Luka keempat || Seharusnya Gemintang, bukan Senja

158 23 2
                                    

----------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------------------------------

𝚎𝚖𝚋𝚊𝚛 𝚔𝚎 𝟶𝟺 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝙻𝚞𝚔𝚊

❞𝑺𝒆𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒏𝒋𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒉 𝒎𝒖𝒅𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒉𝒊𝒕𝒂𝒎.❞

~𝔏𝔲𝔨𝔞~

----------------------------

****

"Gue bingung, Nik."

Nika yang awalnya fokus menoret-coret buku, langsung mengalihkan pandangannya ke arah Gemintang. "Bingung kenapa?"

Gemintang menghela napas pelan. "Gue bingung sama kak Aksa. baru aja kemaren dia bilang kalo dia itu sayang banget sama gue, tapi sekarang dia bikin gue sakit hati. Ternyata jatuh cinta itu beneran sakit, ya," ujarnya tersenyum kecut.

Nika merubah posisi duduknya jadi menghadap Gemintang. Jarang sekali sahabatnya ini mau bercerita seperti ini. Biasanya Gemintang selalu menutup rapat semua masalahnya. "Gini, Gem, nggak ada yang namanya jatuh itu nyenengin. kecuali lo jatuh di atas tumpukan duit. Nah, itu baru namanya jatuh yang nyenengin. Hahaha."

Gemintang menatap Nika datar. Ini dia lagi serius, lho.

Menyadari tatapan dari Gemintang yang tidak bersahabat, Nika menghentikan tawanya. "Eh, tunggu. Lo cerita tentang kak Aksara di sini, emangnya lo nggak takut temen sekelas kita ada yang denger?" Nika menatap sekitarnya was-was. Selanjutnya ia menghembuskan napas lega begitu menyadari kalau teman sekelasnya tengah sibuk dengan urusan masing-masing.

"Kalo urusan perasaan kak Aksa, itu cuma lo yang bisa ngerasain. Lo tau, kan kalo satu perbuatan itu lebih berarti daripada seribu ucapan. Kalo lo ngerasa kak Aksara nggak beneran sayang sama lo, ya tinggal lo putusin aja. Gampang, 'kan."

Gemintang bergeming, perasaannya kacau. Jujur, untuk berpisah dengan Aksara itu bukan hal yang mudah bagi Gemintang. "Gue sayang banget sama kak Aksa, Nik."

Nika berdecak malas. "Memang, ya, orang yang kalo udah kenal sama yang namanya cinta itu jadi bodoh."

Baru saja Gemintang ingin membalas perkataan Nika, Riska --salah satu teman sekelasnya--  datang menghampiri meja mereka. Gemintang menatap Riska penuh tanya. "Kenapa, Ris?"

Luka (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang