Bab 36: Freeze

7.4K 893 65
                                    

Satu bab bagi dua, double up nggak ya?

===

My dearly one, everything about you, your gesture, hair, fingertips, voice are all killer. I've fallen for you, I cannot avoid it. Your presence is the best part of my life. - Killing Part, INI

===

"Kenapa? Takut?" Calla berwajah mengejek sambil menatap Caelus yang terdiam membatu.

"Nggak!" jawab Caelus cepat. Cowok itu menggandeng pacarnya. "Hayuk!"

Calla tersenyum iseng sambil terseret oleh tangan Caelus. Cowok itu langsung berdiri di barisan antrian yang belum terlalu panjang. 

Jantung Caelus berdebar tak karuan. Jujur saja, lututnya gemetar sekarang. Dia tak menyangka cewek seperti Calla justru malah menyukai permainan seperti ini. Di balik tubuh kecil dan wajah manisnya, Calla benar-benar seperti monster.

"Lo sering naik halilintar, kan?" tanya Calla lagi.

"Sering kok. Gue bisa ngantri tiga kali." Caelus berbohong.

Ah, brengsek! Caelus bergumam dalam hati. Dia benar-benar mengepalkan tangannya dengan erat.

"Kalo lo takut, ya nggak apa-apa sih."

"Nggak!" Caelus menegaskan. Matanya yang tajam membuat Calla jadi ragu untuk mengejeknya lebih jauh.

Tak butuh waktu lama untuk pasangan itu berada pada barisan paling depan antrian. Calla yang sudah berjalan duluan langsung mengambil posisi paling depan. Mata Caelus membelalak. Posisi paling depan benar-benar terlalu... menantang.

"Kenapa depan banget deh?" protes Caelus.

"Iya, biar memacu adrenalin, El!" Kadar ejekan dalam senyum Calla semakin meningkat. Matanya berbinar-binar seperti anak anjing kecil.

Sejujurnya, Calla menyadari perubahan raut wajah Caelus. Wajah rubah itu tampak benar-benar tegang sekarang. Tapi, bukan Calla namanya kalau belum bikin emosi Caelus naik sampai ke ubun-ubun.

"Lo yakin ya, El?" kata Calla saat petugas memasangkan sabuk pengaman.

"Yakin, balapan aja bisa, masa naik gini doang nggak bisa," kata Caelus penuh percaya diri yang dibuat-buat.

Kereta mulai berjalan. Dari sisi kiri dan kanan, Caelus bisa melihat orang-orang yang berukuran kecil dari atas. Kiri kanannya kosong tanpa apapun membuat Caelus meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Landasan mulai menukik ke atas dengan pelan. Mata runcing itu terpejam. Tangannya menggenggam pengaman rapat-rapat.

Bruk. Bruk. Bruk.

Mesin tiba-tiba berhenti. Caelus membuka mata sejenak. Mereka telah berada pada puncak tertinggi dan sepersekian detik kemudian. "Waaahhh!" Seluruh penumpang berteriak histeris seraya kereta luncur itu berjalan dengan sangat cepat ke bawah.

Caelus menahan napas sambil memejamkan kembali matanya. "Anjing!" pekiknya. Ia melirik Calla yang malah mengangkat tangannya. "Calla! Pegangan! Gila ya lo!"

"Hah? Apa!?" Calla yang tak mendengar suara Caelus hanya melengos sebentar lalu kembali terbahak sambil mengangkat tangannya.

Caelus menggenggam pengaman semakin erat. Jantungnya benar-benar seperti mau copot. Untungnya, permainan itu berakhir beberapa menit kemudian. Wajah Caelus pucat seputih tahu. Napasnya terengah-engah seraya menatap Calla dengan mata berair.

"Are you okay, babe?" Calla membantu Caelus keluar dari wahana tersebut.

Tungkai Caelus benar-benar lemas sekarang. "Oke kok!"

CALLA CAELUS [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang