05

828 96 16
                                    

"Nak Jeongwoo makasih ya udah mau nganterin Doyoung, sama makasih juga udah peduliin anak tante".

"Iya sama-sama tan, kalau gitu Jeongwoo pamit pulang dulu ya tante".

"Iya, hati-hati. Eh gamau pamitan ke Doyoung dulu dikamar?"

"Boleh tan?". Tanya Jeongwoo memastikan.

"Ya boleh lah, masa ga boleh. Gimana sih kamu, lucu banget deh".

Jeongwoo hanya tersenyum tipis kepada mama Doyoung, lalu melangkahkan kakinya ke kamar pemuda manis yang beberapa menit lalu ia antarkan pulang ke rumah.

Jeongwoo mengetuk pelan pintu kamar Doyoung, tetapi tidak ada tanggapan. Ia lalu membuka pelan pintu kamar yang tidak dikunci lalu masuk kedalamnya.

"Udah tidur ya?". Gumam Jeongwoo ketika melihat Doyoung sudah tertidur pulas masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Lucu".

"Gue pulang dulu ya". Pamit Jeongwoo sambil mengusap gemas kepala pemuda manis itu.

🐺🐰🐺


"Udah masuk sekolah aja lo, ga sakit apa gimana?" Tanya Mashiho ketika Doyoung baru saja duduk disampingnya.

"Aku cuma pingsan bukan sekarat ya Mashi".

"Apaan tuh?". Tanya Mashi ketika Doyoung mengeluarkan paperbag kecil dari dalam tasnya.

"Cuma roti sama susu buat Jeongwoo, itung-itung  ucapan makasih karena udah mau nolongin aku kemarin".

"Ha? Emang dia nolong lo apadeh?"

"Ck Mashi, dia nolongin aku pas pingsan kemarin, dia juga yang bawa aku ke UKS terus kasih sarapan buat aku". Ucap Doyoung panjang kali lebar.

Mashiho heran, seingatnya yang menolong Doyoung bukanlah Jeongwoo melainkan Haruto.

"Tapi kan yang nolong lo bukan Jeongwoo, tapi Haruto". Ucap Mashiho kepada Doyoung.

"Hah? Masa sih?"

"Iya Doy, gue lihat sendiri yang gendong lo sampe ke UKS ya Haruto bukan Jeongwoo".

"Tapi ya Mashi, Haruto ga ada waktu aku di UKS tapi yang ada malah Jeongwoo, masa iya yang nolong Haruto".

"Bohong ya? Biar aku seneng kan? Gapapa Mashi, kalau emang yang nolong aku bukan Haruto aku gapapa kok, kesan nya aku kaya patut dikasihani kan ya?"

"Ye siapa juga yang mau kasihan ama lo? Tapi beneran kok, Lo kalau ga percaya yaudah. Terserah lo, yang penting kan gue udah kasih faktanya".

Doyoung hanya diam, ia lalu melihat Jeongwoo sudah masuk ke kelas dan bergegas ke meja Jeongwoo.

"Ini". Ucap Doyoung sambil memberikan paperbag yang ia bawa.

"Apa?" Jeongwoo melihat ke arah si manis.

"Sarapan buat Jeongwoo, sebagai tanda ucapan terimakasih udah nolongin aku kemarin".

Jeongwoo mengambil alih paperbag kemudian mengusap pelan rambut orang yang lebih pendek darinya.

"Sebenernya ga perlu kasih ini Doy, cukup lo udah sembuh aja udah bikin gue seneng"

"Jadi ga seneng aku kasih ini?"

"Ya bukan gitu, gue seneng soalnya yang ngasih orangnya gemesin. Makasih ya Doy". Ucap Jeongwoo sambil mencubit pelan pipi Doyoung.

"Ih Jeongwo sakit".

Haruto yang baru saja masuk ke kelas dan sudah disuguhi pemandangan yang menurutnya tidak etis. Dia tidak cemburu, tapi rasanya kurang pantas saja bermesraan satu sama lain disekolah.

