"Ada yang bisa menjawab?"
Itu pelajaran anak SMA kan? Kebanyakan dari mereka tidak mengerti dan bingung, kenapa guru ini memberi mereka soal anak SMA?
Hening untuk beberapa detik, semua siswa sibuk mencoret kertas yang ada di atas meja masing-masing. Hanya membutuhkan waktu sekitar tiga menit hingga seluruh siswa mengacungkan tangan tinggi-tinggi. Padahal mereka tidak tahu apa jawabannya.
"Siapa cepat dia dapat ya," ujar pak Badru-guru matematika wajib. Ia mengedarkan pandangannya lalu menunjuk siswa yang duduk paling belakang "Kamu, jawab."
Siswa yang pak Badru tunjuk menelan ludah susah, bukan karena soal yang tidak bisa di kerjakan melainkan karena tatapan semua murid yang begitu tidak biasa.
Ia meremas kedua tangannya lalu menarik napas dalam "Cos (x+70°)=1/2 √2. x+70° = a +( 360°.k) . x + 70° = 1/2 √2 + (360°.k) . x = 1/2 √2 -70° + (360°.k). x= 45°-70°+ (360°.k). X = -25 + (360°.k) atau bisa juga x+70° = -a + (360°.k). x + 70° = -1/2 √2 + (360°.k). x = -1/2 √2 + (360°.k). x = -1/2 √2 - 70° + 360°.k). x = -115° + (360°.k)," jelasnya dengan tampang tanpa beban. Seisi kelas melohok mendengarnya. Padahal itu baru setengah jawaban tapi malah terdengar melelahkan.
Pak Badru tersenyum, padahal ini soal SMA tapi siswa tersebut bisa menjawabnya.
"Kita cari nilai x nya yaitu X = -25 + (360°.k) kita ganti k nya menjadi 0, maka hasilnya adalah -25, berarti tidak memenuhi karena kurang dari 0°. Lalu kita coba k = 1 maka x = -25°+ (360°. 1) hasilnya 335, ini memenuhi karena kurang dari 360°. Berikutnya kita cari nilai x dari hasil -115°+(360°.k). Caranya seperti tadi, yaitu kita awali dengan k=0 maka x=-115°+(360°.0) hasilnya adalah -115°, ini tidak memenuhi, Karena tidak memenuhi maka kita cari lagi dengan k= 1 yaitu X = -115°+(360°.1) hasilnya 240°, ini memenuhi. Jadi himpunan penyelesaian nya adalah 245° dan 335°, sudah pak, maaf kalau salah. Soalnya saya pernah baca, itu materi SMA kelas 11 bukan SMP kelas 8," ujarnya yang di angguki oleh semua orang.
Pak Badru menepuk tangannya keras, ia tersenyum puas dengan jawaban Darren "Bagus Darren! Jadi kalian sudah paham sama apa yang Darren jelaskan? Kalau ada yang gak paham, silahkan di tanyakan."
"Jadi semuanya paham?"
"PAHAM!"
Pak Badru membuka halaman buku paket, ia kemudian menulis latihan soal di papan tulis.
"Kerjakan dalam waktu lima menit," ujarnya tanpa merasa berdosa. Sedangkan semua murid menganga mendengarnya.
"Tapi pak?"
Pak Badru tiba-tiba sewot "Apa? Kalian sudah paham kan? Kerjakan! Di mulai dari sekarang!"
Lagi dan lagi seluruh siswa melirik ke belakang-ke arah Darren. Yang di lirik malah semakin memfokuskan diri pada buku.
Bukan apa-apa, pak Badru hanya mengetes otak mereka.
••••
"Nilaaaa!!!"
"Nilaaaa!!"
"Disini!!" Seorang gadis memunculkan kepalanya dari balik dinding "Berisik, sini cepet!"
Gadis yang di kepang satu itu langsung berlari ke arah Nila, ia mendangah ke atas lalu langsung menangkap tas yang di lempar oleh Nila.
"Tangkap gue ya?"
Kedua matanya melotot, detik berikutnya ia tersenyum "Sini-sini gue tangkep."
