tak tau asal usulnya menatapku seperti hendak menerkam.
"Siapa... kau?" Aku kembali bertanya dengan suara bergetar.
Wanita dihadapannya semakin tertawa puas, lalu berseru, "Ya! Begitu seharusnya!"
Tangannya yang entah sejak kapan memegang pisau terangkat. Dia kembali tertawa namun kini lebih lirih.
"Raut wajah ketakutan ini yang seharusnya kau tunjukan sedari dulu, Sierra!"
Besi tajam melesat cepat menyayat lenganku yang tertangkap. Aku berteriak, mengerang merasakan sakit yang teramat. Tubuhku menggeliat tak karuan, darah merembes keluar dari bagian kulitku yang terbelah. Tak peduli seberapa sakit yang aku terima, tangan yang mencengkram lenganku tetap kekeh menggenggamnya. Eranganku beradu dengan tawa menggelegar wanita mengerikan itu. Dia terlihat sangat bahagia seakan eranganku ialah sebuah melodi penghiburnya.
"Lihat dirimu, Sierra! Dulu kau sangat angkuh. Sekarang kau tak bisa apa-apa tanpa kekuatan itu!"
Wanita itu semakin menekan kekuatannya. Kepulan asap hitam bak tornado mengguncang dan memporak-porandakan kamarku. Akupun dibuat tertunduk karena saking tertekannya diriku atas dominasi nya.Kejadian mistis yang sulit dicerna secara nalar terjadi dalam satu malam. Aku tidak tau apa penyebab bencana ini datang. Mungkin saja semua berawal dari mimpi-mimpi aneh yang sering mendatangiku. Seakan tak puas hanya melalui mimpi, sosok itu kembali bertingkah dalam realita. Dan hari ini merupakan puncak rasa takutku.
Aku kembali berteriak merasakan sebuah benda tajam menusuk lenganku. Wanita itu menusukkan pisau berkali kali pada lenganku dengan sangat brutal. Tanganku yang malang seperti akan terputus dari badannya. Keringat bercucuran di berbagai tempat, nafasku pun terengah-engah. Penglihatan ku semakin menyusut begitu pula dengan kesadaran yang semakin diujung tanduk.
Hal terakhir yang aku dengar ialah suara erangan dari wanita itu. Disaat yang sama rasa perih di tanganku pun mulai menghilang. Sebuah kehangatan merembet memeluk seluruh bagian tubuh selayaknya sebuah selimut. Aku merasa di berikan sebuah suntikan bius yang membuatku tenang dan tak merasakan apapun selain ketenangan. Dalam kesadaran yang semakin menipis aku berdoa semoga mimpi buruk ini berakhir.
===============
wajib follow
Instagram: @rerenths03
KAMU SEDANG MEMBACA
Papillon
FantasyPapillon memiliki makna kupu-kupu. Kupu-kupu menggambarkan kebebasan. Siverra Estelle terbelenggu oleh takdir yang rumit. Ia mengalami mimpi buruk serta teror yang tak henti-hentinya. Makhluk gelap itu datang terus menerus mencekiknya dan mencoba se...