"Minggir, gue mau lewat. Kalau mau pacaran jangan disini. Ck, ganggu". Haruto menerobos keduanya.

"Wih santai dong bro". Jeongwoo terkekeh sambil melihat kearah pemuda tiang yang menerobos paksa dirinya dan Doyoung.

Mata Doyoung menatap kearah Haruto melihat bagaimana raut wajah datar yang ada di pemuda itu dengan sorot mata tajam yang menambah kesan dingin.

🐺🐰🦋


"Tuh Doy, gue bilang nih ya tadi tuh Haruto cemburu. Mana mukanya masam banget".

"Beneran Mashi? Tadi Haruto cemburu?".

"Iya beneran, Lo galiat mukanya tadi gimana? Kecut bener. Muka muka kaya mau nonjok orang wkwkwk".

"Saran gue nih Doy, Lo nanti jelasin deh sama Haruto kalau Lo sama Jeongwoo ga ada hubungan apa-apa".

Doyoung tampak merenung sejenak memikirkan ucapan Mashiho, ada benarnya juga. Ia akan membicarakannya nanti dengan Haruto selepas pulang sekolah.

Saat akan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, telinganya tidak sengaja mendengar bahwa Haruto kemarin berkelahi dengan salah satu anggota OSIS. Pantas saja ia lihat muka Haruto tadi pagi agak memar.

Yang membuatnya kaget lagi adalah Haruto berkelahi hanya untuk dirinya dan ternyata yang menolong dirinya kemarin adalah Haruto bukan Jeongwoo.

"Ternyata bener kata Mashi". Gumam Doyoung setelah tahu mengenai fakta apa yang terjadi.

"Benerankan? Gue bilang juga apa! Ga percaya sih Lo".

"Bilang makasih nanti, jangan lupa obatin mukanya. Kasihan pasti sakit banget tuh abis tonjok-tonjokan". Imbuh Mashiho.

🐹🐰🐹


Setelah jam pelajaran berakhir yang menandakan siswa dan siswi diperbolehkan untuk pulang, Doyoung langsung menarik tangan Haruto menuju ke taman belakang sekolah.

"Ck, ngapain sih Lo?" Tanya Haruto lalu melepaskan tangannya yang digenggam Doyoung yang membawanya kemari. Ia bertanya dalam hati, untuk apa Doyoung membawanya kesini?

Doyoung diam lalu mendudukkan Haruto ke bangku taman, lalu mengeluarkan salep dan mengusapkan ke wajah Haruto yang memar.

Haruto merasakan perih diwajahnya, lalu menatap dingin Doyoung.

"Ga perlu". Menepis tangan Doyoung pelan.

"Tapi Ruto, kalau ga diobatin bisa tambah sakit".

"Ini gara-gara aku kan? Ruto harusnya ga perlu berantem kaya gitu. Maafin aku ya, gara-gara aku kamu jadi memar kaya gini. Dan kejadian tadi pagi aku sama Jeongwoo itu ga ada apa-apa, maaf juga udah buat Haruto kesel". Cicit Doyoung pelan tanpa berani menatap kearah Haruto".

"Dengerin gue". Haruto mengangkat dagu Doyoung agar pemuda yang lebih pendek darinya itu melihatnya.

"Pertama, Lo tuh bisanya cuma ngerepotin. Lo bisa nggak apa-apa jangan ngerepotin orang".

"Kedua, Lo ngapain pake jelasin kalau Lo sama Jeongwoo ga ada hubungan apa-apa? Kita gaada hubungan apapun. Jadi stop buat jelasin semuanya karena itu ga perlu, mau Lo pacaran atau ngga sama Jeongwoo itu bukan urusan gue, dan gue ga peduli".

Doyoung terkesiap, ini pertama kalinya Haruto berbicara panjang padanya. Tetapi kenapa kata-kata yang menyakitkan yang keluar dari mulut pemuda itu.

ㅡ tbc.

Hai man teman, maaf baru bisa update.
Btw mau nanya, kalian mau book harubby baru ga?

blue (r) - harubby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang