...
Pagi hari yang cerah secerah harapanmu kepada doi.g, namun pagi yang cerah bukan berati suasana pagi juga cerah.
Di rumah Beomgyu suasana tidak secerah langit pagi hari ini pasalnya laki-laki bermarga Choi itu sibuk mencari dasinya yang hilang.
Kamar yang semula rapih kini berantakan.
"ini dasi gak bisa ditelpon apa ya?" ucap Beomgyu frustasi.
Ini sudah pukul enam dan dia masih sibuk mencari dasi mana perlengkapan yang lain belum siap.
"Hadeh kamaren ada sekarang ilang dasar dasi!"
"ck ini siapa sih yang ngumpetin gw sumpahin bibirnya doer kayak admin lamtur sekolah yang namanya hyunjin."
Beomgyu mengacak-acak rambutnya, "mau nanya emak gw tapi takut di omelin mau beli tapi stock dasi abis." gerutu Beomgyu.
Pintu kamar Beomgyu di gedor-gedor dari luar, pelakunya adalah sang kakak yang sudah empet menunggu adiknya selesai berkemas.
"BEOMGYU BURUAN."
"IYA."
Beomgyu menatap tumpukan buku disamping lemarinya lalu mengambil buku pelajaran hari ini, "ayo berdoa semoga somi atau Ryujin bawa dasi double." ucap Beomgyu lalu mengambil sepatunya dengan terburu-buru.
Namun Beomgyu tersadar sekarang hari Senin yang berati upacara dia gak usah ikut soalnya....
"BEOMGYU BURUAN WOY!"
...
Berbeda dengan Beomgyu berbeda juga dengan Jyunhao dia panik bukan main saat sadar dia lupa membawa buku fisika, iya hari ini ada mapel fisika di jam pertama.
Buku fisiknya hilang entah kemana, di rumah tidak ada jadi dia panik.
"Haduh gimana ini." gumam Jyunhao.
Kepanikan Jyunhao makin menjadi saat mendengar suara bel yang menandakan mereka harus ikut apel pagi atau upacara bendera.
"Ayo tenang siapa tau ada di guru" ucap Jyunhao ia mencoba menenangkan diri.
"Eh topi gw mana" Jyunhao kembali panik saat topi dia hilang namun sebelum kepanikan itu berkepanjangan Daehwi yang kebetulan sekelas dengan Jyunhao buru-buru memberi tau bahwa topi Jyunhao jatuh.
Setelah Daehwi ngasih tau Jyunhao akhirnya tersadar dia malu woy, "Makasi yang hwi." Ucap Jyunhao akhirnya.
"Iya yok buru baris."
Sebelum apel upacara bendera anak osis maupun guru biasanya akan mengecek kelengkapan atribut siswa yang tidak lengkap disuruh baris di barisan khusus bersama anak-anak yang telat.
Jerome yang kebetulan baris di barisan khusus mau gak mau karena telat hanya menyumpahi peraturan sekolah yang begitu ketat ia hanya telat dikit doang sebelum bel tetap ditaruh di barisan khusus.
Salahkan lah tugas dari guru bahasa yang banyaknya minta ampun yang mau tidak mau ia kebut semalam karena lupa.
"Ck semua gegara dasi ilang!" suara dari belakang Jerome sungguh menarik perhatiannya.
Jerome menoleh kearah belakang ternyata itu Beomgyu salah satau anak eskul dance dia tau soalnya temennya banyak.
"Lo Beomgyu kan? Ternyata dihukum juga."
Beomgyu menatap sinis orang didepannya, ia tau Jerome pemuda jamet yang demen ngelawak tapi pinter hampir nyaingin Jeon Heejin.
"Iya gw gak pake dasi kaos kaki gw pendek" ucap Beomgyu lalu ia menatap Jerome, "kalo lo telat ya?" Sambungnya.
Jerome mengangguk, "ketat banget peraturan sekolah kayak rok anak
cewek yang demen tebar pesona.""JEROME! BEOMGYU! fokus!"
Jerome dan Beomgyu bukannya kembali fokus malah menoleh ke sumber suara yang tak lain adalah Choi Soobin.
"Ck elah hate you anak osis."
Soobin yang mendengar itu melotot kaget namun ia mencoba sabar lalu menghampiri Heejin yang kebetulan menjaga anak-anak barisan khusus.
"Heejin nih nanti tinggal minta tanda tangan guru kesiswaan, guru bk sama kepsek" Soobin menyerahkan selembaran kertas.
"Oh udah jadi thanks ya bin."
"Iyaa btw jin abis itu tinggal ke mading yaw terus kasih tau nakyung deh selesai." Kata Soobin senang.
Heejin menatap Soobin bingung, "belum lah kan taman sama nanti pemilihan itu belum selesai." perkataan Heejin lantas membuat Soobin linglung.
"Oh iya ya..."
...
Heejin sedang berjalan santai kearah ruang kepala sekolah, dia ada urusan di sana.
Sambil berjalan dia bersenandung kecil guna menghilangkan rasa sunyi, koridor kearah ruang kepala sekolah begitu sepi hanya terdengar suara kebetan buku atau sayup-sayup guru mengajar dikelas.
Sesampainya Heejin didepan ruang kepala sekolah ia celingak-celinguk memastikan tidak ada orang lalu mengetuk pintu perlahan.
"Permisi pak." ucap Heejin lalu ia membuka pintu ruang kepala sekolah.
Di sana sudah ada kepala sekolah dan salah satu siswa yang tidak pernah Heejin liat sebelumya.
"Nak Heejin tolong antar nak Sanha ke kelas IPA 11-2." Kata kepala sekolah begitu melihat wujud Heejin.
"em anu pak saya kesini-"
"sudah-sudah antar cepat ini sudah lewat dari jam pertama pelajaran" kepala sekolah mengasih gesture mengusir.
"tapi pak kan-"
"udah sana."
Heejin memandang murid baru yang katanya bernama Sanha tadi dia tersenyum ramah, "ayo mari saya antar" ucap Heejin dengan senyum.
"Ah terima kasih."
Selama perjalanan terasa hening, Sanha tidak suka keheningan jadi ia mencoba mengajak ngobrol Heejin.
"Yoon Sanha, k-kamu?" Heejin menoleh, "Jeon Heejin, ah itu kelasnya silahkan." ujar Heejin lalu ia menunjuk kelas dengan papan "IPA XI-2".
"Sekali lagi terima kasih seharusnya wali kelas yang mengantar malah jadi lo k-kamu." Kata Sanha ia masih canggung.
"Lo-gue juga gapapa kok santai aja, saya duluan ya Sanha dadah." Heejin berlari kecil menuju kelas IPA XI-4.
"Lucu."
__________________
(a/n) sebenarnya aku bingung sama
bagian anak osis soalnya teh aku
bukan anak osis
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fanficyang tertawa bukan berati bahagia. [ Projects mini ajinomoto club ]