=K=

61 6 2
                                    

=K=

"Dari mana lo, kok bisa barengan sama guru baru?" Brian bertanya penasaran. Karena King masuk ke dalam kelas, dan tidak lama kemudian diikuti oleh Bu Nara.

"Sebat." jawab King singkat.

"Tadi gue, Raki, sama Nathan ke kantin. Lu ditungguin nggak muncul."

"Kesiangan gue. Semalem nggak bisa tidur." Brian menggeleng. Kebiasaan sahabat sejak kecilnya itu jika sedang sedih. Tidak akan bisa tidur semalaman.

"Kenapa nggak telpon gue atau yang lain? Kan kita pasti dateng buat nemenin." King menggeleng.

"Nggak. Gue bisa atasi sendiri."

Obrolan dua remaja bangku belakang itu harus terhenti ketika suara sedikit melengking milik Bu Nara terdengar.

"Duh, senengnya Ibu bisa dikasih kesempatan jadi Wali Kelas kalian. Ibu juga punya 3 keponakan yang selisih usianya nggak jauh sama kalian. Usia yang masih dalam proses pencarian jati diri. Butuh bimbingan orang tua, dan lingkungan sekitar." hati King mencelos setiap kali ada kesempatan menyebut kata 'orang tua'.

"Ibu juga mau jadi temen kalian. Jadi orang tua kalian ketika di Sekolah. Jangan sungkan untuk sharing apapun. Ibu denger disini itu perkumpulan anak-anak nakal. Tapi Ibu nggak percaya, soalnya kalian anak-anak manis." sorakan pun tidak bisa dihindarkan. Disebut kelas rusuh, sudah biasa bagi mereka. Tapi disebut anak-anak manis, seperti mendapat kehormatan tersendiri. Jadi semua murid di dalam kelas terlihat antusias dengan pembawaan Bu Nara, termasuk murid paling dingin dan keras kepala seperti Nevan King Yogaswara.

"Bu Nara, kenapa baru masuk hari ini? Harusnya dari awal kelas 1 jadi wali kelas kita." Raki mengangkat tangan dan mengajukan tanya.

"Iya ya..." Bu Nara membuat gestur berpikir, lalu melanjutkan ucapannya. "harusnya Ibu ada disini dari dulu. Tapi nggak apa-apa terlambat, yang penting tetep ketemu kalian." Bu Nara membawa suasana jadi mengalir menyenangkan. Seperti mendengar dongeng seorang Ibu sebelum tidur. King yang semalaman tidak bisa memejamkan mata. Merasa kantuk datang menyergap. Menjadikan tangannya sebagai bantal, kemudian bersandar di atas meja, tertidur lelap.

"Nyet, bangun!" Brian mengguncang tubuh setengah sadarnya.

"Hm...." King mengangkat tubuhnya malas. Karena nyawa masih berada di ambaang. King baru sadar bahwa yang duduk di sampingnya bukan lagi Brian. Tapi Bu Nara.

"Enak banget tidurnya. Semalem ngegame ya?" Bu Nara bertanya dengan senyum keibuan.

"Bu Nara? M-maaf saya ketiduran." ujar King merasa tidak enak. Baru kali ini King merasa tidak enak dengan guru. Biasanya, dia akan membantah dan masa bodoh dengan segala jenis teguran.

"Nggak apa-apa. Lain kali jangan tidur di jam pelajaran ya. Kasian ilmu yang kamu lewatkan karena ketiduran." King mengangguk ragu. Secara otomatis, nasihat itu merasuk paten ke dalam kepala King. Selain itu, nasihat yang amat sederhana dari Bu Nara, berhasil membuat si remaja tanggung merenung. Berapa waktu sia-sia yang selama ini dibuang olehnya?

"Ya udah, kalian bisa istirahat. Ibu ke ruang guru dulu." Bu Nara membelai kepala King dan keempat sahabatnya secara bergantian. Mungkin bagi yang lain, itu hal biasa. Namun untuk seorang King yang haus akan kasih sayang Ibu. Hal kecil yang diberikan Bu Nara berdampak begitu besar. Jiwa baiknya seolah bangkit, dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik.

ave.

Diary Kalopsia (Family Value ; King)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang