Story of Favorite - Bonus

123 10 0
                                    

Karena gak suka sad ending, jadi aku buatkan lanjutannya, hihi~

💚💚💚

Jaehyun mengerjap sambil sesenggukan di waktu bangunnya. Hatinya terasa sakit padahal dirinya hanya tertidur di perpustakaan karena kelelahan.

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, dirinya tengah disibukkan dengan kegiatan revisi skripsi. Namun wajah sayu yang sama sekali tidak mengurangi ketampanannya masih saja menjadi idaman para mahasiswi di NCIT.

"Hyung, dari tadi nangis. Mimpi buruk ya?" tanya Haechan yang menumpukan dagu di kedua tangannya. "Aku bangunin juga, gak bangun-bangun."

Pria itu mengusap pipinya yang basah karena air mata. Bahkan lengan bajunya pun ikut basah saking parahnya dia menangis.

"Berapa lama aku tidur?"

Haechan melirik jam di tangannya sekilas. "Sepuluh menit," jawabnya. "Pagi tadi juga Hyung nangis, kenapa?"

"Gak apa-apa."

Mereka berjalan keluar dari perpustakaan kampus. Melewati taman menuju kantin, di mana teman-teman mereka sudah menunggu.

"Hari ini banyak kupu-kupu ya," kata Jaehyun seraya menatap makhluk cantik yang terbang di hadapannya.

Haechan memutar bola mata. "Lagi? Udah berapa kali Hyung ngomongin itu hari ini? Aku rasanya bosan banget."

"Tadi pagi baru keluar rumah, Hyung ngomongin kupu-kupu, mau ke perpustakaan juga, pas keluar perpus juga, dan sekarang?"

"Masa sih? Tapi kayaknya mereka gak sebanyak pagi tadi."

"Kayaknya," kata Haechan mengetukkan dagu dengan telunjuknya. "Pagi tadi memnag lebih banyak dari ini. Tapi Hyung mimpi apa sih?"

Jaehyun menggeleng. "Gak ingat," jawabnya. "Tapi rasanya sedih banget," lanjut pria itu seraya mengacak rambutnya yang kelewat lebat.

Haechan mengangguk. "Ya, mengingat Hyung bangun sambil nangis. Pasti mimpi buruk, ya," ucapnya mengerti.

"Eh, siapa nih?" celetuk Haechan saat menyadari keberadaan satu manusia berbeda jenis di antara tujuh buaya darat di kantin.

Gadis itu berbalik untuk menyapanya, kemudian menunduk sopan sembari memperkenalkan diri. "Halo, aku Si Jun Hee, biasanya dipanggil Jeuni atau apa pun juga aku tidak keberatan."

"Dipanggil sayang, boleh tidak?" kelakar Johnny yang mengedip genit ke arahnya.

Jun Hee terkekeh anggun. "Kecuali itu."

Jaehyun membeku. Hatinya tidak tenang, seolah merindukan sesuatu yang tidak dia ketahui. Rasanya sesak sampai dia melupakan cara berpijak pada bumi dengan benar. Namun dia juga merasa lega entah karena apa.

"Maaf, apa aku mengenalmu?" tanyanya karena Jaehyun menatap gadis itu tajam. "Sepertinya di masa lalu aku membuat kesalahan sampai membuat pria ini memelototiku," kekehnya bercanda.

Semua orang tertawa, kecuali Jaehyun.

"Kau bekerja?" tanya Taeil memecah suasana canggung karena tatapan jaehyun semakin tajam.

"Ya, aku bekerja di toko bunga tidak jauh dari kampus. Lumayan untuk menambah uang kuliahku," kekehnya. "Kalau kalian membutuhkan bunga, beli padaku ya."

"Tentu saja."

"Ayo, kita pulang," ajak Yuta yang berdiri dari duduknya sembari memutar kunci motor di telunjuk. "Yang mau beliin bensin, aku antar pulang."

"Hyung, aku ikut," teriak Doyoung mengejar Yuta yang sudah berjalan jauh. Mereka meninggalkan Jun Hee yang berdiri gugup karena ditinggalkan bersama Jaehyun.

"A-aku pulang dulu, sepertinya sudah mau hujan," pamitnya.

"Dulu juga kita bertemu saat hujan, kan?"

Pertanyaan Jaehyun yang spontan membuatnya menghentikan langkah.

"Dulu juga kau pernah bekerja di toko bunga."

Jun Hee terkekeh lalu berbalik. Hal ini tentu saja membuat Jaehyun bingung dan heran.

"Wajar kamu gak kenal aku. Ya, mahasiswa populer seperti kamu mana mau melirik mahasiswa biasa kayak aku," ucapnya santai.

"Maksudmu?"

"Padahal kita satu angkatan loh, satu kelompok juga pas maba," decak Jun Hee tidak percaya. "Sakit hati banget gak diingat begitu."

"Kalau bukan karena aku deketin kalian, kayaknya kamu gak bakal sadar sama keberadaan aku ya?"

"Terus kamu sadarnya nanti pas aku mati. Terus kamu nangis-nangis kayak dulu," kekeh Jun Hee. "Sudah ya. Aku mau bekerja dulu."

Jaehyun menahan gadis itu dengan mengcengkram lembut pergelangan tangannya. Jun Hee bisa merasakan telapak tangan yang menahannya itu gemetar dan sangat dingin.

"Jeuni," panggilnya lirih.

Gadis itu berusaha menahan tangis. Kerinduan selama beberapa tahun ini karena tidak dikenali, luruh begitu saja. Tidak apa, rasanya sepadan jika melihat kesepian yang Jaehyun alami di masa lalu setelah kepergiannya.

"Maaf."

Jun Hee membelalak saat Jaehyun menariknya ke dalam pelukan erat dan membisikinya dengan kata maaf.

"Maaf karena melupakanmu."

"Maaf karena tidak menyadari keberadaanmu."

"Maaf ... karena membuatmu mengingatnya lebih dulu,"

"dan maaf karena membuatmu menunggu."

Jun Hee terkekeh disela isakannya. "Tidak apa. Sekarang kamu sudah ingat."

Mereka melepaskan pelukannya setelah beberapa lama. Dengan Jaehyun yang kini menatapnya dalam penuh perasaan. "Bagaimana kalau kita makan dulu, sebelum kau bekerja?"

Mereka terkekeh saling berhadapan.

"Tentu. Kamu yang pilihkan," jawabnya.

Keduanya melangkah beriringan menuju tempat parkir, diikuti tatapan iri dari seluruh mahasiswi karena Jaehyun yang memiliki image dingin pada wanita, nampaknya luruh di depan gadis itu.

Beberapa pria mengintip dari balik pepohonan. Mereka melihat interaksi keduanya yang entah mengapa sangat menyayat hati.

Mereka juga merasakan kerinduan yang sama, namun tidak sebesar Jaehyun. Ya, mungkin mereka mengingat atau merasakan perasaan saat pernah bersama Jun Hee di masa lalu.

"Oke, mari kita pulang," ajak Yuta beranjak sambil mencekik Haechan di ketiaknya.

"Hyung, Hyung," rintih cowok paling muda itu seraya menepuk lengan pencekiknya.

💚💚💚

Haha, jadi happy ending😭😌

[✔️] Story of Favorite | NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang