Prolog

22 0 0
                                    

Suasana pagi hari yang teramat sejuk membuatku ingin terus berlama-lama di tempat tidur sembari memeluk bantal guling bermalas-malasan sepanjang hari kenikmatan itu tidak bertahan lama terdengar suara ibu yang melengking memanggil namaku.

"Maira ayo bangun! udah jam berapa sekarang!"

"Setiap malam bergadang aja, emang ngapain sih?" tanya bunda sembari memindahkan sambal ikan di wadah.

"Biasa belajar bunda." ucapku berbohong sembari menyuapkan nasi ke dalam mulutku. Seusai makan aku langsung bersiap untuk berangkat ke kampus karena hari ini jadwalnya masuk jam 10 pagi.

Hari ini Maira berangkat bareng dengan Nima mereka berdua berjalan menuju kelas yang ada di lantai 3 menaiki tangga.

"Duh gila yah lama-lama bisa kurus nih kita." ucap Nima ngos-ngosan

"Iya kenapa harus lantai 3 sih." keluh ku padanya.

Walaupun mereka mengeluh akhirnya tetap aja sampai di lantai 3 lalu bergegas duduk di kursi dan mengincar yang dekat dengan AC.

Mereka akhirnya larut dalam mata kuliah tentang antropologi kesehatan sebenarnya ini pelajaran yang menyenangkan menurutku karena membahas tentang sejarah kesehatan seru deh pokok nya.

Sudah 2 jam berlalu mereka memasuki dunia antropologi akhirnya jam istirahat tiba mereka berdua buru-buru merapikan alat tulis dan bergegas meninggalkan kelas mencari asupan karena perut sudah berbunyi meminta untuk di isi.

"Kita beli apa nih?" tanya Kila

"Beli ayam geprek lagi?" usul ku

"Kemarin udah makan geprek bosen tau,yang lain deh." protes Nima

Kami bertiga yang bingung untuk makan siang apa akhirnya memutuskan untuk membeli bakso saja.

Sembari menunggu bakso nya tiba kami bertiga bercakap-cakap sambil memainkan handphone masing-masing.

"Ada dosen baru ya?" tanya Nima pada kami sembari mengutak-atik ponsel miliknya.

Maira hanya mengangkat kedua bahunya tidak tau masih asik memainkan ponselnya.

"Iya dengar -dengar masih bujang loh." Seru Kila

"Wih bapak nya seleb guys." ucap Nima lalu melihatkan layar hp miliknya di hadapan Maira dan Kila.

"Tapi ga bisa liat fotonya,akun private sih." ucap Nima kesal

akun media sosial milik dosen baru tersebut memang bisa di akui pengikutnya sudah lumayan banyak tapi keburu makanan kami sampai dan akhirnya langsung menyantap bakso dan tidak memperdulikan lagi tentang dosen baru itu.

Seusai makan mereka kembali lagi ke ruangan untuk melanjutkan mata kuliah berikutnya untuk kali ini dapat ruang di lantai satu jadi tidak perlu repot naik tangga lagi.

Maira mencari handphone nya di tas tapi tidak ada dikantong pun tidak ada.

"Aduh handphone gue dimana yah?" tanya ku panik pada Nima dan Kila

"Coba ingat-ingat dulu dimana terakhir lo main hp tadi?" ucap Kila di beri anggukan setuju dari Nima.

"Kayak nya tinggal di tempat bakso tadi deh. Gue kesana dulu yah." ucapku pergi terburu-buru meninggalkan ruangan.

Aku berlari karena panik dan tidak sengaja menabrak seseorang yang baru saja turun dari tangga.

Bruk...

Kami berdua akhirnya terjatuh bersamaan dan ia tidak sengaja menjatuhkan barang yang ia bawa.

"Aduh maaf." ucap Maira bersalah sembari mengambil kamera yang terpental cukup jauh lalu memberikan kembali kepada pemiliknya.

"Rusak." ucapnya ketus lalu berlalu pergi meninggalkan Maira tanpa memperdulikannya.

Tapi Maira yang sedang panik juga cepat-cepat bergegas ke tempat bakso.

"Tante tadi di meja no.9 ada hp yang tinggal ga?" tanya ku pada pemilik bakso karena mejanya sudah di bersihkan.

"iya mbak ada ini kan?" ucapnya sembari memberikan padaku.

"Iya tante makasih yah." ucapku dengan perasaan lega untung saja tidak hilang beneran.

Aku berjalan dengan santai menuju ke ruangan kembali tapi ternyata di dalam sudah ada dosen yang mengajar.

Aku masuk dengan memberikan salam lalu menghampiri dosen untuk memberikan penjelasan kenapa aku telat untungnya aku masih dipersilahkan untuk masuk.

"Ketemu?" tanya Nima aku menganggukkan kepala sembari memperlihatkan hp di tangan ku.

Seketika aku teringat dengan seseorang yang aku tabrak tadi dan iseng untuk mencari harga kamera yang rusak tadi di e-commerce siapa tau aku bisa menggantinya karena perasaan bersalah ini.

Aku meneguk air liur ku sendiri melihat harga kamera yang sangat menguras kantong ini begitu mahal tak mampu Maira beli butuh beberapa tahun untuk mengumpulkan uang itu saja belum tentu terkumpul.

Dan akhirnya berharap semoga tidak akan bertemu dengan cowok itu tidak peduli dengan rasa bersalah karena diri ini tidak akan sanggup untuk menggantinya.

Setelah matkul usai Maira bergegas merapikan buku dan peralatan tulis yang ada di meja lalu memasukan semuanya di dalam tas, lalu semua orang yang ada di dalam ruang satu persatu meninggalkan ruangan.

"Nima..Maira..gue duluan."ucap Kila sembari melangkah keluar dari ruangan

"iya hati-hati." Seru kami berdua

Kami berdua berjalan bersama sambil sesekali mengobrol dan aku tidak sengaja menjatuhkan name tag lalu berjongkok untuk mengambil nya tapi saat itu tepat di depan ku telah ada sepasang sepatu.

Aku mendongak ke atas untuk mencari sumber pemilik sepatu ini lalu aku buru-buru berdiri dan terkejut.

"Cowok yang tadi?" tanya ku

"Cowok apaan gue punya nama! dasar ceroboh minggir lo halangi jalan." ucapnya

Lalu aku buru-buru memberikan jalan padanya dengan perasaan jengkel karena di bilang ceroboh

"Mana gue tau nama lu siapa." Gumam Maira kesal

"Eh Mai itu siapa sih?" tanya Nima terheran -heran lalu aku pun menceritakan semua nya pada Nima saat di perjalanan pulang.

"Oh begitu,jadi gimana dia minta ganti rugi?" tanya Nima

"Dia ga bilang sih,tapi moga aja gak yah." ucap Maira ngeri membayangkan harganya tadi.

"semoga aja,ya udah gue pulang dah." Pamit Kila

"Makasih Nima hati-hati yahh."

Aku masuk ke dalam kamar dan bergegas untuk mengganti seragam setelah itu aku lanjut kembali ke aktivitas favorit ku menonton drakor.

Dah guys lanjut besok yahh aku mau nonton drakor dulu

sekiann terima gaji...


falling for gus !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang