Flashback
On
Baru saja dia hendak terlelap dari tidurnya, bel istirahat sudah berbunyi nyaring, membuat dia sontak terbangun karena suara bel istirahat yang memekakkan telinganya.
"Alena, bisa tolong bantu ibu untuk bawakan buku di meja?" ucap bu Tari, membuyarkan lamunan Alen.
"Ibu mah, masa saya Bu." Alen menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan lesu.
"Iya, kamu Alena. Bawakan ke ruangan Ibu ya," ujar bu Tari tersenyum hangat, dan ketika Alen sudah berdiri untuk membawakan buku sebanyak 38-jumlah siswa di kelas ini, barulah Bu Tari berlalu pergi keluar kelas.
"Hallo teman-teman gue yang baik hati dan tidak sombong. Bantuin gue yok, sekalian nambah pahala!" ucap Alen seru melihat seisi kelasnya.
Krik. Krik. Bunyi jangkrik seketika.
"Anjing!" umpat Alen saat tidak ada satu pun yang mau membantunya membawakan buku tebal ini. Nasibnya karena mejanya berdekatan dengan meja guru yang menjadikan dia harus disuruh apapun karena otomatis tatapan guru melihat ke arahnya.
Alen berhenti sejenak di meja dia dan Vika. Ya mereka duduk berdua dalam satu meja yang sama, tapi entah kenapa harus dia yang selalu kena suruh. Menyebalkan. "Vi-" Belum sempat Alen berbicara, Vika sudah menutup mulutnya.
"Lo kuat kok. Semangat ya, Len, bukunya juga nggak berat berat amat. Gue mau ketemu Jea dulu. Bye!" ucap Vika yang menepuk pundak Alen singkat lalu bergegas keluar kelas.
"Dasar Vikanjing!" Alen kembali berumpat kesal dengan sahabat satunya yang laknat. Dengan wajah ditekuk, Alen keluar dengan semua buku yang amat sangat berat di tangan kecilnya.
Alen berjalan keluar kelas dengan mood yang benar-benar hancur hari ini. Waktunya untuk makan di kantin akan terpotong habis karena harus membawa buku yang berat ini ke ruang guru yang terletak jauh di lantai dua paling ujung, sangat jauh jaraknya dari kelasnya.
Alen meringis saat ada tubuh seseorang yang menyenggol bahunya keras, membuat semua buku terjatuh dari tangannya dan berceceran di lantai. "Lo kalo jalan lihat-lihat dong, bego banget!" kesalnya, tetapi dia sama sekali tidak melihat wajah yang menabraknya, karena dia segera berjongkok dan memungut buku tersebut satu persatu. Orang itu benar-benar mencari masalah dengan Alen yang lagi tidak mood, belum makan banyak, disuruh bawa buku ke ruang guru di lantai dua, dan sekarang harus disenggol menyebabkan bukunya jatuh. Sial, sial, sial!
Untung saja koridor sekolah saat ini sepi, membuat teriakan kerasnya tadi tidak menjadi tontonan.
"Maaf, gue beneran nggak sengaja," ucap laki-laki itu dengan nada datar.
Alen tak menghiraukannya, dia tetap sibuk memungut buku-buku yang berserakan dilantai koridor. Kemudian, terlihat jelas dua tangan laki-laki yang turun ke lantai dan ikut memungut bukunya.
"Lo bawa semua buku ini sendiri?" tanyanya. Seorang laki laki yang belum Alen kenal.
"Iya," jawabnya malas.
"Kok nggak anak laki laki yang disuruh?"
"Nggak tau tuh, Bu Tari. Malah gue yang disuruh bawa buku seberat ini, punya dendam apa Bu Tari sama gue ya?" omel Alen pada dirinya sendiri dengan raut wajah yang masih suram.
"Anggap aja kebaikan." Lelaki itu terkekeh singkat. "Mau gue bantu?" tawarnya.
Tawaran lelaki yang belum Alen kenal dan tubuh dengan aroma vanilla itu sontak membuat Alen mendongak untuk melihat wajah Laki-laki itu. Ya ampun, hampir saja moodnya membaik karena laki laki dihadapannya ini benar benar tampan!
Fix, lelaki ini masuk dalam list calon jodoh Alena.
"Lo mau ke ruang guru kan?"
Alen hanya terdiam. Masih enggan untuk lepas dari wajah lelaki dihadapannya ini.
"Sini, gue bawa," kata lelaki yang belum Alen ketahui namanya ini merebut buku setumpuk dari tangan Alen.
"Nggak ngerepotin?" tanya Alen sekali lagi. Kali ini dengan suara yang berubah drastis. Yang tadinya mengumpat dan berteriak tidak jelas, sekarang menjadi suara anak ayam yang kejepit. Eh?
"Nggak apa-apa, gue juga mau ke ruang OSIS," ucapnya yang langsung membawa semua buku itu ke tangannya.
Alen menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Kan nggak searah ...?"
"Sekalian," ujar lelaki itu singkat.
"Eh, kok dibawa semua? Sini setengahnya," kata Alen panik. Karena laki laki itu sudah duluan berjalan dan meninggalkan Alen di koridor dengan tangan kosong. Alen segera berlari melangkah dan menyamakan langkahnya dengan lelaki itu.
"Bukunya berat. Biar gue aja yang bawa, lo ikutin gue aja ... nanti kalo udah di depan ruang guru, bukunya gue kasih ke lo," katanya penuh penjelasan.
Alen hanya mengangguk angguk. "Nggak apa-apa, bener?"
"Iya," katanya yang berjalan pergi dan dengan cepat Lena mensejajarkan dirinya dengan laki-laki ini kembali.
"Ini," ucap lelaki dihadapannya dengan menaruh tumpukan buku itu dengan hati hati ke tangan Lena. Karena ternyata sudah sampai didepan ruang guru tanpa Alena sadari.
"Makasih," ucap Alen tersenyum kecil kepada laki-laki yang ternyata lebih tinggi dari padanya. Sepertinya menerima sedikit pertolongan tidak masalah bukan?
"Gue duluan," ucap lelaki itu dan langsung meninggalkan Alen yang masih terdiam di sini.
Alen melihat punggung lebar lelaki itu yang terbalut seragam dan jas sekolah berwarna coklat tua. Alen mengulum senyum. Dia sudah jatuh cinta dalam pandangan pertama dengan lelaki yang belum dia ketahui namanya. Oke, akan Alen cari tahu semua yang berkaitan dengan masa depannya!
***
Yeyyy. Cerita kedua udah rilis!!! Siapa yang mau naik kapal ini untuk melihat kebucinan Alen dan Rakan?!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Get You (REVISI)
Teen FictionAlen selalu yakin bahwa cinta pertamanya akan menjadi segalanya. Sejak hari pertama bertemu Rakan, dia tahu bahwa hatinya telah memilih. Tapi ada satu masalah besar: Rakan tidak pernah mengindahkan Alen dan selalu mengabaikannya. Tidak ada kata meny...