Senyum Nila merekah, ia lantas melompat dari atas dinding dengan keyakinan yang penuh bahwa temannya akan dengan senang hati menangkap tubuh mungilnya.
"Des Desyyyy!!!" Panik Nila ketika dengan tiba-tiba Desy malah menggeser tubuhnya.
Brugh!
Desy memejamkan kedua matanya, ia terbahak. Sedangkan Nila memejamkan matanya menahan sakit di bagian dada dan bagian tubuh lainnya, ia membalikkan badan lalu menatap langit yang cerah.
"Rasanya mau mati," gumam Nila.
"Sorry, gue ngakak." Nila melirik Desy malas, seharusnya ia sudah tahu niat jahat Desy tapi bodohnya ia malah percaya pada omong kosongnya tadi.
"Bantu gue berdiri!" Kesal Nila. Desy mengangguk cepat dengan tawa yang di tahan, ia menarik kedua tangan Nila.
"Siapa disana?" Mereka berdua kaget, itu suara ketua OSIS!
Keduanya dengan cepat berlari untuk kabur, Desy menarik Nila kuat dan membawanya lari dengan sangat cepat hingga kini mereka sudah berada di koridor kelas 11. Napas keduanya memburu, Nila menepis tangan Desy lalu memegang dadanya "L-lo gi-gila!" Ujarnya ngos-ngosan.
Desy malah nyengir, ia kembali menarik tangan Nila untuk kembali melanjutkan langkahnya. Ketika hendak melewati pintu kelas 8 A, tiba-tiba pintunya terbuka lebar. Genggaman tangan Desy terlepas, mereka terhalang oleh beberapa murid yang keluar.
Nila mencoba menerobos namun malah terdorong hingga punggungnya menabrak benda yang lumayan empuk. Ia berbalik dengan hati-hati lalu melotot karena terkejut, kedua kakinya refleks mundur, hingga dirinya sial karena tubuhnya terdorong oleh seseorang lagi hingga perutnya menyentuh perut lelaki di depannya.
Nila menoleh ke sekeliling, ia panik "Sorry-sorry kak, gak sengaja." Nila menunduk, ia menatap perut buncit lelaki di depannya "Bayinya aman kan? Gak kesakitan?" Ia mengusap perut itu hati-hati. Nila melirik wajah lelaki itu yg memerah, dalam hati ia tertawa kencang. Salah sendiri gendut.
"Astagfirullah Nila!" Jerit Desy yang mendengarnya, ia menarik tangan Nila agar menjauh dari kakak kelasnya.
Desy menatap lelaki itu malu "Maaf ya kak, temen saya agak geser otaknya," kata Desy membuat Nila melotot, ia menggeplak lengan Desy "Enak aja!" Sewotnya tak terima.
"Diem Nil!" Desy menampilkan wajah horor pada Nila hingga bibir gadis itu tertutup rapat.
"Gak papa kok, udah biasa," ujarnya pelan, lelaki itu menunduk lalu tersenyum ketika melihat Nila tersenyum.
"Tuh dengerin, dia aja gak keberatan, emang lagi ngisi kan kak?" Ceplos Nila membuat Desy greget bukan main. Bahkan tanpa ragu Desy malah menjitak kepala gadis itu. Ia menarik Nila ketika gadis itu hendak menyentuh perut buncit kakak kelasnya, ia membawa Nila pergi dari sana "Maaf ya kak, maaf banget. Temen saya MPRSJ soalnya!" Teriak Desy.
"Jangan lupa minum susu bapak hamil ya kak hehe!" Nila masih menatap lelaki itu meski ia di seret pergi oleh Desy.
Lelaki itu hanya tersenyum kecil.
Nila membalikkan tubuhnya, ia menatap Desy "MPRSJ apa ce?" Tanya Nila.
"Mantan Pasien Rumah Sakit Jiwa!"
"Ih ceceeee!!"
"Apa sih! Jangan panggil gue kaya gitu!!"
••••
Vote dan komen jangan lupaaaa><
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Darren!
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca!! Ini bukan tentang kisah remaja SMA, melainkan ini kisah anak SMP. Sorry, Darren mengisahkan tentang perjalanan remaja yang mencari jati diri. Ini juga mengisahkan tentang perjalanan cinta mereka.