3. Persiapan

97 14 2
                                    

Mobil jemputan yang sedang Yangyang tumpangi ini terasa begitu lambat berjalan. Ntah ia yang masih belum rela untuk melepas masa lajangnya yang sebentar lagi akan berakhir atau persoalan lainnya.

Ia meringis, tak menyangka alur hidupnya akan se complicated ini. Pandangannya tak lepas dari jendela mobil yang menampilkan aktivitas warga ibukota pagi ini.

BMW putih itu berhenti didepan bangunan yang kemarin telah ia kunjungi. Para pria berjas hitam yang sedari tadi sudah menunggu kedatangannya dengan sigap membukakan pintu untuknya dan membawakan barang-barangnya yang tak banyak itu.

"Kamarnya telah disiapkan. Kau bisa istirahat terlebih dahulu. Jam 12 nanti kita akan pergi untuk fitting pakaian." Yangyang hanya bisa memberikan anggukan sebagai jawabannya.

Yangyang terpana dengan ruangan yang akan menjadi kamarnya dalam beberapa waktu ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yangyang terpana dengan ruangan yang akan menjadi kamarnya dalam beberapa waktu ini. Nuansa elegantnya benar benar tak terbantahkan. Ia merasa seperti masuk ke dimensi lain. Arsitektur bergaya eropa-modern sungguh memanjakan matanya yang baru pertama kali melihat kamar sebagus dan sebesar ini.

Baru saja mengagumi keindahan kamar ini. Yangyang terlonjak kaget saat memgetahui bahwa pemilik rumah ini juga ikut masuk ke kamarnya.

"Maaf tuan, ada apa tuan kemari?" Nampak pria yang lebih tua itu menaikkan sebelah alisnya. "Apa yang kau bicarakan? Ini kamarku. Ah, ralat. Kamar kita berdua." Yangyang dengan cepat membulatkan kedua bola matanya. Terkejut, sungguh ia terkejut.

"Kau tak perlu takut. Aku tak akan berbuat apapun hingga kita benar-benar sah nantinya." Ujarnya.

Yangyang masih mematung. "Kau bisa istirahat terlebih dahulu. Jam 12 nanti kau harus sudah siap. Kau bisa meletakkan pakaianmu di lemari kosong sebelah lemari pakaianku" Ia mengangguk dengan kaku. Dengan kikuk ia membawa barang-barangnya menuju walk in closet. Ia memasukkan pakaiannya yang tak seberapa jumlahnya itu ke lemari.

Kakinya kemudian beranjak menuju ranjang besar yang seolah memanggil untuk berbaring diatasnya. Awalnya ia hanya berniat untuk berbaring saja. Ntah karena ia yang terlalu lelah dengan permasalahan hidupnya yang tak kunjung selesai-selesai ini, dalam hitungan kurang dari 5 menit ia sudah tertidur dengan pulas.

 Ntah karena ia yang terlalu lelah dengan permasalahan hidupnya yang tak kunjung selesai-selesai ini, dalam hitungan kurang dari 5 menit ia sudah tertidur dengan pulas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yangyang membulatkan matanya saat ia melihat berbagai macam setelan jas pernikahan yang tergantung dengan apik di butik yang ukurannya tak bisa dibilang sempit ini.

Tangannya secara tiba-tiba ditarik oleh pria yang lebih tua disampingnya ini. Bak sengatan listrik, sentuhan secara tiba-tiba yang Kun berikan cukup membuat jantung Yangyang berdetak dengan kerasnya. Seolah ingin keluar dari tempatnya.

Tubuhnya memanas. Wajahnya memerah bak tomat masak. Membuat siapa saja yang melihatnya mungkin akan mengira Yangyang sedang terkena demam.

"Kau sakit?" Yangyang dengan bingung menoleh "Tidak kok."

"Wajahmu memerah, saya kira kamu demam. Apakah terlalu dingin di dalam sini?" Untuk menutupi rasa malunya, Yangyang mengangguk asal.

Dengan tangan yang masih tergenggam erat Kun mengajak Yangyang untuk duduk di sofa yang terletak pada pojok ruangan.

"Tunggu disini sebentar. Saya akan segera menyelesaikannya. Setelah itu kita bisa pulang." Dan lagi lagi, Yangyang hanya bisa mengangguk kaku sebagai jawabannya.

Marriage with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang