halaman pertama

1.1K 160 42
                                    

Jakarta, hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, hari ini.

Begitulah aku tulis di halaman pertama, sudah lama sekali tidak bercerita tentangnya lagi. Bukan tidak sempat, bukan tidak rindu, bukan sama sekali. Aku hanya tidak suka larut dalam kenangan masa lalu— untuk apa? pikir ku dulu, karna ia sudah selesai. Kami sudah usai, yang pahit tinggal rindu, yang sakit mungkin saja hanya aku. Harusnya begitu, karna aku taat pada tuhanku mungkin ia mengabulkan doa dalam sujudku kemarin, atau dua hari yang lalu, atau doa hari ini. Mungkin saja tuhan mengabulkannya dan sang aphrodite seharusnya sudah bahagia, seperti doa ku untuknya.

Perkenalkan sekali lagi, aku Arjuna. Nama panggilan ku Juna, sembilan tahun yang lalu aku memutuskan untuk menetap di Manado sebagai seorang kontraktor B1. Hari-hariku biasanya aku habiskan dengan rapat bersama tim, mengunjungi bangunan yang dipercayakan padaku dan tim ku untuk kami kerjakan sesuai keinginan rekan bisnis, atau kadang harus melakukan perjalanan luar kota untuk menjalin kerja sama. Aku tidak suka sibuk tapi aku lebih tidak suka lagi tidak mengerjakan apa-apa yang berarti aku harus bertanya-tanya sepanjang malam tentang apa yang aku rasakan hari ini, itu menyebalkan saat kafein di kopi pahit yang ku seduh membuat lamunan ku semakin larut tentang seseorang. Memang sebaiknya aku sibuk dengan pekerjaan dan tak sempat menanyakan apapun malam ini.

Aku pikir kata-kata pembuka sudah sangat panjang. Akan aku awali cerita ini dengan menyelipkan sebuah foto alasan dimana cinta berawal dan patah yang tak pernah sudah. Tentang seseorang yang masih sangat indah.

Irene, foto ini aku ambil sembilan tahun yang lalu tanpa sepengetahuan mu, dan meletakkannya di halaman pertama diary ku— lagi-lagi tanpa sepengtahuan mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene, foto ini aku ambil sembilan tahun yang lalu tanpa sepengetahuan mu, dan meletakkannya di halaman pertama diary ku— lagi-lagi tanpa sepengtahuan mu.

Apa kabar, Irene? Aku harap kamu baik.

Pagi ini aku di Jakarta, ibu kota yang sudah enam tahun tidak pernah aku kunjungi. Kamu bilang Jakarta itu sibuk, padat merayap, dan juga ramai. Aku pikir tidak begitu, buktinya hari ini aku kesepian.

"Lo udah dimana? Nggak nyasarkan?"

Suara mas agung, terdengar dari head unit mobil yang tersambung ke ponselku.

singgah yang tak indah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang