Bab 24: Her

7.8K 952 18
                                    

Selamat datang! Yang kemarin bingung siapa Natasha, angkat tangan! Sebenarnya Natasha ada di bab 16 sih sekilas. Buat yang masih penasaran, semoga di chapter ini dan chapter selanjutnya, terjawab yah teka-tekinya. Pelan-pelan, semuanya bakalan kebuka.

Selamat membaca.

===

Di tengah mimpi dan kenyataan ini, semua menjadi nyata.
Bahkan aroma ini tercium seperti dirimu.
~Icarus, JO1

===

Calla mengerjapkan mata tak percaya ketika menangkap sosok cowok berambut cokelat gelap ikal yang duduk di salah satu meja perpustakaan. Rambutnya masih setengah basah dengan handuk tersampir di pundak. Ia melambaikan tangan taktala menyadari Calla yang menatapnya intens. Senyumnya terasa angkuh namun manis.

"Lah, Yon?" sapa Calla bingung. "Lo kok di sini?"

"Umm," gumam cowok itu masih dengan ponsel di tangan. "Caelus suruh gue ke tempat lo, karena dia belom kelar ekskulnya."

"Eheh?" Calla memiringkan kepala. "Ngapain deh? Kan janjinya ketemu di belakang sekolah, kan?"

Sion mendengus geli. "Menurut lo setelah apa yang terjadi sama lo kemaren, Caelus bakalan biarin lo sendirian begitu aja?" Ia terkekeh kecil. "Gue jadi Caelus pun, nggak akan bisa ngebiarin cewek gue sendirian."

Calla mendengus. Ia senang namun risih dengan perlaku Caelus yang sangat protektif.

"Udah kelar belum?" tanya Sion lagi. "Kalo udah, ayuk jalan!"

Anggukan Calla menjadi isyarat untuk Sion berdiri dari kursinya. Mereka berjalan beriringan menuju ke belakang sekolah.

"Ngomong-ngomong, Maxime apa kabar?" tanya Calla memecah hening. "Gue denger sekilas cerita dari Caelus sih, um, kalo agak lancang, maaf."

Sion menggeleng pelan. "Nggak kok, memang lo juga harus tau. Kan lo pacarnya Caelus dan Caelus jadi terlibat beginian karena Maxime." Ia menghembuskan napas sejenak. "Gue yang harus minta maaf."

Hening meliputi keduanya. Sion terlihat menggigit bibir. "Maxime dihukum, sekarang dia harus dianter pulang pergi. Gue juga sih. Dia ngadu kalo gue sering ikutan cabut. Tapi karena gue cuma nonton, jadi nggak separah dia."

"Terus udah bertobat?" Calla terkikik geli.

"Um, ya, nggak tau ya. Sekarang kan masih dikurung. Gue juga nggak tau apa yang ada di kepala dia." Sion mengangkat bahu.

Cowok itu membuka pintu gudang yang sudah disulap jadi sebuah markas nyaman untuk keempatnya. Biarpun sedikit berantakan, ruangan itu masih cukup baik dipakai sebagai tempat berkumpul.

"Lo bisa duduk di mana aja, tapi kalo mau kerjain kerjaan, di sana ada meja bekas, bisa pake itu." Sion menunjuk empat meja yang disusun membentuk kotak. "Itu tempat kita makan sih."

Calla mengangguk sambil berjalan ke arah meja tersebut. Cewek itu meletakan tas dan mengeluarkan kertas-kertasnya. Tak berapa lama, perempuan itu sudah terlarut dalam soal-soal latihannya. Ujian tengah semester tinggal besok dan taruhannya dengan Caelus sepertinya masih akan berlaku.

Sion terlihat membanting diri di atas sofa dengan posisi rebah. Matanya masih menatap ponsel dengan satu episode anime yang terputar.

Keduanya sama-sama terdiam. Sibuk dengan pikiran dan pekerjaannya masing-masing.

Calla sediri masih berkutat dengan soal matematikanya. satu nomor, dua nomor, semuanya begitu mudah hingga ia terdiam dalam soal mengenai identitas trigonometri. Ini trigonometri krisis identitas apa gimana sih? Sampe kita disuruh nyari identitasnya! Calla bergumam dalam hati.

CALLA CAELUS [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang