(Day-03)

11.3K 142 5
                                    

Aku takut, bisakah kau hapuskan trauma itu

"Masih belum mau juga, masih mau merasakan sakit?"
Arthur berbicara tepat dihadapan wajah Daisy yang masih terbaring memejamkan mata.

Daisy ketakutan, pertahanannya runtuh, dia menangis.

Arthur kembali mencium Daisy, lumatan kali ini begitu pelan. Daisy terbawa suasana, membalas pagutan dari Arthur.

Arthur memiringkan kepalanya, ditatapnya mata Daisy. Dihentikannya ciumannya untuk beberapa detik.

Hingga dia kembali lagi mencium bibir Daisy, kali ini Daisy membuka matanya.

Arthur sengaja berhenti mencium Daisy tadi. Dia mengambil potongan coklat yang tersedia di meja, dan memakannya. Lalu melumat bibir Daisy, memberikan sensasi cokelat manis di sela sela ciuman mereka.

Tangan Arthur kembali bergerilya membuka kancing baju kemeja Daisy, arthur berjanji kali ini dia tidak akan memasuki kewanitaan Daisy.

"Hmpph"
Daisy melenguh, ia merasakan butterfly diperutnya. Rasa sakit di selangkangan nya itu berganti dengan gelenyar-gelenyar penuh gairah.

Daisy tidak munafik, dia pernah menonton dan membaca hal berbau 21+, hanya saja ternyata mencoba nya secara nyata lebih menyenangkan dan sungguh menggiurkan.

Daisy menarik tengkuk Arthur, lidah mereka saling menjelajahi rongga mulut. Tidak ada bau jigong, atau bau busuk, Arthur begitu wangi dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Entah berapa banyak parfum dan berapa mahal harganya, Daisy tidak menemukan celah dari Arthur.

Tangan Daisy refleks membuka kancing baju Arthur, disana terlihat otot dan roti sobek dengan dada yang begitu bidang. Daisy tidak menyadari hal itu saat mereka pertama kali bersetubuh. Saat itu kedua mata Daisy sudah ketakutan melihat kejantanan milik Arthur.

Bahkan sampai saat ini, bayangan itu tidak pernah bisa hilang. Daisy mending akan kepalanya saat Arthur mulai mencium perutnya. Daisy mengacak-acak rambut Arthur, ia begitu menikmati kali ini.

Saat Arthur hendak membuka ritsleting celana dalamnya, Daisy tersadar dan sontak mencengkram erat tangan Arthur. Dia tidak mau Arthur memasuki miliknya. Daisy masih kesakitan di area selangkangan.

Arthur menggerutukkan giginya, menahan gairahnya yang sudah tak terbendung. Sangat menyakitkan posisi seperti ini.

Ketukan pintu menghentikan aktifitas mereka. Daisy terselamatkan. Arthur mengancingkan kembali bajunya. Menatap tajam Daisy, memberikan peringatan bahwa malam ini Daisy harus menerima hukuman.

"Bukankah sudah kubilang,.."
Arthur terbungkam, didepannya ada sosok gadis yang begitu dicintainya. Gadis yang selama ini mendekam di rumah sakit.

"Kak Arthur"
Gadis itu memeluk Arthur, ia rindu mendekap Arthur. Namanya lily. Dia adalah cinta pertama Arthur. Mereka adalah kakak beradik yang tak sedarah.

Lily begitu mencintai Arthur, begitupula dengan Arthur. Bahkan mereka sudah bersetubuh semenjak Arthur menginjak usia 17 tahun, dan saat itu lily berusia 12 tahun. Lily begitu mengenal Arthur dan Arthur begitu mengenal lily.

Lily mendongakkan kepalanya, melihat gadis terbaring. Gadis yang usianya mungkin masih 20 tahunan.

"Dia siapa?"
Lily menatap tajam Daisy yang berpura-pura terlelap.

"Pelayan hotel."
Jawab Arthur dengan santai.

"Ayolah kakak, berhentilah bermain dengan wanita dibelakang ku. Bukankah kau sudah berjanji?"
Lily menggigit telinga Arthur kesal. Memberikan kecupan-kecupan manis di jenjang leher Arthur.

"Berapa umurnya?"
Tanya lily kembali menginterogasi.

"21 tahun"
Ucap Arthur.

"21 tahun? Ayolah kau sudah gila kakak. Umurmu sudah 35 tahun. Dan aku sudah menginjak usia 30 tahun. Ayolah. Lepaskan gadis itu dengan tenang."
Lily berdecak kesal, dia tidak menyalahkan Daisy. Dia sangat tau Arthur sering bergonta-ganti wanita, terlebih lagi kondisi lily yang mendekam di rumah sakit sudah pasti membuat Arthur harus mencari pemuas nafsu lainnya.

Arthur mencium kening lily. Dia begitu menyayangi dan mencintai lily.
"Adikku bangun."
Bisik Arthur, lily pun merasakan ada sesuatu yang berdiri bergesekan dengan selangkangan nya.

Lily tersenyum. Dia dan Arthur adalah dua manusia hypersex. Mereka bahkan bida menghabiskan waktu dengan ronde yang begitu banyak.

"Aku ingin melakukannya di kamar mandi, bisakah kakak memandikanku?"
Goda lily.

"Dimanapun itu kau selalu akan kupuaskan"
Arthur membopong lily.

"Kalian jaga perempuan itu, jangan sampai dia melarikan diri lagi!"
Perintah Arthur kepada kedua bodyguardnya.

Arthur membopong lily menuju sebuah ruangan yang tak jauh dari ruangan Daisy tertidur.

"Pelan, pelan"
Omel lily ketika melihat Arthur yang tak sabaran, menciumi lehernya dengan beringas.

"Hei kenapa kakak mengikatku?"
Lily memberontak, mendramatisir. Padahal ia begitu menyukai bdsm.

Arthur mengikat kedua tangan lily, merebahkan tubuh lily di air berbusa.

Lily dan Arthur bukanlah saudara kandung. Arthur yang memiliki sifat pendiam dan tidak mau berbicara waktu kecil itu tertarik pada anak kecil seusianya dengan baju lusuh dan beberapa luka di tubuh. Namanya adalah diana, kedua orangtua Arthur pun mengangkat diana sebagai anak mereka dan mengganti nama diana menjadi lily.

Lily adalah perpaduan sempurna untuk keanggunan wanita. Hatinya juga begitu baik, dia penyabar dan selalu bisa menasehati Arthur. Lily sangat suka memasak, menari bahkan merajut benang untuk dijadikan bahan kerajinan.

Lily hanya melakukan satu kesalahan dimana dia membohongi kedua orangtua Arthur dengan bersetubuh dengan Arthur. Tapi untuk pesona Arthur, siapapun wanita pasti akan jatuh dalam manik mata nya.

Lily pikir ini nanti urusannya dengan Tuhan, mungkin akan ada sebuah harga yang harus dibayar. Seperti persembunyian dan tidak adanya pengakuan pernikahan. Tapi lily berjanji selama Arthur mencintainya, ia tidak butuh apapun lagi.

100 Days Mrs. DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang