Tiga

52.2K 2.9K 60
                                    

Tiga

Sejak awal Jendral Rodius tahu kalau Tabib Glenn bukan Pemuda yang biasa. Dari caranya berpakaian, berperawakan dan berbicara membuktikan bahwa dia seorang cendikiawan yang sangat jarang bisa ditemukan di Ocepa. Semua pemuda-pemuda cerdas dikirim keluar negeri untuk belajar dan sebagian besar dari mereka tidak kembali. Walaupun ada dari mereka yang kembali, mereka adalah sekumpulan Pemuda bodoh yang begitu berambisi pada harta, kekayaan dan jabatan, sangat berbeda dengan Pemuda yang ada disampingnya ini.

Dari tadi, ketika mereka menginjakan kaki di rumput istana, dia tidak berkomentar apa-apa dan mengikuti Jendral Rodius dengan tenang. Well, mungkin ini awalnya saja. Banyak pemuda polos yang bilang kalau dia tak tertarik pada tahta namun saat mereka sudah diberi sedikit kekuasaan dan uang, mereka menjadi serakah. Kita lihat saja apa Pemuda yang diberi sedikit perhatian ini adalah perkecualian.

"Ah! Jendral Rodius, kejutan! Sebuah kejutan!"

Hal yang ditakutkan Jendral Rodius muncul. Sang Tabib Istana baru keluar dari lorong seberang bersama dengan dua suster pelayannya. Dia menjabat Jendral Rodius dan matanya beralih pada Glenn dalam beberapa detik.

"Ini keponakanku," kata Jendral Rodius menepuk punggung Glenn.

Glenn menunduk sedikit tanpa berkata apa-apa.

Tabib Istana mengerutkan dahinya. "Rasanya aku pernah melihatmu," katanya.

"Dia Pelajar, Tabib Istana. Kerajaan kita mengirimkannya ke Axantos, tentu saja wajahnya sangat familiar," kata Jendral Rodius lagi. Dia menatap Glenn yang masih belum bilang apapun. "Dia sudah lama di luar negeri, jadi aku ingin mengajaknya bertemu dengan Raja, siapa tahu dia punya bakat di mata Raja."

Tabib Istana tampak mengerti. "Ah! Ya, ya, aku mengerti sekarang. Baiklah, Jendral, aku harus ke ruangan Istana Pangeran Louis, bekerja," dia memainkan matanya dan berlalu dengan suara tawa yang menjijikan.

"Anda pernah bertemu dengannya, Tabib Glenn?" kata Jendral Rodius pelan ketika mereka berjalan beriringan melewati koridor.

"Ya, di Axantos. Saya mengalahkannya dalam pengetahuan obat-obatan dan fungsinya. Dia tak bisa membedakan mana jamur beracun dan mana yang tidak," jawab Glenn pelan. "Raja sepertinya tak tahu kalau Tabib Istana yang satu ini bisa meracuni dia suatu hari nanti."

"Kalau begitu kalian seangkatan?"

"Lebih tepatnya, saya hanya murid yang diangkat karena punya kemampuan oleh seorang guru yang melihat kemampuan saya," jawab Glenn pelan. "Omong-omong, Jendral Rodius, apa benar kita akan bertemu dengan Raja? Saya rasa itu bukan ide yang bagus."

"Oh, Raja akan senang. Kau tenang saja. Dia selalu menerima masukan. Terutama masukan dari sahabatnya," kata Jendral Rodius enteng. "Lewat sini."

Glenn dan Jendral Rodius terpaksa berhenti ketika Pangeran Charlie tiba-tiba muncul dari lorong yang akan mereka lewati.

"Ah, Jendral!" kata Pangeran Charlie tersenyum. Dia menatap Glenn dan menaikan alisnya. "Dan?" wajahnya penuh tanda tanya menatap Glenn.

"Ini sepupunya Alfred," jawab Jendral Rodius.

Lagi-lagi Pangeran Charlie mengerutkan dahi. "Alfred pernah bilang kalau dia tak punya sepupu dan dia memakai pakaiannya Alfred. Anda tentunya tidak sedang berbohong dengan saya kan?"

Jendral Rodius meringis. "Ya, dia memang bukan sepupunya Alfred."

Pangeran Charlie kelihatan tertarik dengan raut wajah Jendral Rodius yang tiba-tiba berubah. "Wow, lalu siapa? Apa yang membuat Anda membawanya kemari?"

"Saya dibawa kemari untuk memeriksa keadaan Pangeran Louis," Glenn buka mulut. Tak ada gunanya mengarang kebohongan disaat seperti ini.

Pangeran Charlie menaikan alisnya. "Ayah sedang berbicara dengan Perdana Menteri dan sepertinya akan memakan waktu lama," matanya beralih pada Jendral Rodius. "Dan Tabib Istana tak akan senang jika ada orang yang masih muda tiba-tiba menggantikannya."

Ocepa Kingdom The Prince of CommonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang