Nila menarik napas panjang, ia menatap malas antrian panjang di depannya. Malas sekali rasanya. Tubuh gadis itu tidak bisa diam, terkadang sedikit menggeser ke kiri lalu ke kanan, terkadang jongkok bahkan sampai meloncat untuk melihat ke adaan di depan. Desy yang berada di belakang Nila malah merasa risih dengan gerakan yang gadis itu lakukan, apalagi siswa yang berada di belakangnya terus memperhatikan mereka.
"Aish!" Ia berdecak sebal, Nila menengok kebelakang, Desy menyentuh pundaknya "Apa?" Tanya Nila galak.
"Bisa diem gak?"
Bukannya diam, Nila malah meniru perkataan Desy "Gak bisa! Gue tuh laper!" Greget Nila, ia menggeser tubuhnya agak ke samping lalu tersenyum jahil dan berjalan ke depan.
"Nila!" Panggil Desy yang tidak di ubris.
"Eh, eh. Anak kelas berapa ini?" Nila tersenyum manis. Mereka yang mendengar itu langsung menoleh bersama" Anak kelas 7 ya?" Tanya Nila karena semuanya malah bengong. Mereka mengangguk.
Senyum Nila semakin merekah "Tadi kata kepsek di suruh ke aula, semua anak kelas 7."
"Serius lo kak?" Tanya seorang gadis yang memegang sepiring nasi goreng.
"Serius! Cepet heh, nanti di marahin tau rasa lo pada," jawab Nila berbohong. Desy yang mendengarnya langsung memukul keningnya sendiri. Nila, Nila.
"Ayo, ayo, bubar!"
Nila tersenyum penuh kemenangan "YESSSS!!" pekiknya heboh. Ia mengantri paling depan sambil nyengir "Nasi gorengnya satu piring sama es teh manis ya Bu."
Ibu kantin geleng-geleng kepala "Haduduh, ini teh saya rugi atuh neng, kamu main usir pelanggan saya aja," keluhnya dengan tingkah Nila barusan.
"Enggak rugi dong, kan sebagai gantinya dapet pelanggan cantik. Iya gak Des?" Nila menoleh kebelakang, Desy hanya berdehem pelan.
"Iya, iya. Terserah neng wae," pasrah ibu kantin.
Nila bergeges duduk di tempat yang paling pojok, itu adalah tempat kesukaannya. Nila menatap kondisi kantin yang riuh, deretan kursi sebelah kanan sudah penuh oleh siswa, banyak siswa dan siswi berlalu lalang dengan tujuan yang sama, mencari makan. Namun, ada saja orang yang datang ke kantin hanya untuk numpang belajar bukan makan. Nila berdecak, dia menggelengkan kepalanya melihat seorang laki-laki gendut yang duduk di kursi bagian tengah, ia sibuk membaca seorang diri.
"Bener-bener membosankan," gumam Nila, gadis itu menompang dagunya.
"Ini pesanannya." Dua piring dengan pesanan yang sama sudah tersaji di atas meja. Nila langsung melahap nasi goreng itu.
"Pulang sekolah ikut gue," ujar Desy setelah itu ia langsung melahap nasi gorengnya.
"Gak ah."
Desy menatap kesal pada Nila "Perintah bokap lo, gak ada penolakan!" Tegas Desy.
Kepala Nila menggeleng kencang "No!" Ia semakin mempercepat kunyahannya.
"Nila please jangan kaya gini, ini demi kebaikan lo sendiri."
Mendengar itu Nila semakin memperlambat kunyahannya, dia menelannya lalu meletakan sendok itu di atas piring. Nila mengambil es teh manis dan meminumnya hingga habis. Kini, ia menatap Desy yang tengah menatapnya "Gue gak mau, ini bukan demi kebaikan gue tapi demi kebaikan keluarga gue, jangan paksa gue Des," kata Nila, ia masih dengan keras kepalanya. Desy hanya diam dan memilih melanjutkan makannya, percuma saja terus berbicara dengan Nila, hasilnya akan tetap sama.
"WOY DUT!" Teriak seorang laki-laki dengan lantang hingga menjadi pusat perhatian.
Jumlahnya ada tiga orang, mereka menggebrak meja yang berada di tengah. Jika di lihat dari tampangnya, itu mungkin orang bandel yang suka membuat onar. Baju sekolah yang di keluarkan, dasi yang di ikat ke lengan dan kepala. Melihat itu Nila menyenderkan punggungnya dengan santai sedangkan Desy malah tidak terganggu, ia lebih memilih nasi goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Darren!
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca!! Ini bukan tentang kisah remaja SMA, melainkan ini kisah anak SMP. Sorry, Darren mengisahkan tentang perjalanan remaja yang mencari jati diri. Ini juga mengisahkan tentang perjalanan cinta mereka.