"Dih, ngape lo senyam-senyum? Abis kejedot ya pala lo?" Tanya Junkyu, kakaknya Doyoung ketika ia melihat adiknya yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan senyuman cerianya.
"Apa sih, ini tuh lagi kasmaran tahu nggak". Sahut Doyoung sambil mendudukkan pantatnya di sofa, tepat di sebelah kakaknya.
"Kasmaran sama siapa? Tukang ojek?".
"Sembarangan".
"Lah bukannya tadi lo pulang naik ojek ya? Otomatis kasmaran nya sama tukang ojek dong".
"Dih siapa bilang gue pulangnya naik ojek, orang gue dianterin sama calon jodoh gue kok".
Junkyu memutarkan bola matanya malas, adiknya ini patut diragukan karena tidak ada orang yang mau mendekati Doyoung bahkan untuk sekedar pdkt. Adik nya ini bucin sekali dengan Haruto bahkan satu sekolah juga tau, lalu jika ada orang yang ingin mendekati adiknya, orang itu akan mundur sebab saingannya adalah Haruto.
"Kek ada yang mau aja sama lo".
"Terus yang nganterin lo tadi siapa?"
"Haruto".
Junkyu menyemprotkan air minumnya yang baru saja di teguk olehnya. "Hah? Halu lo, mana mungkin dia mau nganterin lo apalagi bolehin lo duduk di jok motornya, Lo deket sedikit aja tuh di motornya, pasti dia udah marah-marah".
"Dih dah tanya, udah dijawab sesuai kenyataan, ga percayaan lagi". Ucap Doyoung sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya meninggalkan kakaknya yang masih tak percaya.
"Hah? Masasih? Tu orang mau nganterin bocil prik kaya adek gue?"
🐨🐰🐨
"Mashi nggak percaya kan? Sama dobby juga". Heboh nya di telepon, Doyoung bercerita tentang ia dan Haruto pulang sekolah tadi.
Sedang asik bercerita dengan sahabatnya, pintu kamarnya digedor brutal oleh Junkyu, kakak nya.
"Heh, cil buka pintunya". Teriak Junkyu di luar sana.
"IYA BENTAR".
"Mashi, udah dulu ya. Besok aku cerita lagi. Bye bye". Ucapnya sambil mematikan telepon secara sepihak.
Doyoung lalu membuka kamarnya, memperlihatkan Junkyu yang berada di depannya dengan muka masamnya.
"Apa? Ganggu banget".
"Makan malem nyet, udah ditunggu mama papa juga".
"Cepetan turun, gue seret juga ya lo".
"Iya, sabar". Ucap Doyoung lalu mendahului kakak nya menuju meja makan untuk makan malam bersama keluarganya.
🐰🐨🐰
"Dek, tolong beliin cemilan dong. Stok cemilannya udah habis nih, dihabisin sama kakakmu semua". Suruh mama kepada Doyoung yang sedang bermalas-malasan dengan Junkyu di sofa ruang keluarga.
"Ajun aja mah, kan dia yang ngabisin. Masa adek yang disuruh sih".
"Bang! Ojan Ajun dikira gue adek lo apa". Sahut Junkyu tak terima.
"Gamau ah, lo aja. Tahu sendiri abang lo ini tuh orangnya mageran". Ucap Junkyu, ia itu sangat malas jika disuruh-suruh.
"Gapapa deh, sekalian aja beli bahan-bahan buat bikinin bekal buat Haru besok. Itung-itung buat ucapan makasih udah nganterin pulang, sama siapa tau aja Haru jadi suka sama Dobby hehe".
Dengan semangat, Doyoung pergi ke minimarket sebelah rumahnya. Setelah mengambil bahan-bahan untuk membuat bekal besok dan cemilan titipan mamanya. Ia menuju ke rak sampingnya.
Saat hendak mengambil susu pisang favoritnya, ada tangan lain yang ingin mengambilnya juga.
Dengan cepat ia mengambil susu pisang tersebut, tapi tangan orang itu juga tidak ingin melepaskan susu tersebut.
Ia mendongak dan menatap tajam orang tinggi yang memakai masker hitam itu. "Mas nya apaan sih, kan aku duluan yang ngambil".
Tapi orang itu malah merebut susu pisang di tangan Doyoung dan pergi begitu aja.
"Dasar ngeselin, orang Dobby duluan yang ambil. Main rebut aja".
Setelah membayar belanjaan nya, Doyoung bergegas pulang ke rumahnya. Tetapi disaat ia ingin membuka pintu pagar rumahnya, tangan nya di tarik oleh seseorang.
Doyoung panik, ia hampir berteriak. Tetapi orang itu langsung membuka maskernya.
"Jeongwoo?"
"Ih bikin kaget tau, aku kira tadi aku mau diculik. Ngeselin banget".
Jeongwoo tertawa. "Maaf ya, nih susu pisang kamu tadi".
"Oh jadi kamu mas-mas yang ngrebut susu pisang aku tadi?! Ngeselin banget". Ucap Doyoung sambil memukul pelan dada orang yang berada didepannya. Jeongwoo hanya bisa pasrah dan sesekali tersenyum gemas saat sosok mungil di depannya memukulinya.
"Udah ah, sakit tau. Nih buat permintaan maafnya". Ucap Jeongwoo sambil memberikan dua kantung plastik berisikan martabak manis dan martabak telur.
Doyoung menghentikan pukulannya lalu menatap Jeongwoo khawatir. "Eh sakit ya? Maaf ya Jeongwoo".
"Udah, gapapa Doy. nih ambil".
"Banyak banget, ini buat aku semua? Tapi aku ga mungkin bisa habisin ini semua Jeongwoo". Tangannya mengambil alih plastik berisikan martabak dari tangan Jeongwoo.
"Di makan sama keluarga lo aja. Tapi Doy, Lo makannya yang martabak telur aja ya?"
"Emang kenapa kok aku nggak boleh makan martabak yang manis?"
"Kan lo udah manis, nanti kalau lo tambah manis gimana? Gue juga yang repot".
"Apaan sih Jeongwoo". Dapat Doyoung rasakan bahwa pipinya memanas saat ini. Ia tebak pipinya sudah memerah seperti tomat.
"Udah ah saltingnya, sana lo masuk. Dah malem".
"Jeongwoo nggak mau mampir dulu?"
"Kapan-kapan aja Doy, udah malem juga. Gue pulang dulu ya. Bobok yang nyenyak ya. Jangan lupa mimpiin gue. Good night". Ucap Jeongwoo sambil mengacak gemas rambut Doyoung.
"Good night Jeongwoo. Hati-hati ya".
"Udah sana lo masuk duluan, gue pantau nih dari sini".
"Jeongwoo duluan".
"Lo duluan"
"Pokoknya Jeongwoo dulu".
"Ck, batu banget ya lo. Oke gue duluan".
"Hati-hati Jeongwoo, jangan ngebut".
Jeongwoo mengangguk setuju lalu melajukan motornya meninggalkan Doyoung yang tersenyum manis sambil menatap motor itu hilang dari pandangannya.
•••