CERITA 23:45 ALUR DI ROMBAK SEMUA. NAMA TOKOH, MASIH SAMA DAN ADA TAMBAHAN.
(。♡‿♡。)
Ansel tersenyum manis saat melihat gadis kecil dengan rambut berkepang dua, yang sedang duduk di atas kasurnya.
Kaki jenjang dia terus melangkah mendekat ke arah gadis kecil tersebut. Saat dirinya sudah berada di dekat gadis itu, dia mengusap kepalanya penuh kasih sayang.
"Kak Ansel?" Ansel mengangguk, lalu dia duduk di samping gadis tersebut.
Gadis itu langsung mengubah posisi duduknya menghadap Ansel.
"Peri kecilnya Kak Ansel kenapa hm?" gadis itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau nggak ada apa-apa, kenapa murung terus?" tanya kembali Ansel.
Ansel menyelipkan rambut gadis itu yang menghalangi matanya.
"Zoya mau lukis, tapi cat nya habis." akhirnya gadis itu mengeluarkan suaranya. Iya, nama gadis berambut kepang dua adalah ZOYA ARUMI STELLA. Gadis yang berumur sepuluh tahun, yang mempunyai hobi melukis.
Setelah berucap, Zoya menundukkan kepalanya. Ansel menangkup kedua pipi Zoya, "Jadi masalahnya itu yang membuat peri kecil Kakak murung?" Zoya mengangguk.
"Iya, karena ini masalah besar bagi Zoya."
Ansel mengusap kepala Zoya dengan gemas. Menurutnya ini masalah kecil, tapi sang adik menganggap nya besar.
"Zoya mau cat." sambung Zoya kembali.
"Cuma cat aja?" Zoya mengangguk.
Ansel tersenyum lebar, "Iya. Tapi, Kak Ansel harus beli di Mall. Soalnya, kalau di Mall itu semuanya ada."
Ansel bangkit dari duduknya, "Hm, baik lah. Nanti Kak Ansel beli." Zoya pun berdiri, lalu dia loncat-loncat di atas kasurnya, "Serius?" Ansel mengangguk.
Dan, dia kembali meloncat-loncat kegirangan. Setelah dirinya merasa cape, dia pun kembali menatap sang Kakak.
Zoya langsung loncat dan memeluk Ansel erat-erat. Untung saja Ansel dengan sigap menangkap tubuh kecil sang adik.
Zoya mencium pipi kanan Ansel, "Terimakasih." Ansel pun membalas ciuman Zoya.
Ansel menurunkan Zoya, "Sama-sama."
"Baiklah, Kakak pergi dulu. Selama Kakak pergi, Zoya jangan nangis. Jangan jadi cewek cengeng. Peri kecilnya Ansel, harus kuat." sambung Ansel.
"Siap Tuan." Zoya membungkukkan badannya tepat di hadapan Ansel.
"Iya udah Kakak mau keluar dulu." ucapnya, lalu mencium puncak kepala Zoya sangat lama.
Setelah itu dia melenggang pergi keluar dari kamar sang adik. Senyuman Zoya terus mengembang, dan dia lari ke arah lukisan yang masih belum selesai sempurna.
"Sebentar lagi lukisan ini akan sempurna." ucap Zoya. Zoya sangat puas dengan hasil lukisannya, walaupun lukisan itu belum sempurna. Tapi dia suka dengan hasilnya. Apalagi yang dia gambar adalah sang Kakak dan dirinya.