Prologue: The Boy Who Raised at Gisaeng House

644 100 17
                                    

Joseon kala itu gelap. Langit hitam dengan bulan penuh menerangi wilayah Joseon. Pada era tersebut, rumah para bangsawan berdiri di atas tanah yang cukup luas. Budak memiliki area tersendiri yang terpisah dari rumah utama.

Tidak jauh dari istana, tinggal seorang lelaki. Mari rahasiakan dulu identitasnya, sebab tidak banyak yang tahu bagaimana tabiat dan hobi asli keturunan bangsawan tersebut.

"Tuan, saya mendapatkan informasi dari seniman erotik yang tuan inginkan." Ujar lelaki paruh baya yang datang dan langsung duduk di lantai kayu sembari menunduk hormat.

Lelaki yang dipanggil dengan sebutan 'tuan' itu masih belum memberikan respon yang berarti.

"Namanya Jeon Jeongguk. Dia ditemukan oleh kepala Gisaeng dan dibesarkan di rumah khusus Gisaeng." Jelas lelaki paruh bayi tersebut. "Tidak tahu asal-usulnya darimana. Tetapi, pemuda itu memiliki bakat menggambar dan melukis sejak masih muda."

"Dan siapa yang tahu ada yang di lihat pemuda tersebut selama tinggal di rumah Gisaeng?"

Lelaki paruh baya dengan hanbok berwarna lusuh itu merenung sejenak. Raut wajahnya nampak penasaran dan tentunya di kepala lelaki tersebut muncul beberapa spekulasi mengenai sosok pemuda yang dicari sang Tuan Muda.

"Tapi anehnya, Tuan, pemuda itu lebih sering menggambar para pria yang terlibat dalam hubungan sodomi."

"Buku lukisan erotik yang Tuan tunjukkan sebelumnya bagian dari seri kegiatan sodomi yang pemuda itu publikasikan di bawah nama samaran." Tambah sang lelaki paruh baya. "Namun, banyak yang bilang kalau pemuda itu tidak lagi melukis karena suatu alasan yang tidak diungkapkan."

Sang tuan yang sejak tadi sibuk dengan pedang bermata tajamnya, kini mengalihkan atensi begitu pria paruh baya mengatakan jika pemuda yang dicarinya itu sudah tidak lagi menghasilkan karya erotis.

"Dia tidak lagi melukis?" Tanya sang tuan penasaran. "Lalu, apa yang dia lakukan selama ini?"

Lelaki paruh baya itu kemudian memberikan jawaban.

"Saya dengar kalau pemuda itu hidup sebagai seorang pemabuk, Tuan."

─────────────────────────

Helaian cokelat yang terurai, pipi berisi yang nampak merah karena mabuk dan mata bulat yang kini nampak sayu─ hampir tidak sadar. Bibir kecil itu terus menerus menyuarakan gumaman ketika seorang lelaki memerintahnya untuk bangun.

"Bangun, aku sudah mengatakan padamu berkali-kali."

Separuh sadar, pemuda itu terduduk─ hampir terjatuh, namun tidak jadi karena seorang pendamping lelaki itu meneriakinya.

"Permisi, siapa kau?" Tanyanya penasaran, masih dengan pandangan buram ia melihat siapa yang memaksanya untuk bangun.

"Ia tuan muda, anak tertua dari keluarga bangsawan Kim. Tuan muda Kim Tae Hyung."

Jeongguk memijat lehernya sembari mengingat nama tersebut. Karena nama itu begitu familiar di benaknya.

"Apakah kau Jeon Jeongguk?" Tanya sang tuan muda dan pemuda dengan pakaiab lusuh berwarna cokelat itu langsung menjawab. "Benar, itu aku."

Tanpa berbasa-basi lagi, tuan muda bermarga Kim itu langsung menyergap salah satu tangannya, lengkap dengan ekspresi antusias namun menakutkan.

"Jadi ini tangan berbakat itu. Aku amat menikmati lukisanmu, Jeongguk."

Sang tuan muda kemudian menarik tangan Jeongguk menuju miliknya yang tersembunyi di balik celana kain.

Uh, oh. Itu keras.

The Painter +taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang