prolog

531 35 2
                                    


------------------------------------------------
---------------------------------------

ℒ𝓊𝓀𝒶
.............

"Kak, aku boleh nanya sesuatu?"

Kak Aksara
"Yaudah tanya aja, kenapa harus izin dulu."


"Tadi aku liat Kakak jalan sama cewek di minimarket. Aku nggak pernah liat cewek itu. Kalo aku boleh tau, dia siapa, Kak?"

Kak Aksara
"Oohh ... namanya Senja. Dia anaknya temen papah. Kenapa? Kamu cemburu, ya?"

"Eng-engga, kok. Aku cuma penasaran aja."

Kak Aksara
"Kamu jangan cemburu sama dia, ya. Dia itu udah Kakak anggep kayak adik Kakak sendiri. Nggak lebih dari itu."

"Iya, Kak. Aku cuma penasaran aja kok."

Kak Aksara
"Kakak sayang sama kamu. Kalo kamu merasa terganggu Kakak deket-deket sama dia, Kakak bakal jauhin dia. Kakak nggak mau buat kamu terluka."

"Iya, kak"

-----------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------

"Kak Aksa, Kakak di mana?"

Kak Aksara

"Kakak masih di sekolah. Kenapa?"

"Emm ... Bisa jemput aku, nggak? Aku lagi di toko buku. Mau pulang tapi hujannya deres banget. Dari tadi aku udah pesen Ojol tapi nggak ada yang nerima pesenan aku. Mau naik angkot juga angkot nya dari tadi nggak ada yang lewat."


Kak Aksara
"Duh, Kakak lagi ada rapat sama anggota OSIS, ini udah mau dimulai. Atau gini aja, kamu tunggu di sana dulu sebentar, nanti kalo Kakak udah siap rapat kamu Kakak jemput. Gimana?"

"Emm ... Yaudah, Kak."


Kak Aksara
"Udah dulu, ya? Ini rapatnya udah dimulai. Love you."

"Iya, Kak."

Gemintang menatap layar hp nya yang baru saja mati. Lalu mengalihkan pandangannya ke sebuah Cafe yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Di sana ia melihat sepasang remaja yang tengah tertawa. Ia tersenyum miris. Tak sadar setetes air mata turun membasahi pipinya.

"Kenapa Kakak bohong?" ucapnya lirih. setelah itu ia melangkah pergi. Menghindari rasa sakit dan melebur bersama hujan.

-----------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------

"Kak Aksa, ayo putus."

Gemintang menatap lurus Aksara yang berdiri di depannya. Sambil berusaha matia-matian menahan rasa sakit yang akan langsung terasa begitu berhadapan dengan Aksara. Sudah cukup luka yang ia rasakan. Ia tidak mau menambahnya lagi.

"Kenapa?" tanya Aksara dengan ekspresi yang tak terbaca. Bahkan terkesan tidak peduli.

Gemintang menghela napas. "Aku mundur. Aku rasa kehadiranku di hidup Kak Aksa udah nggak ada gunanya."

"Oke."

Setelah mengatakan itu, Aksara berlalu pergi. Sementara Gemintang yang sedari tadi berusaha mati-matian menahan air matanya, kini sudah menyerah dan membiarkan air itu membanjiri pipinya.

"Terima kasih untuk lukanya, Kak Aksa."

-----------------------------------------------
------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Luka (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang