Bab 37: Happiness

7.6K 828 70
                                    

Double up! Brace yourself, peeps! Yuk bisa yuk vote-nya.

===

Calla tersentak ketika dirinya menatap langit-langit kamar. Ia terbangun dari tidurnya. Cewek itu menatap sekelilingnya yang terasa asing untuk kemudian tersadar bahwa ia kini berada di cottage milik keluarga Caelus.

Cewek itu meregangkan lehernya lalu melirik jam yang masih melingkar di tangannya. Masih jam lima sore. Ia bernapas lega. Namun sedetik kemudian tungkainya melemas. Gimana bisa lo ketiduran pas lagi kencan, hey! Ia memaki diri sendiri.

Calla keluar dari kamar pelan-pelan. Matanya menemukan Caelus yang duduk-duduk di sofa sambil memain-mainkan bidak catur. Cowok itu terlihat serius. Dahinya berkerut-kerut. Ia benar-benar tampak berbeda.

"Hai," sapa Caelus tenang seolah mengetahui keberadaan Calla yang tengh berdiri di ambang pintu kamar padahal matanya tetap terpaku di atas papan hitam putihnya tersebut.

"Main sendiri?" Calla bertanya. "Emang bisa?" Cewek itu berjalan mendekat. Catur kan harusnya dimainin berdua?

"Bisa," jawab Caelus tanpa melepaskan pandangannya. "Ini namanya melawan diri sendiri. Dan malah lebih seru. Soalnya lo kan nggak mau dua-duanya kalah."

Kepala Calla tergeleng heran. Ia duduk di sebelah Caelus sambil menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki tersebut.

"Calla, jangan godain gue." Caelus berujar sambil memindahkan satu pion.

Calla memutar bola matanya. "Gue cuma senderan," katanya membela diri.

"Iya, tapi lo niup-niup leher gue, mau buat apa, heh?" Caelus berkata masih dengan pion di tangannya.

"Ini namanya bernapas. Emang gue nggak boleh bernapas?" Calla terkekeh.

Caelus menarik napas. Ia bersumpah, cewek ini benar-benar godaan iman terbesar untuknya. "Lo dulu nggak begini."

"Terus dulu gimana?" Calla balik bertanya dengan nada menantang.

"Amatir," cibir Caelus sambil terkikik. 

"Mm!" Calla menjulurkan lidah. "Jahat banget!"

"Tapi kan emang lo nggak pernah pacaran, ya kan?" Caelus berucap ngotot.

"Ya, bener sih." Calla menerawang. "Pacarannya sama buku."

"Terus bukunya lo ciumin?"

"Woy!" Calla mencubit pinggang Caelus kesal membuat laki-laki itu mengaduh-aduh. 

Caelus melirik sejenak. "Main keluar yuk. Udah nggak terlalu panas."

Anggukan Calla menjadi isyarat Caelus untuk menarik pergelangan tangan kekasihnya. Laki-laki itu membuka pintu belakang sambil setengah menyeret perempuan kesayangannya menuju bibir pantai.

"Lagi sepi banget," komentar Calla melihat sekelilingnya.

"Lumayan," balas Caelus. "Tapi bagus, kan? Nyaris kayak punya berdua."

Calla mengangguk-angguk sambil berlarian ke arah desiran ombak. Rasa menggelitik di telapak kaki dan angin semilir benar-benar membuat mereka lupa tentang masalah apapun yang akan mereka hadapi setelahnya.

Calla berlari-larian di atas pasir. Ia tertawa-tawa sambil sesekali merasakan air asin itu menghajar tubuhnya hingga ke pinggang. Sementara Caelus terlihat berada di bibir pantai.

"Cael!" pekik Calla. "Ke sini dong! Masa di sana doang."

Caelus menggeleng. "Nggak ah!"

"Lo takut air juga?" ledek Calla pada kekasihnya itu.

CALLA CAELUS [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang