Seperti ada sebuah cahaya kilat yang terang ditengah temaramnya malam itu, sesekali kilatnya menyambar menyilaukan. Begitulah suasana hati dua keturunan bangsawan—Guinevere dan Gusion. Mereka saling melempar tatapan tajam seolah mengintimidasi satu sama lain. Sebagai seorang gadis yang lebih tua dari Gusion, Guinevere merasa dirinya tidak bersalah sepenuhnya.
"Gue muak saling berselisih kek gini." Gusion menggeram kesal, kedua tangannya masih dia silangkan didepan dada dengan tatapannya tertuju pada Guinevere yang bersandar pada tiang penyangga.
"Apa kamu pikir aku nggak?!" Guinevere mengeraskan suara. Dia berdiri tegak hampir maju kedekat Gusion.
Gusion memutar kedua bola matanya, "tapi gue nggak akan bilang kalau gue kalah."
Cowok itu mencondongkan tubuh agar lebih dekat kearah Guinevere, baginya ini adalah posisi pas untuk menantang rivalnya. Semakin menunjukkan jalan untuk Guinevere menang, gadis itu balik memosisikan dirinya untuk menantang Gusion.
"Kawaii," Aamon datang merangkul Gusion dari belakang.
"Ngeri," sementara Lancelot mengacak rambut Guinevere. Gadis itu menggerutu sebab tatanan rambutnya jadi berantakan. "Jangan berantem terus," katanya lagi sambil mengajak Guinevere pergi dari sana.
"Cih, kakak ngapain ganggu sih? Cewek itu harus dikasih pelajaran, biar kapok." Gusion memrotes.
Tanpa bersuara atau menunjukkan respon yang berarti, Aamon menarik tangan Gusion untuk bergabung kepesta ulang tahun milik ibu Lancelot dan Guinevere.
Gusion menghentikan langkahnya, sesuatu menarik perhatiannya.
***
Natalia berlari menuruni tangga dengan tergesa, setelah sampai dilantai satu, dia melangkahkan kakinya dengan ukuran yang panjang menuju pintu depan rumahnya. Membuka dan keluar dari sana masih dengan tergesa. Seolah dikejutkan oleh sesuatu, Natalia jatuh tersungkur ke jalanan paving dan meringis kesakitan.
"Nata?"
Cewek itu mendongak, ah sial, batinnya meneriaki. Sejak kapan Tigreal ada didepan pagar rumahnya?
"Sori, gue gak sengaja." Tigreal dengan gagahnya mengulurkan tangan untuk membantu Natalia berdiri.
"Thanks," Natalia menepuk celana bagian belakang yang kotor itu. "Bang, Fanny dah berangkat belum?"
"Emang mau pergi kemana?" Tigreal meninggikan alis sebelah dan menatap Natalia heran.
"Emangnya bang Tigreal nggak diundang Lance? Mak dia kan ultah."
"Oh, diundang sih. Tapi nanti aja berangkatnya." Jawab Tigreal kalem. "Tapi Fanny udah keluar duluan sama Claude tadi."
Cih, Natalia menggeram kesal dalam hatinya. Giliran nggak jomblo aja gue dilupain. Fanny bodoh.
"Yodah deh bang, gue pergi dulu. See you." Natalia melambaikan tangannya pada Tigreal dan sebelum dia sempat melihat laki-laki itu membalasnya, Natalia terlebih dahulu berbalik.
***
Zilong menyikut lengan Ling yang berdiri disampingnya.
"Apa sih bro?" Tanya Ling dengan nada kesal, tidak hanya satu atau dua kali Zilong melakukan itu padanya.
"Gue mau gangguin Wan Wan tapi Baxia ngintilin tuh bocah mulu." Gerutu Zilong lalu memandang Wan Wan dan Baxia yang berjalan didepannya terlebih dahulu.
Ling memutar kedua bola matanya jengah, "ya elah. Seberapa maniak sih lo gangguin Wan Wan?"
"Suka aja sama suaranya yang cempreng imut imut itu," Zilong menangkup pipi kanan dan kirinya dengan kedua tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mobile Legends FanFict [Group Chat]
FanfictionLing itu cowok yang kelihatan kalem dan cool kalau lagi diam. Tapi selagi dia ada yang ngeganggu, sifat macannya bakalan keluar. Ling juga susah banget buat senyum dikit. Sebetulnya Ling nggak terlalu punya banyak teman, cuma Zilong yang jadi teman...