𝖻𝖺𝖻 01 : 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝗍𝖾𝗋𝖽𝗎𝗀𝖺

82 21 36
                                    

...

Daehwi laki-laki berbadan cungkring sedang asik berjalan-jalan santai guna menghilangkan pusing kepala karena kebanyakan melihat rumus-rumus fisika.

Taman sekolah mungkin tempat yang bagus, terlebih lagi taman sekolah selalu sepi karena kurang terjamah.

Perjalanan ke taman terasa sepi, hanya
di isi dengan suara tapak kaki dari sepatu yang dikenakan Daehwi.

"sepi banget, jadi serem" gumamnya.

"haduh adem banget ey kagak kayak kelas, sumpek." monolog nya.

Jalan yang sepi entah kenapa membuat
suasana hati menjadi tenang.

"pihak sekolah aturan mau benerin nih taman, sayang banget padahal bagus."

Sesampainya di pintu taman tiba-tiba ingin mengurungkan niatnya untuk masuk deh.

Aura taman sedikit menyeramkan mana
dia gak sengaja denger suara-suara aneh.

Dia denger suara-suara laknat gitu,
ini menurut pikiran positif nya >:)

Daehwi membeku, "anjir suara apa itu
bestie." kaget nya.

"ng―ahhhh!."

Ya tuhan Daehwi masih polos tolong.

Daehwi udah berada di depan pintu taman sekolah, setelah menimang-nimang mau masuk atau tidak Daehwi memutuskan untuk masuk kedalam taman.

Sepatu Daehwi menginjak rerumputan yang sedang bergoyang kesana-kemari tertiup angin, dia mencoba melangkah lebih dalam.

Namun tiba-tiba...

"eung―akhhh."

Lagi-lagi suara laknat itu terdengar.

Daehwi mulai ngambil ancang-ancang untuk lari dari taman, pokoknya harus
lari sejauh mungkin kalo bisa mah udah sampai kelas, biar aman dari segala setan.

Suara Daehwi menggema sepanjang koridor kearah teman.

Sedangkan orang yang membuat Daehwi ketar-ketir malah kaget karena dengar suara Daehwi.

"Ada-ada aja." kaget orang itu.

Yang membuat suara yang tidak-tidak dari arah taman adalah tukang kebun sekolah atau pak kumis, dia sedang mengerok.

"hadeh bocah jaman sekarang pikirannya yang iya-iya mulu heran saya." ucap pak kumis lalu kembali melakukan kegiatannya yang sempat tertunda karena Daehwi.

Hedeh Daehwi nih!

Setelah kepergian Daehwi sosok perempuan yang tak lain adalah Nakyung yang sedang asik berjalan kearah taman.

Berbeda dengan Daehwi berbeda juga dengan Nakyung, tujuan mereka
sama-sama ke taman namun berbeda maksud.

Nakyung baru sampai kearah koridor taman setelah dari ruang kepala sekolah, pikirnya koridor menuju taman sepi namun... ternyata tidak sesepi yang ia pikirkan.

Dia malah mendengar teriak-teriakan dari lorong koridor, mana suaranya cempreng pula, kan bikin pala pusing.

"ya tuhan, suara siapa sih itu?"

Nakyung kembali berjalan, mencoba tidak menghiraukan teriakan dari arah belakang nya, sudah jauh sih orangnya tapi masih kedengaran teriakannya.

"Kayaknya tuh orang pita suaranya terbuat dari tembaga deh, apa gak sakit ya itu pita suara??" monolog Nakyung.

Nakyung ada alasan kenapa dia ke taman, ingat tadi dia bilang habis dari ruang kepala sekolah, Nakyung habis berunding tentang masalah taman dan rahasia.

Dia bawa makanan untuk tanda semangat kepada pak kumis karena sudah mau membantu membersihkan rumput dan ilalang yang tumbuh panjang di taman.

"Adem banget, tapi serem."

Saat memasuki gerbang taman, Nakyung langsung melihat sekeliling guna mencari keberadaan pak kumis.

Ternyata pak kumis tidak berada jauh dari gerbang, pantas saja suara laknat yang  Daehwi dengar terasa dekat.

"Permisi pak kumis." Sapa Nakyung.

Pak kumis yang lagi santai lantas menoleh kearah sumber suara, ternyata Nakyung.

"ada apa neng nakyung?"

Nakyung tersenyum ramah. "ini pak ada titipan dari saya dan kepala sekolah, jangan lupa di makan ya pak." Ucap Nakyung.

"aduh jadi gak enak saya neng, matur nuhun ya neng."

"sama-sama pak." jawab Nakyung.

Nakyung melihat sekeliling, taman belum sepenuhnya selesai masih banyak rumput dan ilalang yang panjang, wajar sih taman sekolah memang sangat luas.

Apa lagi pak kumis kerja sendiri, apa dia minta sedikit bantuan dari anak OSIS dan anak-anak sekolah ya?

Melihat Nakyung memperhatikan sekeliling taman, pak kumis jadi merasa tidak enak karena pekerjaannya belum selesai.

"maaf ya neng, nanti saya bakal kerjain secepat mungkin biar selesai, biar enak pemandangan taman."

"...."

"Maaf ya neng jadi ngerepotin anak OSIS dan sekolah jadi lebih lama lagi taman siap di pake buat bareng-bareng."

"...."

"Neng..."

Nakyung menyerit bingung, dia tetap dengerin omongan pak kumis, tapi kalo dipikir-pikir dia malah jadi gak enak.

"Gapapa pak kami malah kami yang merasa gak enak sama bapak, karena kepsek minta taman sekolah dirapihkan jadi begini."

Nakyung tersenyum, "mungkin nanti saya akan minta bantuan dari anak-anak OSIS dan sekolah buat bantu, kalo kerja sendiri kan capek pak."

"aduh saya jadi merasa enggak enak neng." kata pak kumis, dia merasa tidak enak.

"gapapa pak bukannya semakin banyak orang semakin cepat selesai? kalo gitu saya ijin pamit ya pak masih ada urusan." pamit Nakyung.

Pak kumis mengangguk singkat lalu tersenyum, "ya udah makasih atas makanan yang neng." ucap pak kumis.

Selepas kepergian Nakyung tidak disangka-sangka malah Jerome yang muncul.

"aduhai si bapak dapet makanan nih boleh lah saya minta dikit hehe." seru Jerome

Pak kumis tersentak dia menoleh kearah Jerome, "kamu nih ya ngagetin bapak aja."

"Hehe maaf pak"

Pak kumis tersenyum kecil, "yasudah sini makan bareng, banyak banget ini kita makan bareng aja anggap aja ini tanda terima kasih bapak sama kamu karena udah bantu bapak" Pak kumis memberi isyarat agar Jerome mendekat.

Jerome terkekeh geli lalu mendekat kearah pak kumis, rasanya enak sekali karena membantu orang apalagi kalo dapet upah.

"Makasih ya bapak~"

"iya sama-sama, ayo di makan kurus banget kamu dikasih makan gak sih?."

"dikasih makan atuh bapak kalo enggak Jerome enggak bakal tumbuh gede begini."

lalu mereka berdua tertawa bersama.

__________________

(a/n) cringe abis pas bagian
daehwi (´ . .̫ . ')

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang