1. Tagihan

203 15 0
                                    

Yangyang pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak? Tagihan pembayaran tempat ia melanjutkan pendidikan ini telah keluar. Slip tagihan sudah dikirimkan melalui email mahasiswa masing-masing.

Ia memegang ponselnya dengan tatapan sendu. Rincian tagihan itu seolah menusuk ulu hatinya. Ia harus bekerja lebih keras lagi.

Terhanyut dalam pikirannya sendiri hingga tak sadar bahwa ada seorang pemuda mendekatinya. Dengan cepat pemuda itu menepuk bahu Yangyang. Membuatnya terperanjat hingga hampir menjatuhkan ponselnya.

"Astaga! Na Jaemin! Mengejutkanku saja!" Yangyang mengelus pelan dadanya. Jantungnya berdegub ribuan kali lebih kencang. Terasa seolah ingin lari dari tempatnya.

Sedangkan si empunya hanya memberikan cengiran watados khasnya. Ia kemudian mengambil posisi duduk disebelah pemuda yang telah menjadi sahabatnya selama beberapa tahun itu.

"Ada apa? Mengapa kau terlihat gundah gulana sahabatku tercinta?" Yangyang menoleh kearah Jaemin dengan wajah lesunya.

"Kau sudah menerima slip tagihan pembayaran kuliah, Na?" Jaemin menaikkan alisnya. "Tidak, aku tidak menerimanya."

Yangyang kemudian menepuk jidatnya. "Ah, iya. Bagaimana bisa aku menanyakan ini kepada pewaris tunggal keluarga Na. Bukankah itu semua sudah diurus oleh paman Kim." Yangyang semakin murung.

"Kau jangan berkata begitu. Kau sudah sering ku tawari bantuan tapi kau selalu menolak bantuanku." Jaemin merajuk. Ia memanyunkan bibirnya.

"Na, aku tak mau merepotkanmu. Lebih baik beri aku pekerjaan daripada kau memberikan bantuan uang kepadaku."

Jaemin kemudian memeluk tubuh Yangyang. "Aku akan coba carikan ya." Jaemin menepuk-nepuk punggung Yangyang. Berusaha untuk menenangkan sahabatnya itu.

 Berusaha untuk menenangkan sahabatnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lonceng di pintu cafe berbunyi. Menjadi tanda ada seseorang yang masuk.

Cafe hari ini cukup ramai. Yangyang dengan cepat masuk ke ruangan khusus pegawai untuk meletakkan barang-barangnya dan berganti pakaian. Tak butuh lama, dirinya keluar dengan seragam dan apron khas barista.

"Yangyang! Kau sudah kembali? Tolong buangkan sampah disana ya, setelah itu ambilkan stok kue di kulkas belakang." Yangyang mengangguk. Ia dengan cepat mengikat simpul plastik dan mengangkat kantong berisi sampah itu menuju ke belakang.

Dengan cepat ia kembali dan mencuci tangannya terlebih dahulu kemudian mengambil apa yang temannya itu perintahkan.

"Langsung letakkan di kulkas depan ya." Renjun--nama pemuda itu-- berucap setelah melihat Yangyang kembali dengan membawa kue yang ia perintahkan.

Pelanggan di cafe ini semakin lama semakin banyak. Membuat Jaehyun--pemilik cafe--hingga turun tangan membantu melayani pesanan para pelanggan.

Setelah berkutat beberapa jam dengan kesibukan. Pelanggan di cafe berangsur-angsur mulai berkurang. Stok bahan juga sudah banyak yang habis.

Yangyang bernapas lega. Keringat yang mengucur sedari tadi di pelipisnya ia usap menggunakan lengan kemejanya.

Ia tetap melanjutkan kegiatannya mencuci piring dan gelas para pelanggan. Dengan cekatan ia membersihkan noda bekas minuman maupun makanan yang menempel pada gelas dan piring.

"Ini, minumlah dulu." Jaehyun memberikan sekaleng soda kepada karyawannya itu.

"Ah, terima kasih kak." Ia segera membereskan kegiatan mencuci piringnya. Lalu beranjak mengambil sekaleng soda yang bosnya itu berikan.

Yangyang menenggaknya pelan. Ia bersumpah, ini benar-benar segar. Kerongkongannya yang terasa seperti gurun sahara telah basah oleh cairan karbonasi yang ia teguk ini.

"Ah iya, aku mau memberikan ini padamu." Jaehyun merogoh sakunya. Mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Ini gajianmu bulan ini. Terima kasih ya atas kerja kerasmu. Aku benar-benar terbantu akan kehadiranmu. Renjun jadi ada yang membantu." Yangyang menerima uang yang diberikan Jaehyun dengan berbinar. Ia kemudian membungkuk dan mengucapkan terima kasih kepada bosnya itu.

"Sebagai hadiah atas kerja kerasmu hari ini, bagaimana kalau kau dan aku pergi ke resto hot pot kesukaanku?" Ajak Renjun.

"Yangyang saja nih yang diajak? Aku, sayang?"

Renjun menggeleng. "Tidak Jung Jaehyun, ini acaraku dengan Yangyang. Kau tak perlu ikut." Jaehyun mendengus kesal. Renjun dan Yangyang tertawa melihat pria bongsor itu merajuk hanya karena masalah sepele.

Cup

Renjun mencium singkat pipi Jaehyun. Berusaha meredakan rasa kesal suaminya itu. Dan benar saja, Jaehyun tersenyum setelahnya. Ia kemudian mencium balik kening istrinya itu. Membuat Yangyang mau tak mau harus melihat adegan romatis tersebut.

Renjun mendorong Jaehyun, "Tidak sopan! Masih ada Yangyang disini!" Ia mencubit pelan pinggang berotot suaminya itu. Membuat Jaehyun mengaduh kesakitan.

"Maaf, Yangyang. Kau harus melihat adegan tak senonoh ini. Kau segera ganti baju, gih. Agar kita bisa segera pergi untuk makan hot pot." Yangyang tertawa geli. Ia kemudian mengangguk dan segera pergi menuju ruang khusus karyawan untuk berganti baju.

 Ia kemudian mengangguk dan segera pergi menuju ruang khusus karyawan untuk berganti baju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tes ombak dulu nih~
Ah iya, apakah kalian bosen dengan alur yang kaya gini gini aja?

Hwhwhw aku kalau buat work KunYang pasti kepikirannya tuh cuman married mulu wkwk. Kaya mereka tuh udah ga cocok uwu uwuan masa masa SMA gitu wkwk. Cocoknya ya membina rumah tangga bersama :'))

Btw, jangan lupa tinggalkan jejak yaps-!

Paypayy~~

Marriage with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang