Prolog

15 7 9
                                    

Seorang gadis dengan gaun merah yang menyentuh tanah, sepatunya berwarna merah,  dengan rangkaian bunga di kepalanya yang berwarna-warni membuatnya terlihat cantik meski di lihat dari belakang. Gadis itu berputar dengan kedua tangan di rentangkan, kepalanya mengadah ke atas—membiarkan wajahnya terkena tetesan hujan.

Tubuhnya berhenti sejenak, wajahnya terlihat begitu senang. Ia memetik bunga yang tumbuh di sekitarnya lalu mengumpulkan kelopaknya. Ia melempar kelopak bunga itu ke udara.

Hujan yang tadinya kecil tiba-tiba berubah menjadi besar. Bukannya meneduh, gadis itu masih terus menari di bawah guyuran hujan.

"Dia siapa?" Bocah laki-laki yang sedari tadi mengintip di balik pohon besar melirik ke samping, tepatnya ke arah laki-laki yang lebih dewasa darinya.

Laki-laki itu menggeleng, matanya terus memperhatikan gerakan gadis itu.

Gaun merah itu mengembang dengan indah, gadis itu masih kuat untuk berputar. Entah apa yang membuatnya bahagia hingga dirinya tak mau berhenti menari.

Bibirnya terus bernyanyi dengan sangat indah, gerakan yang dia buat begitu terlihat seperti tarian yang ada di drama china kolosal. Gigi gingsul nya terlihat ketika dirinya tersenyum, tubuhnya bahkan tidak merasa kedinginan sama sekali.

Lelaki yang bertubuh gemuk tanpa sadar berjalan mendekati gadis bergaun merah. Ia seperti tengah di hipnotis, tidak bisa mencegah langkah kakinya agar tidak pergi ke sana. Teriakan sepupunya bahkan tidak ia dengar.

"KAK JJ PULANG DULU!"

Kedua matanya menatap kagum gadis itu, hingga kini dirinya berdiri 5epat di depan gadis yang tengah berputar.

Ketika gadis itu oleng, dengan cepat ia menahan tubuh gadis itu agar tidak terjatuh. Keduanya sama-sama diam, lelaki itu terdiam dengan ekspresi kaget, sedangkan gadis bergaun merah terdiam dengan senyum yang terus merekah.

Gadis itu buru-buru berdiri tegak lalu merapihkan dirinya "Makasih," ujarnya lalu tersenyum.

Lelaki tadi mengangguk kaku, dia memperhatikan gadis di depannya "Baju kamu basah, enggak dingin?" Tanyanya pelan karena masih enggan.

"Enggak kok." Dia menjawab dengan gelengan. Setelah mengatakan itu dia memilih menikmati guyuran hujan yang belum reda dan mengabaikan lelaki itu yang menatapnya intens.

"Kenapa kamu nari di tengah derasnya hujan?"

Tanpa melirik ia menjawab "Biasanya aku emang gini, kalau lagi bahagia pasti nari di sini."

"Kamu lagi bahagia?"

Gadis itu menunduk, ia kemudian melirik lelaki tadi "Iya. Aku bahagia karena akhirnya hujan turun lagi." Dia tersenyum memamerkan deretan giginya.

Lelaki itu ikut tersenyum hingga kedua pipinya yang chubby hampir menutupi matanya, dia terus memperhatikan gadis itu tanpa henti

"Sesuka itu sama hujan?"

"Iya, aku suka sama hujan. Sekarang aku berharap supaya hujan enggak pergi lagi, aku pengen dia tetep disini."

"Aamiin."

Gadis itu menatap bingung pada lelaki tadi "Kok Aamiin?"

"Iya, kan biar terkabul jadi aku aamiin-nin."

"Ouh, umur kamu berapa?"

Lelaki itu tersenyum, dia mengangkat sepuluh jarinya "sepuluh," ujarnya.

"Aku delapan." Gadis itu menggeser tubuhnya dan membungkuk padanya "Hormat Asha pada kakak!" Serunya semangat.

Lelaki itu terkejut, ia menyentuh kedua lengan Asha lalu membantu gadis itu agar berdiri tegak lagi. Asha tersenyum "Asha kira sepantaran," ia terkekeh "Maaf gak sopan," ujarnya.

"Eh, gak apa-apa. Jangan kaya gitu."

Asha tersenyum "Ini tradisi, Asha udah terbiasa. Asha pulang dulu, dadah!" Asha membungkuk lalu ia melambaikan tangan nya dan berlari meninggalkan lelaki itu yang terdiam memperhatikan kepergian Asha.

"Dia pemilik mata biru, Asha."

••••

Ini adalah new story, semoga suka.
Bissmillah sampai selesai ya hehe
Yang story chiko lagi Hiatus dulu.
Jangan lupa vote dan komen okey?

BYEEE!!






Sorry, Darren!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang