"bangun woy!!"
Suara gebrakan pintu dan teriakan Sarfaraz tak membuat Naya bangun, ia masih saja larut dalam mimpinya.
"Udah siang Nayanika!"
Sarfaraz mengguncang Naya agar tak dapat menikmati mimpih indah lagi, tapi tak membuat sang empu badan memberikan perlawanan.
"Mmmh"
Hanya itu yang terdengar dari balik gumpalan selimut, membuat Sarfaraz mengalah dan ikut berbaring disamping Naya.
"Naya bangun, udah jam berapa ini" Sarfaraz menarik paksa selimut Naya dan mengangkat Naya hingga tersandar di kepala ranjang.
"Masih ngantuk" ia menjawab seadanya, matanya masih menutup rapat.
Setelah makan tadi malam, Sarfaraz mengajak Naya untuk bermain domino, yang kalah kena hukuman sentil jidat, mereka terus bermain hingga jam 2 pagi hanya untuk menentukan pemenang.
"Bangun sayangku cintaku.."
Naya bergidik saat Sarfaraz mengatakan itu, ucapan yang aneh untuk Sarfaraz keluarkan dari mulutnya.
"Mau ketemu Hobi ga?"
"Mmmh" lagi, hanya itu jawaban Naya, karena ia tahu pertanyaan Sarfaraz itu hanya trik agar ia bangun.
"Annyeong" Sapa Sarfaraz pada seseorang di seberang sana.
"Annyeong, aigoo.. jam segini kau masih di tempat tidur?" Refleknya, melihat Sarfaraz yang masih rebahan di tempat tidur.
"Tidak, apa yang kau lakukan? apakah aku mengganggu?"
"Tidak, aku baru saja sampai di ruang latihan"
"Syukurlah. Oh iya, kudengar kalian akan mengadakan konser disini, apa benar?"
"Tunggu dulu, disini dimana? Kazakhstan?"
"Ah maksudku di Indonesia" Sarfaraz membenahi ucapannya.
"Benar, bulan depan, memangnya ada apa?"
"Kau berbicara dengan siapa hyung" Suaranya terdengar deep, sudah pasti itu taehyung.
Hosoek mengarahkan kamera nya menghadap kearah member yang kini mendekatinya, pasti karena ingin tahu Hoseok berbicara dengan siapa.
"Annyeong" Sarfaraz menyapa kembali para member yang kini wajah mereka sudah memenuhi layar ponselnya.
"Annyeong" Semua member membalas sapaan Sarfaraz.
"Ini teman mu yang dari Kazakhstan itu kan hyung?" Tanya Jungkook.
"Yap kau benar Jungkook" Sarfaraz tersenyum, dia memang pengingat yang handal.
"Kenapa kau menelponku?" Tanya Hoseok.
"Aku ingin mendonasikan orang ini, apa kalian tertarik?" Sarfaraz membuka selimut Naya, memperlihatkan wajah Naya yang masih dengan muka bantal itu.
"Yak! Jangan menggangguku" Teriak Naya menutup kembali selimutnya.
"Kau seperti menjual barang saja" Hosoek tertawa, Naya dianggap bak barang.
"Aku ingin membelinya jika kau menjualnya" Jimin ikut terkekeh.
"Kau menjualku?" Tanya Naya yang tak mendapat jawaban dari Sarfaraz.
"Kau tidak perlu membayar Park Jimin, aku ikhlas memberikannya" dengan enteng Sarfaraz berucap itu.
"Park Jimin, bawa aku sekarang dan tinggalkan orang bodoh ini" Naya bergumam dibalik selimutnya.
"Apa kalian tidak bosan selalu bertengkar? Naya, kenapa masih belum bangun?" Tanya Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala
General Fiction"Kau hampir membuatku gila Jimin" "Apa kau akan benar benar gila jika aku tanpa pakaian?" "Jangan memancingku Jimin" . . . "Tidak Jimin, kau akan mati ditangan Sarfaraz jika ia melihat kita" "Setidaknya aku akan mati bersamamu"