Rasa Yang Sama

88 4 0
                                    

Bikin cerita cinta dua sahabat nih. Tau sih udah biasa banget ceritanya. But wish u like it! Give me vomment plis its my first story. Kalo ada yang salah jangan lupa kritik ! Follow juga ya hehehe ntar difollback.

****

Luna menangis di sebuah taman. Taman asri yang selalu penuh pengunjung. Namun hari itu taman tersebut cukup lenggang hanya beberapa orang saja yang ada di taman itu. Luna tampak sedih hari itu, matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Hari itu ia sangat cantik dengan dress selutut. Rambutnya tergerai sepunggung dan matanya yang berwarna coklat semakin membuatnya terlihat cantik.

Luna merasa ada seseorang yang menyentuh bahunya. Tangan hangat yang sepertinya sangat ia kenal. Luna menghapus air matanya dan menoleh ke belakang, ke arah orang yang menyentuh tangannya.

"Vino" seru Luna saat melihat Vino. Pria tampan dengan postur tinggi dan lengan kekar yang terbalut kemeja coklat di padu dengan celana jeans dan sneaker putih, semakin membuatnya terlihat tampan. Luna beranjak dari duduknya dan menuju ke arah Vino. Luna memeluk Vino erat, menumpahkan segala kesedihannya di bahu pria tampan itu.

"Kamu kenapa?" Tanya Vino kepada Luna sambil mengelus rambut Luna. Luna melepas pelukannya dan menatap mata Vino, ia merasakan kehangatan dalam mata Vino.

"Ariel mutusin aku" Seru Luna dengan nada terisak. Ariel adalah kekasih Luna lebih tepatnya mantan. Setelah Ariel mengucapkan kata putus.

"Udahlah, masih ada kok orang yang sayang sama kamu" kata Vino dengan tatapan teduh. Ya, bukan tidak mungkin kalau tak ada pria lain yang mencintai Luna. Karena Vino adalah orang itu. Vino adalah orang yang mencintai Luna. Tapi selama ini ia tak pernah menyatakan perasaannya kepada Luna.

"Tapi, aku cuma mau Ariel" Ujar Luna sambil meneteskan air mata untuk kesekian kalinya. Sedangkan Vino, ia merasa ada sesuatu menghantam dadanya. Sangat keras hingga terasa sesak.

"Yaudah tenang yah!" Seru Vino sambil menarik Luna ke dalam pelukannya. Mencoba merasakan sakit yang Luna rasakan, mencoba menghilangkan kesedihan Luna.

#

"Jangan nangis lagi yah! Nanti jelek loh!" Seru Vino pada Luna. Vino sudah mengantar Luna hingga sampai di depan rumah keluarga Mananta, keluarga Luna. Mendengar perkataan Vino, Luna hanya tersenyum simpul.

"Nah gitu dong. kalo senyum kan cantik!" Seru Vino yang membuat pipi Luna berwarna merah seperti ditaburi Blush-on. Vino tertawa melihat ekspresi Luna yang berubah.

"Iiih Vino apaan sih!" Sahut Luna mencoba menghilangkan warna merah di pipinya.

"Besok kita ke pantai yah?" Ajak Vino. Luna hanya mengangguk mengiyakan ajakan Vino. Saat ini ia memang butuh sekali refreshing dan ke pantai adalah refreshing yang menyenangkan. Membayangkan deburan ombak yang membawa hembusan angin pasti masalahnya akan terbang bersama angin itu.

"Yaudah, aku pulang yah. See you" Seru Vino dan di balas dengan sebuah kata singkat dari Luna.

"Ok"

Vino lalu mengendarai mobilnya dan pergi berlalu dari rumah Luna. Luna menghembuskan nafas berat. Ia bersyukur karena ia memiliki sahabat seperti Vino. Sesungguhnya ia sangat berharap hubungannya dengan Vino bukan hanya sebatas sahabat. Ia diam-diam menyukai Vino, pria yang selalu ada di sampingnya, hati dan juga fikirannya.

Tapi selama ini ia menyimpan perasaannya itu, ia tak ingin kalau hubungan mereka akan ternodai apabila ia mengungkapkan perasaannya. Ia takut kalau Vino akan menjauhi Luna apabila Luna mengungkapkan perasaannya. Bagi Luna asal dapat bersama Vino hubungan apa pun akan ia jalani meski harus terus membayangkan akan bisa bersama.

Wont You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang