halaman ketiga (selesai)

1K 144 100
                                    

Saat ini, aku berjalan di samping Irene, beriringan, di trotoar sepanjang pantai yang jingga karna matahari tenggelam meninggalkan bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini, aku berjalan di samping Irene, beriringan, di trotoar sepanjang pantai yang jingga karna matahari tenggelam meninggalkan bumi.

Kami banyak bicara, bernostalgia membahas hal-hal lucu yang kami lalui. Irene tersenyum setiap aku bertanya tentang Aljuna dan ia akan mulai menceritakan malaikat kecilnya dengan raut bahagia di wajahnya. Aku bertanya banyak hal termasuk tentang seseorang yang menjaganya selama ini—sosok yang mengadakan Aljuna di dunianya. Dan irene mulai menceritakan banyak hal tentangnya hingga aku memutuskan untuk fokus pada langkah ku, supaya kelebihannya, kehebatannya, kesetiaannya, kebaikan hatinya yang diceritakan irene tidak terlalu jelas masuk ketelinga ku yang pada akhirnya hanya akan menjadi rasa sakit di hatiku.

Irene ikut diam melihatku, seorang pendengar terbaiknya tidak minat lagi mendengarnya— mungkin begitu pikir irene. Walaupun aku tidak mengatakan secara terang-terangan. Aku tau irene bisa membaca gerak-gerikku. Saat ini kami memilih diam, aku hanya sedang melamun memikirkan siapa yang lebih beruntung, aku atau suaminya.

Dia dunia irene, menghadirkan Aljuna untuk Irene. Dia beruntung telah menjadi laki-laki yang ditakdirkan oleh semesta untuk memiliki irene, tapi aku tidak kalah beruntung darinya. Aku beruntung memiliki irene di kepalaku, beruntung memiliki irene di hatiku. Ku sebut diriku beruntung karna cinta ku yang sangat besar padanya tidak bisa dibawa pergi oleh- Nya.

"Irene"

"Iya?"

"kamu setuju ngga kalau aku bilang hidup itu kayak lagi jalan?" Tanyaku

"Eum— berarti ada titik berhentinya?"

Aku menganggukkan kepala "Iya. Kita bisa aja singgah di hidup orang lain, atau mungkin menetap lama, atau cuma numpang lewat."

"—kamu benar ada tujuan masing-masing yang bikin kita berhenti."

"Sekarang kamu udah sampe di mana?"

"Di hari-hari terbaik, kalau kamu udah sampai mana?"

"Udah jauh, udah ngelewatin hari-hari terbaik, tepatnya 6 tahun yang lalu. Sekarang masih jalan aja nggak sampai-sampai"

"Nggak akan sampai kalau tujuannya nggak ada, Juna"

"Tujuannya udah sampai di hari-hari terbaiknya, Irene" ucapku,

Aku tau irene menoleh kepadaku saat itu walaupun aku masih menundukkan kepala, menatap tanganya yang tak tergenggam oleh tanganku. Berjarak beberapa senti kadang tersentuh tak, sengaja. Ada jarak yang jauh sekali diantara kami, jarak yang tak bisa ku terobos untuk menganggam tangannya erat, berjalan di sepanjang pantai bersama suara ombak yang menambah suasana dalam cerita romantis.

Sayangnya di cerita ini aku hanya orang di masa lalunya yang dipisahkan oleh keyakinan dan dengan jahatnya dipertemukan kembali oleh kesemuan.

Mungkin tuhannya sedang baik padaku, mempertemukan aku yang sangat rindu, atau mungkin malah tuhanku yang sangat baik telah menjawab doaku tadi malam untuk membuat kami bertemu.

singgah yang tak indah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang